Sebelumnya
marilah kita pahami dahulu istilah ilmu pendidikan (paedagogiek) dan pendidikan
(paedagogie), istilah diatas sebetulya mempunyai makna sama dengan istilah
“paedagogiek” sedangkan “pendidikan” sama dengan istilah “paedagogie”1. Sekarang
apakah perbedaannya..??
Ilmu pendidikan
(paedagogiek)
Suatu ilmu
pendidikan yang menitik beratkan kepada pemikiran permenungan tentang
pendidikan. Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan, tujuan materi
pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, cara penilaian, cara penerimaan
siswa, guru yang bagaimana, jadi disini lebih menitik beratkan teori.
Pendidikan
(paedagogie).
Hal ini lebih
menekankan dalam hal praktek yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar, tapi
keduanya tidak dapat dipisahkan secara jelas kedua duanya harus dilaksanakan
secara berdampingan saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Selanjutnya
dalam diktat ini sesuai dengan tema diatas konsep TRILOGI/TRIPUSAT Pendidikan
HULU ke HILIR yaitu berupa :
Pendidikan HULU
: Pendidikan INFORMAL
Pendidikan
HILIR : Pendidikan FORMAL dan NON FORMAL
Penulis ingin
mengajak pembaca bahwa kesempurnaan pendidikan yaitu ada pada ketiga pilar
tersebut dengan penjelasan sbb :
Pendidikan
HULU.
Yaitu
pendidikan Informal yang terpusatkan didalam rumah dengan orang tua sebagai
guru (pendidik) dan anak-anak sebagai (peserta didik) kegiatan pendidikan ini
tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu (tidak terbatas)
dan tanpa adanya evaluasi. Adapun alasannya diatas pendidikan Hulu (Informal)
ini tetap memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seorang/peserta
didik dengan penanaman moral kepada anak-anak yang dicontohkan kedua orang
tuanya dalam bentuk keteladanan. Pengaruh keteladanan sangatlah kuat, hendaknya
orang tua mampu menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya, baik teladan
dalam ibadah, zuhud, tawadhu, sikap lemah lembut, ataupun sikap pemberani2.
Anak dalam masa umur 0-5thn itu terbiasa dengan ubud Taklid(senang meniru) maka
kiranya tidaklah salah bahwa keteladanan lebih berarti ketimbang nasehat dan
kata-kata keteladan lebih bermakna ketimbang sebuah teori pendidikan. karena
sikap orang tua sebagai pendidik yang sudah mengerti menjadi penentu dalam
pembentukan karakter anak sehingga bisa diharapkan bagi anak-anak untuk patuh
dan taat kepada kedua orang tuanya dan mengurangi tindak kenakalan anak-anak
pada orang tua yang disebabkan kurangnya keteladanan orang tua terhadap anak,
bahkan tidak mengindahkan perintah orang tuanya sampai anak melawan pada orang
tuanya, sang anak pun sampai tega ada yang membunuh orang tuanya sendiri,
disekolah banyak para guru-guru yang dicegat dijalan oleh muridnya disebabkan
karena memberikan nilai yang buruk diraport sampai si muridnya tersebut tidak
naik kelas dan masih banyak lagi, semua itu kurangnya pendidikan moral dan
terjadinya krisis keteladanan bagi anak-anak didalam rumah oleh orang tuanya
padahal pada masa-masa ini anak memerlukan figur seorang tokoh yang bisa di
gugu dan ditiru sampai anak merasa figur yang ditirunya itu pantas di hormati
karena sebelum dia mendapatkan pendidikan yang bersifat pengisian intelektual
maka pendidikan yang pertama dan utama yaitu pendidikan dirumah dengan
menanamkan norma-norma yang baik, anak adalah anggota keluarga dimana orang tua
adalah pemimpin keluarga sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya
didunia dan khususnya di akhirat maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya.
Allah berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman lindungilah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”. (QS.At-Tharim:6).
Anak
menghisap norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun
kanak-kanaknya. Suasana keagamaan dalam keluarga akan berakibat anak tersebut
berjiwa agama. Pembentukan kebiasaan yang demikian ini menunjukkan bahwa
keluarga berperan penting, karena kebiasaan dari kecil itu akan diperbuatnya
dimasa dewasa tanpa rasa berat. Ubud taklid (peniruan) secara sadar ataupun
lebih-lebih lagi secara tidak sadar oleh anak terhadap kebiasaan keluarga akan
terjadi setiap saat. Sehingga dambaan orang tua yang memiliki anak yang
dibanggagakan bagi kehidupan benar didapatnya.
Pendidikan
HILIR.
1.
Pendidikan
Formal (sekolah) memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya
besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan
sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi
anak.
2.
Dengan
sekolah pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai
dengan bidang dan bakatnya, si anak didik berguna bagi dirinya dan berguna bagi
nusa dan bangsanya. Dengan sekolah kaum beragama mendidik putra putrinya untuk
menjadi orang yang melanjutkan dan memperjuangkan agamanya, karena sekolah itu
sengaja di adakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan maka dapatlah ia
kita golongkan tempat atau lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga
lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru
sebagai pengganti orang tua yang harus ditaati.
3.
Namun
sistem pendidikan harus dapat diisi dengan nilai-nilai kebaikan yang mempunyai
unsur moral agar proses pembinaan kepribadian anak sejalan dengan pendidikan
informal atau pendidikan dirumah yang seirama dan sejalan sebab jika proses
pendidikan di sekolah hanya berupa pengisian materi yang ditransfer melalui
otak dan bukan watak akibatnya tidak adanya keseimbangan dlm proses berfikir
sehingga moral menjadi rendah, anak akan cenderung menjadi anak yang pintar
tapi tidak benar, maka muncullah generasi-generasi penerus yang tidak bermoral
menjadikan Indonesia ini sakit Indonesia ini terpuruk karena ulahnya
orang-orang yang pinter tapi tidak bener, dan lamanya pendidikan juga ikut
menentukan berhasilnya pembentukan pribadi anak agar anak ketika dia lulus
tidak hanya memiliki kecerdasan intelektualnya(IQ) namun juga mempunyai daya
kecerdasan emosianal (EQ) dalam bersikap yang dapat mengolah bahan keilmuannya
untuk diterjemahkan didalam kehidupan yang disebut kecerdasan spiritual (SQ).
Pendidikan
HILIR.
1.
Pendidikan
Non Formal (Lingkungan masyarakat) sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah
keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang
lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan
sosial serta berjenis-jenis budayanya, masalah pendidikan di keluarga dan di
sekolah tidak bisa melepaskan nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi
oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di manapun berada, tentu
mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya
yang berbeda dengan karakteristik masyarakat lain, namun juga mempunyai
norma-norma yang universal dengan masyarakat pada umumnya. Contoh tentang sopan
santun orang timur yang mengajarkan/menentukan cara memberi sesuatu kepada atau
menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan. Bagi orang timur menerima
dan memberi dengan tangan kiri dinilai tidak sopan, tidak tahu aturan, dianggap
menghina atau meremehkan. Hal demikian tidak berlaku bagi orang barat yang
membolehkan menerima dan memberi dengan tangan kiri.
2.
Hal
itulah jika kita mengkaitkannya dengan pendidikan jikalau ada seorang anak yang
mendapatkan pendidikan di rumah dengan baik tapi dilingkungannya tidak baik
maka sangat mengkhawatirkan sang anak akan terjerumus kepada lingkungan yang
buruk itu, karena pengaruh lingkungan yang sangat besar diisi dengan berbagai
macam ragam manusia yang berbeda budaya dan adat kebiasaan dizaman modern ini
acap kali kita mendengar obrolan wali murid tentang buah hatinya. Umumnya
mereka menilai anak sekarang itu pandai-pandai mengalahkan generasi sebelumnya.
“lihat kecil-kecil mereka sudah pandai main komputer”.” Heran, cepat sekali
mereka menguasai cara menggunakan hape”. Tetapi manakala obrolan itu berlanjut
maka pujian itu pada ujungnya bergeser menjadi keluhan dan keprihatinan. Ini
tatkala mereka sudah berbincang soal sikap dan perilaku generasi muda pada
umumnya. Anak sekarang susah diatur tidak punya sopan santun, Jikalau
lingkungan kebanyakan diisi manusia yang selalu melanggar norma asusila maka
dipastikan pendidikan pada lingkungan itu tidak akan membuat rasa aman bagi
anak-anak untuk belajar terlebih orang tua mereka karena kurang sempurnanya
lingkungan tersebut, seperti kurangnya fasilitas dan sarana lembaga sosial
budaya, yayasan-yayasan organisasi-organisasi atau tempat kursus bagi anak
untuk mengisi waktu belajar meraka, malah kebalikannya adalah lebih banyak
anak-anak bermain yang permainan tersebut kurang bermanfaat dari sisi sosial,
spiritual dan intelektual. Untuk itu perlunya kesadaran bagi anggota masyarakat
sebagai lembaga pendidikan ke tiga mampu memberikan pengaruh yang positif demi
kelangsungan pendidikan yang sempurna di masyarakat menyentuh jasmani dan
rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga
masyarakat.
Sumber :
Drs.H abu ahmadi&Drs. Nur Unbiyati, Ilmu pendidikan, Rineka Cipta, jakarta,2001, hal 68.
Dr.musfir Az-zahrani,Konseling Terapi, Gema insani, jakarta,2005,hal 42
Drs.H abu ahmadi&Drs. Nur Unbiyati, Ilmu pendidikan, Rineka Cipta, jakarta,2001, hal 68.
Dr.musfir Az-zahrani,Konseling Terapi, Gema insani, jakarta,2005,hal 42
Renungan :
Imam Ja’far
Shadiq pernah berpesan, “Berikanlah pendidikan agama kepada anak-anakmu
sesegera mungkin sebelum lawan-lawanmu menggantikanmu dan menanamkan ide-ide
yang salah dan keliru pada fikiran mereka. Pesan Imam Ja’far menjadi begitu
menggugah setelah kita menyadari tantangan jaman yang kelak akan dihadapi
anak-anak kita. Membekali mereka dengan nilai-nilai dan kesadaran agar bisa
mengenali dan memahami potensi dirinya termasuk potensi kecerdasan yang harus
dimilikinya merupakan langkah tepat dan bijaksana, sungai memang mengalir dari
HULU yang bermuara ke Laut HILIR, Namun tidak semua sungai dapat bermuara ke
lautan bisa saja dia berakhir di penampungan air(waduk) namun di tiap
perjalanan air sungai terkadang tercemar oleh ulah tangan manusia, maka
pendidikan sekiranya bisa lebih sempurna antara HULU dan HILIRnya manakala ada
yang berusaha mengotorinya maka Peran Orang tua, Guru dan Masyarakat berperan
aktif dalam meluruskan sikap yang tidak terpuji di diri anak.
Salam.......
No comments:
Post a Comment