Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Wednesday 6 February 2013

Contoh Penelitian Korelasional

1.1 Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari hubungan,dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki.
Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan melalui sebuah alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara-cara menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Pada prinsipnya metode penelitian itu digolongkan menjadi dua, yaitu metode non ilmiah dan metode ilmiah. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman, otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak diragukan, paling efisien, dan paling terpercaya.
Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian terutama dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah metode penelitian korelasional. Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antar unsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi atau kurikulum, materi dengan evaluasi pembelajaran, dan masih banyak yang lainnya. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah dan secara statistik melalui metode penelitian korelasional.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam  makalah ini kita akan membahas tentang ::
1.      Apa pengertian penelitian Korelasional ?
2.      Apa tujuan penelitian korelasional ?
3.      Bagaimana ciri-ciri penelitian korelasional ?
4.      Apa saja langkah pokok Penelitian korelasional ?
5.      Apa saja macam-macam penelitian korelasional ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.Untuk memahami pengertian penelitian korelasional
2.Untuk mengetahui apa tujuan penelitian korelasional
3.Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri penelitian korelasional
4.Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah pokok penelitian korelasional
5.Untuk mengetahui apa saja macam-macam penelitian korelasional



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Korelasional
Correlational research is a research study that involves collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship exists between two or more quantifiable variables (Gay, 1982:430) dalam Sukardi (2008:166).
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya adalah:
1.      penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen,
2.      memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
3.      memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi, 2008:166)
Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:
1.      Adakah hubungan diantara dua variabel?
2.      Bagaimanakah arah hubungan tersebut?
3.      Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?
Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan, kearah mana hubungan tersebut (positif/negatif), dan seberapa jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi badan dengan umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).
Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting.
Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan yang signifikan  dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, belajar strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.
Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut.
a.       Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel dimana koefisien korelasi dapat mencapainya.
b.      Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.
c.       Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.





2.2 Proses Dasar Penelitian Korelasional
Menurut Gay (1981) sementara studi hubungan dan studi rediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional sebagai berikut.
1.Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan duselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
2.Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapaat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh,anda ingin menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika anda memilih dan menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk tujuan penelitian kita.
3.Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih,satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel,dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desin dasar tetap sama dalam semua studi korelasional
4.Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981 : 185).
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecl dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggoa populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak menetapkanya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubnungan sebab-akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.
2.3 Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, seperti hasil belajar akademik,motivasi, dan konsep diri. Variabel yang diketahui tidak berhubungan dapar dieliminasi dari perhatian/pertimbangan selanjutnya. Identifikasi variabel berhungan membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi demikian memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif atau eksperimental. Studi eksperimental mahal dalam lebih dari satu cara; studi korelasional merupakan cara yang efektif mengurangi studi eksperimental yang tidak menguntungkan dan menyarankan sesuatu yang secara potensial produktif. Dalam studi kausal- komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas. Studi hubungan membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel yang sesungguhnya. Jika anda tertarik dalam membandingkan keefektifan metode yang berbeda dari pengajaran membaca untuk kelas 1, misalnya, anda barangkali ingin mengontrol perbedaan awal dalam kesiapan membaca.
2.Studi Prediksi
Jika variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lain. Peringkat SMA, sebagai contoh, dapat digunakan untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering ilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoretis mengenai variabel yang dipercaya menjadi pediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh,hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level kesuksesan yang mungkin dicapai individu dalam mata pelajaran tertentu, seperti aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang mungkin berhasil di perguruan tinggi atau dalam suatu program pelatihan kerja. Dan untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin paling sukses. Dengan demikian, hasil studi prediksi digunakan oleh sejumlah kelompok disamping para peneliti, seperti konsultan dan personil perizinan. Jika beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi keberhasilan di perguruan tinggi biasanya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti peringkat SMA, rangking dalam peringkat kelas, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Walaupun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara dua variabel kadang-kadang merupakan hasil dari sumber lain, jadi kita harus hati-hati dan ingat bahwa korelasi tidak harus menjelaskan sebab dan akibat. Jika suatu hubungan yang kuat ditemukan antara dua variabel, kausalitas dapat diuji melalui penggunaan pendekatan eksperimental (LaMar,2004;1).
Berbagai rancangan penelitian korelasional didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi –dan dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalampenelitian eksperimental (Davis, 1997:1).
Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).  
4.Manfaat Penggunaan Metode Korelasional
Metode korelasional memungkinkan para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
2.4 Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5)
1.Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabe;. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan antara sres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
2.Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
3. Regresi Jamak (Multiple Regression)   
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).
Jika saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan(seberapa baik saya memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini (baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
4. Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi, mental,dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, cemas, depresi, danseterusnya. Atau di pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, cemas, depresi, dan seterusnya.
5. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melaluipsikologi, jalur utama yang berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.
Desain panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus. Itu digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa menonton kekerasan di TV lebih mengarah pada kekerasan perilaku daripada cara lain.
6. Analisis Sistem (System Analysis)
Desin ini melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap performasi siswa, usaha pengajaran, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
2.5 Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional adalah sebagai berikut.
Ø    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
Ø    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
Ø    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
Ø    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
Ø    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
Ø    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
Ø    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Ø    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara lain: kemampuanya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi  tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin,2010).
2.7. Contoh Penelitian Korelasional
Penelitian dilakukan oleh Rusmini, bidang Manajemen Pendidikan pada tahun 2003, sebagai berikut:
Judul Penelitian :
Kualitas Pelayanan Karyawan Administrasi Akademik, Survey di Politeknik Kesehatan Jakarta (2003)
Masalah Penelitian
1.Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayaanan karyawan?
2.Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan?
3.Apakah terdapat hubungan kemampuan berpikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan?
4.Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan? (Rusmini,2004:5)
Kajian Teoristis
Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel penelitian yang meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik.
Kualitas Pelayanan
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, penelitian menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan adalah “keseluruhan hasil kegiatan karyawan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan pedoman atau peraturan yang telah ditetapkan untuk memenuhi harapan pelanggan dengan indikator kepedulian karyawan dan kepuasan pelanggan” (Rrusmini,2004:9)
Pengetahuan Administrasi Akademik
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan administrasi akademik adalah “segenap yang diketahui karyawan tentang konsep,fakta, dan prinsip-prinsip kegiatan dalam pelayanan yang berhubungan dengan administrasi akademik yang meliputi bidang pengajaran, kemahasiswaan, media kependidikan, perpustakaan, laboratorium,dan perbengkelan” (Rusmini, 2004:15)
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal disimpulkan penelitian berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan sebagai “interaksi antara pemberi dan penerima informasi atau pesan baik menggunakan alat ataupun tanpa bantuan alat yang dapat menunjang kegiatan akademik dengan indikator penyampaian dan penerima pesan, kerja sama, dan umpan balik”(Rusmini, 2004:18)
Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir mekanik disimpulkan peneliti berdasarkan kajian teoris sebagai “kesanggupan seseorang dalam menuangkan gagasan yang berkaitan dengan masalah mekanik dengan indikator penyusun konsep tentang penggunaan alat-alat mekanik,penerapan prinsip-prinsip fisika mekanik, dan pemecahan masalah mekanik”(Rusmini, 3004:210)
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoristis dan penyusunan kerangka berfikir tentang asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara terpisah maupun secara bersama-sama, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
a.Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik dan kualitas pelayanan
b.Terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dan kualitas pelayanan
c.Terdapat hubungan positif antara kemampuan berfkir mekanik dengan kualitas pelayanan
d.Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik,komunikasi interpersonal dan kemampuan berfikir mekanik secara bersama-sama dengan kualitas pelayanan(Rusmini,2004: 22)
Metodologi Penelitian
Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan administrasi akademik (X1), komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berpikir mekanik (X3). Sementara itu, variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan (Y).
Penelitian ini dilakukan di politeknik Kesehatan Jakarta II dengan unit analisis karyawan administrasi akademik. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan januari sampai dengan juli 2003.
Pengambilan sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan secara acak dari populasi karyawan administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang berjumlah 121 orang dengan tingkat pendidikan SMA.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat variabel adalah daftar pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan sebagai variabel terkait didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara masing-masing karyawan dinilai oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih secara acak sederhana. Skor kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan skor rata-rata dari ketiga penilai.
Teknik analisis data korelasi parsial. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratann analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik dan kualitas pelayanan.
b.Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dan kualitas pelayanan.
c.Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan berpikir mekanik dengan kualitas pelayanan.
d.Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik secara bersama-sama dengan kualitas pelayanan (Rusmini, 2004 :25-29).
Dengan demikian, penelitian menyimoulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatkan dengan mengembangkan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan berpikir mekanik (Rusmini, 2004:30).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya. Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.

3.2 Saran
Dalam Penelitian Korelasional, Sering ditemukan kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional, yang mungkin perlu diperhatikan lebih jauh adalah sebagai berikut:
a. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
b. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
c. Peneliti memilih statistik yang salah
d. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
e. Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang
f. Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
g.Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
h. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.


DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi,1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo PersadaSugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Bandung
Merdekawati, Eka. 2011. Metode Penelitian Korelasional. http://eka-merdekawati.blogspot.com/2011/11/metode-penelitian-korelasional.html

2 comments: