1.1 Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari
semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan,
mencari hubungan,dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki.
Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan melalui sebuah
alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah metodologi penelitian yang
biasanya berisi tentang cara-cara menggunakan beberapa metode pendekatan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian yang biasa
digunakan dalam berbagai penelitian terutama dalam bidang pendidikan, salah
satunya adalah metode penelitian korelasional. Fenomena yang terjadi dalam
dunia pendidikan terdapat hubungan antar unsur-unsurnya. Seperti hubungan
antara guru dengan siswa, guru dengan materi atau kurikulum, materi dengan evaluasi
pembelajaran, dan masih banyak yang lainnya. Hubungan-hubungan tersebut dapat
diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah dan secara statistik melalui metode
penelitian korelasional.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang ::
1.
Apa pengertian
penelitian Korelasional ?
2.
Apa tujuan penelitian
korelasional ?
3.
Bagaimana ciri-ciri
penelitian korelasional ?
4.
Apa saja langkah pokok
Penelitian korelasional ?
5.
Apa saja macam-macam
penelitian korelasional ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.Untuk
memahami pengertian penelitian korelasional
2.Untuk
mengetahui apa tujuan penelitian korelasional
3.Untuk
mengetahui bagaimana ciri-ciri penelitian korelasional
4.Untuk
mengetahui apa saja langkah-langkah pokok penelitian korelasional
5.Untuk
mengetahui apa saja macam-macam penelitian korelasional
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penelitian
Korelasional
Correlational research is a research study that involves collecting data in
order to determine whether and to what degree a relationship exists between two
or more quantifiable variables (Gay, 1982:430) dalam
Sukardi (2008:166).
Penelitian korelasi
adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada
tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek
atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan
salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefesien korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para
peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya
adalah:
1. penelitian korelasi tepat jika variabel
kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel seperti dalam penelitian eksperimen,
2. memungkinkan variabel diukur secara
intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
3. memungkinkan peneliti mendapatkan
derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi, 2008:166)
Disamping itu,
penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian tentang
dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:
1. Adakah hubungan diantara dua variabel?
2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?
3. Berapa besar/ jauh hubungan tersebut
dapat diterangkan?
Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan,
kearah mana hubungan tersebut (positif/negatif), dan seberapa jauh hubungan ada
antara dua variabel atau lebih (yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara
kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi badan dengan
umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari
suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu
hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).
Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya mendasarkan
pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau
memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mengetahui
cukup banyak alasan yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang
ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti memfokuskan
usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang
kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga dapat
melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua
variabel yang dianggap penting.
Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan
penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan yang
signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh,
misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, belajar
strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.
Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika peneliti
mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut.
a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada
hubungan antarvariabel dimana koefisien korelasi dapat mencapainya.
b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan
kegunaannya apabila variabel yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak
mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.
c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan
pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi,
yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.
2.2 Proses Dasar
Penelitian Korelasional
Menurut
Gay (1981) sementara studi hubungan dan studi rediksi mempunyai karakteristik
unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia
menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional sebagai berikut.
1.Pemilihan
Masalah
Studi
korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar
yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang
diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan
duselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
2.Sampel
dan Pemilihan Instrumen
Sampel
untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat
diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapaat
diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan
mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel yang akan
diteliti. Jika variabel tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang
dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat.
Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur
variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan
hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh,anda ingin menentukan hubungan antara
hasil belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika anda memilih dan
menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien
korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang
diinginkan. Keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar
matematika; koefisien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan
antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu
keterampilan berhitung. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih
dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk tujuan penelitian kita.
3.Desain
dan Prosedur
Desain
korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari
setiap jumlah sampel yang dipilih,satu skor untuk setiap variabel yang
diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang
dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel
tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel,dan beberapa
penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desin dasar tetap sama dalam
semua studi korelasional
4.Analisis
Data dan Interpretasi
Bila
dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien
korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang
mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00;
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa
seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang
tinggi pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefisien
korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini
berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor
orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00,
kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal ini berarti
bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang
rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan
penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981 : 185).
Interpretasi
suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan
kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan
perhitunganya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang
dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah
signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,signifikansi statistik
merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.
Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh berbeda
secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,bukan
suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat
pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain,
berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak dapat menentukan secara
positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua
variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada
hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya
mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar
koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas
yang diberikan. Untuk level probabillitas yang sama, atau level signifikansi
yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecl
dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang
berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai
contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya
koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak
lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep ini
berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan
data pada setiap anggoa populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak
ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil
koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar
antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika
penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa
anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat.
Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi
tidak menetapkanya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubnungan
sebab-akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat
antara dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa
satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi;
mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.
2.3 Macam Studi
Korelasional
1.
Studi Hubungan
Studi
hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau
variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, seperti hasil belajar
akademik,motivasi, dan konsep diri. Variabel yang diketahui tidak berhubungan
dapar dieliminasi dari perhatian/pertimbangan selanjutnya. Identifikasi
variabel berhungan membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi demikian
memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif atau eksperimental.
Studi eksperimental mahal dalam lebih dari satu cara; studi korelasional
merupakan cara yang efektif mengurangi studi eksperimental yang tidak
menguntungkan dan menyarankan sesuatu yang secara potensial produktif. Dalam
studi kausal- komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi
terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin berhubungan
dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur
dengan variabel bebas. Studi hubungan membantu peneliti mengidentifkasi
variabel-variabel seperti itu untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki
pengaruh variabel yang sesungguhnya. Jika anda tertarik dalam membandingkan
keefektifan metode yang berbeda dari pengajaran membaca untuk kelas 1,
misalnya, anda barangkali ingin mengontrol perbedaan awal dalam kesiapan
membaca.
2.Studi
Prediksi
Jika
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lain. Peringkat SMA,
sebagai contoh, dapat digunakan untuk memprediksikan peringkat di perguruan
tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi
sering ilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau
membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji
hipotesis teoretis mengenai variabel yang dipercaya menjadi pediktor suatu
kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran
individual. Sebagai contoh,hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan
level kesuksesan yang mungkin dicapai individu dalam mata pelajaran tertentu,
seperti aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang
mungkin berhasil di perguruan tinggi atau dalam suatu program pelatihan kerja.
Dan untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin
paling sukses. Dengan demikian, hasil studi prediksi digunakan oleh sejumlah
kelompok disamping para peneliti, seperti konsultan dan personil perizinan.
Jika beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu
variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari variabel
tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan pada salah satu darinya. Sebagai
contoh, prediksi keberhasilan di perguruan tinggi biasanya didasarkan pada
kombinasi beberapa faktor, seperti peringkat SMA, rangking dalam peringkat
kelas, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Walaupun terdapat beberapa
perbedaan utama antara studi prediksi dan studi hubungan, keduanya melibatkan
penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel
kompleks.
3.
Korelasi dan Kausalitas
Penelitian
korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
antarvariabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari
koefisien korelasi menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu
hubungan korelasional antara dua variabel kadang-kadang merupakan hasil dari
sumber lain, jadi kita harus hati-hati dan ingat bahwa korelasi tidak harus
menjelaskan sebab dan akibat. Jika suatu hubungan yang kuat ditemukan antara
dua variabel, kausalitas dapat diuji melalui penggunaan pendekatan
eksperimental (LaMar,2004;1).
Berbagai
rancangan penelitian korelasional didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih
baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada
hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi –dan dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain.
Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalampenelitian eksperimental
(Davis, 1997:1).
Dengan
demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting
kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur
(path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs)
membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah
kuantitatif (ibid).
4.Manfaat
Penggunaan Metode Korelasional
Metode
korelasional memungkinkan para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah
besar variabel dalam suatu studi
tunggal. Koefisien korelasi memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan.
Penggunaan metode korelasional ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan
antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui
skor pada variabel lain.
2.4 Rancangan
Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu (1) korelasi bivariat,
(2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5)
rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy
& Zechmeister,2000:2-5)
1.Korelasi
Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabe;. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat
hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antara
-1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan
tidak ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1,
merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah
hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin
tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Hubungan
antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif.
Hubungan antara sres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
2.Regresi
dan Prediksi
Jika
terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh,
terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres
kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
3.
Regresi Jamak (Multiple Regression)
Regresi
jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak
kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang kita
gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut
variabel prediktor (predictor variables).
Jika
saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga mengetahui skor perilaku
kesehatan(seberapa baik saya memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana
kesehatan saya selama ini (baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan
lebih dapat memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian,
terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status
kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan
datang.
4.
Analisis faktor
Prosedur
statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum.
Sebagai
contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi,
mental,dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu skor.
Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini
akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan
berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan
terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, cemas, depresi,
danseterusnya. Atau di pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan
faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang
berhubungan dengan marah, cemas, depresi, dan seterusnya.
5.
Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat
dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah
rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis
jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan
satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat
hubungan antara stres dan kesehatan. Analsis jalur digunakan untuk
memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melaluipsikologi, jalur utama yang
berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui perilaku sehat. Artinya kita
mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan
fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita
menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang
baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku
sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan
ini.
Desain
panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus. Itu
digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa menonton kekerasan di TV lebih
mengarah pada kekerasan perilaku daripada cara lain.
6.
Analisis Sistem (System Analysis)
Desin
ini melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan
balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis
digunakan untuk menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil
dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru
terhadap performasi siswa, usaha pengajaran, dan performasi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
2.5 Kesalahan dalam
Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan
yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional adalah
sebagai berikut.
Ø
Peneliti berasumsi
bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
Ø
Peneliti bertumpu pada
pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
Ø
Peneliti memilih
statistik yang tidak tepat
Ø
Peneliti menggunakan
analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
Ø
Peneliti tidak
melakukan studi validitas silang
Ø
Peneliti menggunakan
analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
Ø
Peneliti gagal
menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Ø
Peneliti salah tafsir
terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
2.6 Kelebihan dan
Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara lain: kemampuanya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);
dan penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat kekuatan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi
menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.
Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel
untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis
prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan,
kelemahan penelitian korelasional, antara lain: hasilnya cuma mengidentifikasi
apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal; jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas; pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna. (Abidin,2010).
2.7. Contoh Penelitian Korelasional
Penelitian
dilakukan oleh Rusmini, bidang Manajemen Pendidikan pada tahun 2003, sebagai
berikut:
Judul
Penelitian :
Kualitas
Pelayanan Karyawan Administrasi Akademik, Survey di Politeknik Kesehatan
Jakarta (2003)
Masalah
Penelitian
1.Apakah
terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayaanan
karyawan?
2.Apakah terdapat
hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan?
3.Apakah
terdapat hubungan kemampuan berpikir mekanik dengan kualitas pelayanan
karyawan?
4.Apakah
terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal,
dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan?
(Rusmini,2004:5)
Kajian
Teoristis
Teori-teori
yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel penelitian yang
meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi akademik, komunikasi
interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik.
Kualitas
Pelayanan
Berdasarkan
teori-teori yang dideskripsikan, penelitian menyimpulkan bahwa kualitas
pelayanan karyawan adalah “keseluruhan hasil kegiatan karyawan yang dilakukan
dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan pedoman atau peraturan yang telah
ditetapkan untuk memenuhi harapan pelanggan dengan indikator kepedulian
karyawan dan kepuasan pelanggan” (Rrusmini,2004:9)
Pengetahuan
Administrasi Akademik
Berdasarkan
teori-teori yang dideskripsikan, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan
administrasi akademik adalah “segenap yang diketahui karyawan tentang konsep,fakta,
dan prinsip-prinsip kegiatan dalam pelayanan yang berhubungan dengan
administrasi akademik yang meliputi bidang pengajaran, kemahasiswaan, media
kependidikan, perpustakaan, laboratorium,dan perbengkelan” (Rusmini, 2004:15)
Komunikasi
Interpersonal
Komunikasi
interpersonal disimpulkan penelitian berdasarkan teori-teori yang
dideskripsikan sebagai “interaksi antara pemberi dan penerima informasi atau
pesan baik menggunakan alat ataupun tanpa bantuan alat yang dapat menunjang
kegiatan akademik dengan indikator penyampaian dan penerima pesan, kerja sama,
dan umpan balik”(Rusmini, 2004:18)
Kemampuan
Berfikir
Kemampuan
berfikir mekanik disimpulkan peneliti berdasarkan kajian teoris sebagai
“kesanggupan seseorang dalam menuangkan gagasan yang berkaitan dengan masalah
mekanik dengan indikator penyusun konsep tentang penggunaan alat-alat
mekanik,penerapan prinsip-prinsip fisika mekanik, dan pemecahan masalah
mekanik”(Rusmini, 3004:210)
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
kajian teoristis dan penyusunan kerangka berfikir tentang asumsi hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara terpisah maupun
secara bersama-sama, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut.
a.Terdapat
hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik dan kualitas
pelayanan
b.Terdapat hubungan
positif antara komunikasi interpersonal dan kualitas pelayanan
c.Terdapat hubungan
positif antara kemampuan berfkir mekanik dengan kualitas pelayanan
d.Terdapat
hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik,komunikasi
interpersonal dan kemampuan berfikir mekanik secara bersama-sama dengan
kualitas pelayanan(Rusmini,2004: 22)
Metodologi
Penelitian
Penelitian
menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pengetahuan administrasi akademik (X1),
komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berpikir mekanik (X3).
Sementara itu, variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan (Y).
Penelitian
ini dilakukan di politeknik Kesehatan Jakarta II dengan unit analisis karyawan
administrasi akademik. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan januari sampai
dengan juli 2003.
Pengambilan
sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan secara acak dari populasi karyawan
administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang berjumlah 121
orang dengan tingkat pendidikan SMA.
Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat variabel adalah daftar
pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan sebagai variabel terkait
didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara masing-masing karyawan dinilai
oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih secara acak sederhana. Skor
kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan skor rata-rata dari ketiga
penilai.
Teknik
analisis data korelasi parsial. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratann analisis berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.
Hasil
Penelitian
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.Terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi
akademik dan kualitas pelayanan.
b.Terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dan
kualitas pelayanan.
c.Terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan berpikir mekanik
dengan kualitas pelayanan.
d.Terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi
akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik secara
bersama-sama dengan kualitas pelayanan (Rusmini, 2004 :25-29).
Dengan
demikian, penelitian menyimoulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan di
Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatkan dengan mengembangkan
pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan berpikir
mekanik (Rusmini, 2004:30).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan
adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian
untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti
adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap
variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua
variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah
penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga
yang mempengaruhi variabel pertama, variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi
kedua-duanya. Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat,
adanya hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.
3.2 Saran
Dalam Penelitian Korelasional, Sering ditemukan kesalahan-kesalahan
yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional, yang
mungkin perlu diperhatikan lebih jauh adalah sebagai berikut:
a. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
b. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
c. Peneliti memilih statistik yang salah
d. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih
tepat
e. Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang
f. Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi
(teori)
g.Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan
suatu analisis jalur
h. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam
suatu studi.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi,1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo PersadaSugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Bandung
Merdekawati, Eka. 2011. Metode Penelitian Korelasional. http://eka-merdekawati.blogspot.com/2011/11/metode-penelitian-korelasional.html
ijin copas ya , mksh bget
ReplyDeletewah.. akhirnya, lumayan dapat pencerahan. Terimakasih kak
ReplyDelete