Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Tuesday 29 May 2012

Pendidikan Hulu ke Hilir


Sebelumnya marilah kita pahami dahulu istilah ilmu pendidikan (paedagogiek) dan pendidikan (paedagogie), istilah diatas sebetulya mempunyai makna sama dengan istilah “paedagogiek” sedangkan “pendidikan” sama dengan istilah “paedagogie”1. Sekarang apakah perbedaannya..??
Ilmu pendidikan (paedagogiek)
Suatu ilmu pendidikan yang menitik beratkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan. Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan, tujuan materi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, jadi disini lebih menitik beratkan teori.
Pendidikan (paedagogie).

Hal ini lebih menekankan dalam hal praktek yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar, tapi keduanya tidak dapat dipisahkan secara jelas kedua duanya harus dilaksanakan secara berdampingan saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Selanjutnya dalam diktat ini sesuai dengan tema diatas konsep TRILOGI/TRIPUSAT Pendidikan HULU ke HILIR yaitu berupa :
Pendidikan HULU : Pendidikan INFORMAL
Pendidikan HILIR : Pendidikan FORMAL dan NON FORMAL
Penulis ingin mengajak pembaca bahwa kesempurnaan pendidikan yaitu ada pada ketiga pilar tersebut dengan penjelasan sbb :
Pendidikan HULU.
Yaitu pendidikan Informal yang terpusatkan didalam rumah dengan orang tua sebagai guru (pendidik) dan anak-anak sebagai (peserta didik) kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu (tidak terbatas) dan tanpa adanya evaluasi. Adapun alasannya diatas pendidikan Hulu (Informal) ini tetap memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seorang/peserta didik dengan penanaman moral kepada anak-anak yang dicontohkan kedua orang tuanya dalam bentuk keteladanan. Pengaruh keteladanan sangatlah kuat, hendaknya orang tua mampu menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya, baik teladan dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut, ataupun sikap pemberani2. Anak dalam masa umur 0-5thn itu terbiasa dengan ubud Taklid(senang meniru) maka kiranya tidaklah salah bahwa keteladanan lebih berarti ketimbang nasehat dan kata-kata keteladan lebih bermakna ketimbang sebuah teori pendidikan. karena sikap orang tua sebagai pendidik yang sudah mengerti menjadi penentu dalam pembentukan karakter anak sehingga bisa diharapkan bagi anak-anak untuk patuh dan taat kepada kedua orang tuanya dan mengurangi tindak kenakalan anak-anak pada orang tua yang disebabkan kurangnya keteladanan orang tua terhadap anak, bahkan tidak mengindahkan perintah orang tuanya sampai anak melawan pada orang tuanya, sang anak pun sampai tega ada yang membunuh orang tuanya sendiri, disekolah banyak para guru-guru yang dicegat dijalan oleh muridnya disebabkan karena memberikan nilai yang buruk diraport sampai si muridnya tersebut tidak naik kelas dan masih banyak lagi, semua itu kurangnya pendidikan moral dan terjadinya krisis keteladanan bagi anak-anak didalam rumah oleh orang tuanya padahal pada masa-masa ini anak memerlukan figur seorang tokoh yang bisa di gugu dan ditiru sampai anak merasa figur yang ditirunya itu pantas di hormati karena sebelum dia mendapatkan pendidikan yang bersifat pengisian intelektual maka pendidikan yang pertama dan utama yaitu pendidikan dirumah dengan menanamkan norma-norma yang baik, anak adalah anggota keluarga dimana orang tua adalah pemimpin keluarga sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya didunia dan khususnya di akhirat maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya. Allah berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS.At-Tharim:6).
Anak menghisap norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun kanak-kanaknya. Suasana keagamaan dalam keluarga akan berakibat anak tersebut berjiwa agama. Pembentukan kebiasaan yang demikian ini menunjukkan bahwa keluarga berperan penting, karena kebiasaan dari kecil itu akan diperbuatnya dimasa dewasa tanpa rasa berat. Ubud taklid (peniruan) secara sadar ataupun lebih-lebih lagi secara tidak sadar oleh anak terhadap kebiasaan keluarga akan terjadi setiap saat. Sehingga dambaan orang tua yang memiliki anak yang dibanggagakan bagi kehidupan benar didapatnya.
Pendidikan HILIR.
1.      Pendidikan Formal (sekolah) memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
2.      Dengan sekolah pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya, si anak didik berguna bagi dirinya dan berguna bagi nusa dan bangsanya. Dengan sekolah kaum beragama mendidik putra putrinya untuk menjadi orang yang melanjutkan dan memperjuangkan agamanya, karena sekolah itu sengaja di adakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan maka dapatlah ia kita golongkan tempat atau lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai pengganti orang tua yang harus ditaati.
3.      Namun sistem pendidikan harus dapat diisi dengan nilai-nilai kebaikan yang mempunyai unsur moral agar proses pembinaan kepribadian anak sejalan dengan pendidikan informal atau pendidikan dirumah yang seirama dan sejalan sebab jika proses pendidikan di sekolah hanya berupa pengisian materi yang ditransfer melalui otak dan bukan watak akibatnya tidak adanya keseimbangan dlm proses berfikir sehingga moral menjadi rendah, anak akan cenderung menjadi anak yang pintar tapi tidak benar, maka muncullah generasi-generasi penerus yang tidak bermoral menjadikan Indonesia ini sakit Indonesia ini terpuruk karena ulahnya orang-orang yang pinter tapi tidak bener, dan lamanya pendidikan juga ikut menentukan berhasilnya pembentukan pribadi anak agar anak ketika dia lulus tidak hanya memiliki kecerdasan intelektualnya(IQ) namun juga mempunyai daya kecerdasan emosianal (EQ) dalam bersikap yang dapat mengolah bahan keilmuannya untuk diterjemahkan didalam kehidupan yang disebut kecerdasan spiritual (SQ).
Pendidikan HILIR.
1.      Pendidikan Non Formal (Lingkungan masyarakat) sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya, masalah pendidikan di keluarga dan di sekolah tidak bisa melepaskan nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di manapun berada, tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan karakteristik masyarakat lain, namun juga mempunyai norma-norma yang universal dengan masyarakat pada umumnya. Contoh tentang sopan santun orang timur yang mengajarkan/menentukan cara memberi sesuatu kepada atau menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan. Bagi orang timur menerima dan memberi dengan tangan kiri dinilai tidak sopan, tidak tahu aturan, dianggap menghina atau meremehkan. Hal demikian tidak berlaku bagi orang barat yang membolehkan menerima dan memberi dengan tangan kiri.
2.      Hal itulah jika kita mengkaitkannya dengan pendidikan jikalau ada seorang anak yang mendapatkan pendidikan di rumah dengan baik tapi dilingkungannya tidak baik maka sangat mengkhawatirkan sang anak akan terjerumus kepada lingkungan yang buruk itu, karena pengaruh lingkungan yang sangat besar diisi dengan berbagai macam ragam manusia yang berbeda budaya dan adat kebiasaan dizaman modern ini acap kali kita mendengar obrolan wali murid tentang buah hatinya. Umumnya mereka menilai anak sekarang itu pandai-pandai mengalahkan generasi sebelumnya. “lihat kecil-kecil mereka sudah pandai main komputer”.” Heran, cepat sekali mereka menguasai cara menggunakan hape”. Tetapi manakala obrolan itu berlanjut maka pujian itu pada ujungnya bergeser menjadi keluhan dan keprihatinan. Ini tatkala mereka sudah berbincang soal sikap dan perilaku generasi muda pada umumnya. Anak sekarang susah diatur tidak punya sopan santun, Jikalau lingkungan kebanyakan diisi manusia yang selalu melanggar norma asusila maka dipastikan pendidikan pada lingkungan itu tidak akan membuat rasa aman bagi anak-anak untuk belajar terlebih orang tua mereka karena kurang sempurnanya lingkungan tersebut, seperti kurangnya fasilitas dan sarana lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan organisasi-organisasi atau tempat kursus bagi anak untuk mengisi waktu belajar meraka, malah kebalikannya adalah lebih banyak anak-anak bermain yang permainan tersebut kurang bermanfaat dari sisi sosial, spiritual dan intelektual. Untuk itu perlunya kesadaran bagi anggota masyarakat sebagai lembaga pendidikan ke tiga mampu memberikan pengaruh yang positif demi kelangsungan pendidikan yang sempurna di masyarakat menyentuh jasmani dan rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat.

Sumber :
Drs.H abu ahmadi&Drs. Nur Unbiyati, Ilmu pendidikan, Rineka Cipta,  jakarta,2001, hal 68.
Dr.musfir Az-zahrani,Konseling Terapi, Gema insani, jakarta,2005,hal 42

Renungan :
Imam Ja’far Shadiq pernah berpesan, “Berikanlah pendidikan agama kepada anak-anakmu sesegera mungkin sebelum lawan-lawanmu menggantikanmu dan menanamkan ide-ide yang salah dan keliru pada fikiran mereka. Pesan Imam Ja’far menjadi begitu menggugah setelah kita menyadari tantangan jaman yang kelak akan dihadapi anak-anak kita. Membekali mereka dengan nilai-nilai dan kesadaran agar bisa mengenali dan memahami potensi dirinya termasuk potensi kecerdasan yang harus dimilikinya merupakan langkah tepat dan bijaksana, sungai memang mengalir dari HULU yang bermuara ke Laut HILIR, Namun tidak semua sungai dapat bermuara ke lautan bisa saja dia berakhir di penampungan air(waduk) namun di tiap perjalanan air sungai terkadang tercemar oleh ulah tangan manusia, maka pendidikan sekiranya bisa lebih sempurna antara HULU dan HILIRnya manakala ada yang berusaha mengotorinya maka Peran Orang tua, Guru dan Masyarakat berperan aktif dalam meluruskan sikap yang tidak terpuji di diri anak.
Salam.......

No comments:

Post a Comment