Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Wednesday 4 January 2017

Tingkat-Tingkatan Psike Carl Gustav Jung


Carl Gustav Jung berasumsi bahwa jiwa atau psike memiliki tingkatan sadar dan tidak sadar. Teori Jung lebih menjelaskan mengenai alam bawah sadar kolektif yaitu eksistensi manusia dimasa lalu dan bukan merupakan dari pengalaman pribadi individual. Jung tidak memproritaskan pada alam sadar dan alam bawah sadar personal.



1.      Alam Sadar
Imaji alam sadar merupakan imaji yang diindra oleh ego, sedangkan elemen bawah sadar tidak ada kaitannya dengan ego. Jung beranggapan bahwa ego adalah pusat kesadaran, tapi bukan inti kepribadian. Kesadaran tidak terlalu berpengaruh dalam psikologi analitik.
2.      Alam Bawah Sadar Personal
Alam bawah sadar personal mengandung memori dan impuls infantile, peristiwa yang terlupakan, dan pengalaman yang awalnya dirasakan pada saat kita berada dibawah ambang kesadaran. Isi alam bawah sadar disebut kompleks. Kompleks bisa sebagian muncul secara disadari, dan sebagian muncul dari alam bawah sadar personal dan kolektifnya.
3.      Alam Bawah Sadar Kolektif
Alam bawah sadar kolektif lebih cenderung pada asal mula suatu spesies. Pengalaman nenek moyang manusia terhadap konsep universal dipengaruhi secara bawah sadar oleh pengalaman nenek moyang mereka yang primitif. Isi alam bawah sadar kolektif kurang lebih sama di semua budaya. Alam bawah sadar kolektif terdiri dari arketipe-arketipe.
Istilah arketipe berasal dari bahasa Yunani, Arkhe yang berarti permulaan atau awal, dan topus yang berarti model. Arketipe adalah imaji-imaji masa lalu yang berasal dari alam bawah sadar kolektif.  Yang mirip dengan kompleks/ kumpulan-kumpulan (alam bawah sadar personal) emosional mengenai imaji-imaji yang saling berkaitan. Arketipe berbasis biologis namun berakar melalui pengalaman nenek moyang yang terus diulang oleh seluruh keturunannya. Ketika aktif, arketipe menyatakan diri lewat mimpi, fantasi dan delusi.
Freud percaya bahwa manusia secara kolektif mewarisi kecenderungan untuk bertindak, namun konsepnya mengenai bawaan filogenetik berbeda dengan jung. Freud lebih focus pada alam bawah sadar personal, dan meletakkan bawaan filogenetik hanya jika penjelasan personal ini gagal (seperti yang dilakukannya ketika menjelaskan kompleks oedipus). Sementara jung lebih menekankan alam bawah sadar kolektif & menggunakan pengalaman personal untuk memperkuat kepribadian total. Arketipe terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.       Persona
Persona berasal dari bahasa Latin, yang berearti topeng, istilah ini merujuk pada teater pada masa Romawi, pada zaman itu, para aktor yang memainkan seni peran menggunakan topeng sebagai bentuk ekspresi wajah seseorang yang diperankan aktor tersebut. Persona merupakan kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego-nya Freud. Persona merupakan kepribadian seseorang yang terlihat oleh orang lain yang tercermin melalui perilakunya.  Dalam mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana tertentu. Persona juga dapat diartikan sebagai sifat yang dibentuk seseorang dalam berkomunikasi dan memberikan kesan dalam berinteraksi dengan orang lain. Persona dapat berfungsi menjadi interface dengan dunia dan cara berhubungan dengan orang lain di dunia. Ini tergantung pada pengalaman dan bagaimana sikapnya terhadap penerimaan atau penolakan diri seseorang oleh orang lain di lingkungannya, juga dapat menyembunyikan hakikat diri seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap kita haruslah memproyeksikan sebuah peran khusus, sesuatu yang didiktekan masyarakat kepada kita. Seorang dokter diharuskan mempunyai cirri “penunggu orang sakit disamping tempat tidur”, seorang politisi harus menunjukkan wajah tertentu kepada masyarakat agar dapat menenangkan keyakinan dan suara mereka, seorang aktor harus menunjukkan gaya hidup tertentu yang diinginkan publik.
Persona merupakan sisi yang dibutuhkan kepribadian kita, namun dengan catatan kita tidak boleh mencampur-adukannya (persona/wajah publuk kita) dengan self  kita sebenarnya. Untuk dapat menjadi sehat secara psikologis, kita harus menyeimbangkan antara tuntutan-tuntutan masyarakat dan siapa diri kita sebenarnya. Tidak menganggap persona penting berarti meremehkan pentingnya masyarakat, namun tidak menyadari individualitas kita berarti sama dengan menjadi boneka masyarakat.
b.      Shadow
Sisi kuat kepribadian seseorang mendominasi persona, sedangkan aspek-aspek yang lebih lemah dominasinya hanya menjadi bayang-bayang diri. shadow berarti kegelapan & represi yang merepresentasikan kualitas/kenyataan yang tidak ingin kita akui, namun justru ingin kita sembunyikan dari orang lain, bahkan diri sendiri. Kadang-kadang, naluri dan desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-bayang, bersama perasaan-perasaan negatif dan destruktif. Ia dapat berupa satu sosok yang mengancam, yang menyamar sebagai seseorang yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi. Terkadang dapat teraktualisasi dengan emosi yang tidak terkendalikan, Satu cara untuk mengenali shadow figur di dalam sebuah mimpi adalah dengan mengamati reaksi dan perasaan kita yang paling negatif terhadap seseorang atau suasana tertentu, karena hal yang paling tidak kita sukailah yang membentuk inti dari bayangan tersebut.
Lebih mudah untuk memproyeksikan sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, untuk mrelihat dalam diri merekakeburukan yang kita tolak untuk kita lihat pada diri kita. Bergulat dangan kegelapan dalam diri kita akan membuat kita “memahami shadow kita sendiri”. tapi sayangnya kebanyakan dari kita tidak pernah memahami shadow kita karena kita cenderung mengidentifikasi diri dengan sisi kepribadian kita yang lebih terang.
Manusia yang tidak pernah memahami shyadownya akan jatuh didalam kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hidup tragis yang penuh kesialan yang membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam diri sendiri.
c.       Anima
Baik freud maupun jung percaya bahwa manusia secara sikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminim secara bersamaan. Anima adalah arketipe wanita (sisi feminim) yang terdapat pada seorang lelaki. Dalam diri seorang lelaki juga terdapat sifat feminin yang biasanya dominan pada wanita.  Anima muncul karena dipengaruhi oleh sosok ibu. Sisi  feminism pada laki-laki ini berakar dri alam bawh sadar kolektif sebagai arketipe dan terus-menerus melawan alam sadar secara ekstrim. Hanya sedikit laki-laki yang mampu mengenal anima mereka. Untuk menguasai proyeksi-proyeksi anima menaklukan penhalang-penghalang intelektual mereka turun jauh kealam bawah sadar dan bergukat dengan sisi feminim kepribadian mereka.
Anima berakar dari pengalaman laki-laki sebelumnya dengan perempuan (ibu, saudara perempuan dan kekasih) yang pada ahirnya berpadu membentuk gambar umum perempuan. Seiring berjalannya waktu konsep ini menumpuk dialam bawah sadar kolektif manusia sebagai anima.
Laki-laki umumnya tidak pernah memproyeksikan animanya pada istri atau kekasih dan tidak melihat mereka apa adanya, melainkan sudah dipengaruhi oleh pandangan personal dan alam bawah sadar kolektfnya, sehingga dapat menjadi sumber banyak kesalah pahaman dalam hubungan laki-laki vs perempuan, dan daya tarik laki-laki terhadap perempuan mistik dalam psike laki-laki .
Anima mempengaruhi sisi perasaan laki-laki dan menjelaskan suasana hati (bertanggung jawab bagi naik turunnya suasana hati itu) maupun perasaan irasionalnya. Ketika suasana hati laki-laki sedang bergejolak bisa dibilang anima atau sisi feminimnya yang menguasai perasaannya tapi laki-laki berusaha keras untuk menjelaskannya dengan cara maskulin yang rasional, bahkan menyangkal kalau anima adalah salah satu arketipe otonomnya. Anima dan animus dapat mempengaruhi seseorang dalam baik secara positif atau negatif. Jika seorang pria berada di bawah pengaruh positif anima ia akan menunjukkan kelembutan, kesabaran, pertimbangan, dan kasih sayang.  Anima negatif bermanifestasi sebagai kesombongan, kemurungan, bitchiness, dan sensitivitas untuk menyakiti perasaan. Anima sangat mempengaruhi seorang lelaki bersikap terhadap wanita.
Anima seorang lelaki terkadang ditekan karena ia merasa tidak wajar kalu ia memiliki jiwa yang feminine, sehingga terkadang anima muncul dalam bentuk mimpi. menekan anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras, kaku, dan bahkan kejam secara fisik maupun emosi. Munculnya Anima atau Animus dalam mimpi seseorang dapat menggambarkan integrasi kepribadian yang Jung sebut sebagai proses individuasi.
d.      Animus
Animus adalah sisi maskulin pada wanita. Tidak dipungkiri seorang wanita juga memiliki sisi maskulin atau sifat yang biasanya dimiliki seorang pria. Namun sifat maskulin ini terkadang tidak terlalu dominan pada wanita. Wanita juga mengerti arti dari seorang pria. Animus bisa ditemukan pada seorang wanita karena dipengaruhi oleh sesosok ayah. Animus milik alam bawah sadar kolektif dan berakar dari perkenalan  prasejarah perempuan terhadap laki-laki.
Animus lebih mempresentasikan pemikiran dan penalaran simbolis. Animus bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini pada perempuan sehingga menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki. Animus juga merupakan  penjelaasan bagi pemikiran irasional dan opini tak logis yang pada dasarnya bukan hasil pemikiran  perempuan, melainkan sudah ada pada diri mereka. Apabila seorang perempuan didominasi oleh animusnya tak satupun tuntutan logis dapat menggoyahkannya dari keyakinan yang sudah mendarah daging pada dirinya. Animus biasanya muncul dalam mimpi, pengelihatan dan vantasi dalam bentuk yang dipersonifikasi. Bergabungnya sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang pemimpin, pengelola yang baik, dan pencari nafkah. Namun, jika seorang wanita mengabaikan aspek-aspek ini dalam dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet, dan tidak aman.

e.       Great mother
Yang berarti ibu agung. Setiap laki-laki maupun perempuan memiliki arketipe great mother. Yang diasosiasikan dengan perasaan positif dan negatif. Great mother mempresentasikan dua kekuatan yang saling berlawanan. Satu sisi adalah fertilitas (kesuburan & pemeliharaan) yang dapat memproduksi & mempertahankan kehidupan dan sisi yang lain adalah destruksi (kekuatan) yang dapat membuang maupun mengabaikan keturunannya.
1)      Dimensi fertilitas dari great mother disimbolkan sebagai pohon, taman, tanah yang sudah dibajak, laut, surge, rumah, negeri, gereja, dan objek hampa seperti panic masak dan oven.
2)      Dimensi destruksi dari great mother disimbolkan sebagai dewi, ibu tuhan, ibu alam, ibu bumi, ibu tiri, atau penyihir.
Fertilitas dan destruksi berkombinasi membentuk konsep kelahiran kembali, sebuah arketipe yang sama sekali berbeda tapi hubungannya dengan great mother tampak sangat jelas. Kelahiran kembali direpresentasikan oleh proses seperti reinkarnasi, baptisme, kebangkitan, dan individuasi atau realisasi diri.
f.       Wise old man
Wise old man berarti laki-laki tua bijak. Wise old man merupakan arketipe kebijaksanaan dan pemaknaan yang menjelaskan pengetahuan manusia mengenai  misteri hidup yang sudah lama diyakini oleh seseorang. Pengertian ini tidak bisa langsung disadari seseorang. Laki-laki atau perempuan didominasi oleh arketip wise old man dapat mengumpulkan banyak pengikut dengan mengeluarkan perkataan yang menyuarakan kedalaman namun sebenarnya tidak masuk akal karena alam bawah sadar kolektif tidak pernah mengimpartasikan secara langsung kebijaksanaanya pada manusia secara individual.
Para politikus misalnya mampu membangkitkan gejolak rasio dan emosional pendengarnya, ini dituntun oleh arketipe alam bawah sadarnya wise old man.  Arketipe wise old man dipersonifikasi dalam mimpi sebagai sosok  ayah, kakek, guru sekolah, filusuf, guru, dokter, dan pendeta. Wise old man juga disimbolkan oleh kehidupan itu sendiri, misalnya seorang anak muda yang meninggalkan rumah, berkelana didunia, mengalami berbagai cobaan dan penderitaan hidup , dan pada akhirnya mencapai sebuah kebijaksanaan.
g.      Hero
Hero ditampilkan sebagai pribadi yang kuat, kadang separuh dewa yang berjuang melawan kesukaran besar untuk menahlukan dan menghancurkan kejahatan namun pada akhirnya nasip hero diahiri sebuah peristiwa yang tidak penting, misalnya:
1)      Achilles (pahlawan perang troya) yang gagah berani akhirnya terbunuh hanya gara-gara sebuah panah menancap ditumitnya.
2)      Supermen yang terkenal menumpas kejahatan melawan kemungkaran akhirnya lemah  hanya karena terkena batu krypton.
Intinya adalah seorang manusia yang pada dasarnya fana bila tanpa kelemahan tidak bisa disebut sebagai hero. Ketika arketipe hero dalam diri kita berhasil mengalahkan orang jahat dia seperti telah membebaskan kita dari perasaan ketidak mampuan dan penderitaan, dalam waktu yang sama hero ikut membentuk model kita menjadi kepribadian yang ideal.
h.      Self
Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Bandingkan saja Self dengan matahari dalam tata surya kita sumber dari segala energi bagi keseluruhan sistem. Jika Ego adalah bumi, maka self adalah matahari. Self adalah kecenderungan warisan untuk bergerak menuju pertumbuhan penyempurnaan dan perlenkapan self paling komprehensif dari semua arketipe dan bisa dibilang self adalah arketipenya karena self lah yang mendorong semua arketipe lain dan menyatukan mereka dalam proses realisasi diri. Self mempunyai simbol tertinggi yaitu mandala, yang digambarkan didalam sebuah kotak persegi, lingkaran didalam sebuah kotak persegi, dan kotak itu berada di lingkaran yang lebih besar mandala mepresentasikan perjuangan bawah sdar kolektif menuju kesatuan keseimbangan dan kemenyeluruhan keseimbangan ditunjukan antara alam sadar dan self total yang idealistik. Banyak orang memiliki kesadaran berlebihan karena hilangnya”pertikan jiwa” kepribadiannya. Artinya mereka gagal menyadri kekayaan dan fitalitas alam bawah sadar personal mereka, khususnya alam bawah sadar kolektif mereka disisi lain manusia yang terlalu diperkuat oleh alam bawah sadar sering kali menjadi patologis, dengan kepribadian yang bersifat satu sisi saja.
Meskipun self hampir tidak pernah seimbang secara sempurna. Setiap orang memiliki dialam bawah sadar kolektifnya, sebuah konsep mengenai self yang satu dan sempurna mandala mempresentasikan diri yang sempurna, arketipe mengenai keteraturan, kesatuan, dan totalisasi. Karena realisasi diri melibatkan kelengkapan dan direpresantasikan oleh simbol kesempurnaan yang sama (mandala) yang terkadang menandakan keilahian. Dibawah alam bawah sadar kolektif, self kadang berbentuk yesus kristus, sang Buddha, sang krisna, atau figur ilahiah lainnya. Secara historis manusia menghasilkan mandala dalam jumlah tak terhitung tanpa pernah memahami arti penting sepenuhnya.
Ringkasnya  self mencakup jiwa sadar dan bawah sadar, dan dia menyatukan elemen-elemen psike yang bertentangan(laki-laki vs perempuan, baik vs jahat, terang vs gelap) yang sering direpresentasikan oleh Yin dan Yang.


Daftar Referensi
Jess Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.) yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar
Chaplin, J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, penrj.). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hall, C. S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon Willey&Son.
Pervin, L. A.&O.P. John. (2000). Personality: Theory and Research. 8th ed. New York : John Willey&Son. 

No comments:

Post a Comment