Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Saturday, 30 March 2013

Karakteristik peserta didik Di Sekolah Dasar

Karakteristik peserta didik Di Sekolah Dasar
 
Karakteristik peserta didik merupakan keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada pesertadidik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya.
Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri. Oleh karena pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan disekolah dasar agar pribadi dan segenap potensi karakteristik yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan diSD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan dan kemampuan para pelaksananya yaitu guru kelas. Seperti system pembelajaran Kurikulum Berbasis Kopetensi dan pembelajaran terpadu (tematik) yang telah dikeluarkan oleh lembaga pendidikan mulai Juni 2004 untuk menggantikan kurikulum 1994. Yaitu, yang bersifat aktif dalam artian bahwa siswa dituntut untuk aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan memberi motivasai pada siswa agar dapat mengembangkan potensi dalam diri siswa. Oleh karena itu guru harus bias merangsang daya fikir peserta didik agar dapat berkembang secara potomal,  dan membekali diri untuk kehidupan yang akan datang.
Dengan demikian pada makalah ini menjelaskan tentang karakteristi – klarakteristik yang peserta didik perlu diperhatikan dan cara dalam pemberian pembelajaran untuk menunjang perkembangan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dan sesuai dangan taha perkembangannya. 

A.    Karakteristik Perkembangan Peserta Didik di SD
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan disekolah dasar agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan diSD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan dan kemampuan para pelaksananya yaitu guru kelas.
Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan pesertadidik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyaikontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa.Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akanmampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu harus datap memahami  karakteristik siswa di SD sehingga  peserta didik dapat berkembang secaa optimal.

Siswa SD adalah mereka yang berusia sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD adalah:
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2.      Mengembangkan keterampilan dasar dalam menulis,membaca dan berhitung.
3.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6.      Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7.      Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.      Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
9.      Belajar menjalankan peran social sesuai dengan jenis kelamin.
10.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga social.
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
Dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui hambatan – hambatan  permasalahan sehingga mereka banyak bergantung pada orang lain, terutama orang tua dan guru. Oleh sebab itu anak usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. Penyelenggaraan ,pengajaran,pelatihan dan bimbingan diharapkan dapat menunjang tugas-tugas perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan SD.
Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada pesertadidik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitasdalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harusdikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:
1.Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisiteskills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-halyang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
2.Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3.Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Adapun Karakteristik Peserta Didik yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:
•Kondidi fisik 
•Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan
•Gaya belajar 
•Usia
•Tingkat kematangan
•Ruang lingkup minat dan bakat
•Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
•Faktor emosional
•Faktor komunikasi
•Intelegensia
•Keselaran dan attitude
•Prestasi belajar 
•Motivasi dan lain-lain.
Selain itu, karakteristik perkembangan peserta didik juga terjadi pada beberapa segi perembangan yaitu pada karakteristik perkembangan fisik, karakteristik perkembangan kognotif, karankeristik perkembangan emosi atau psikososial. Untuk melihan lebih jelasnya telah dijelaskan sebagai berikut;

1.      Karakteristik Perkembangan Fisik peserta didik di SD
Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masaanak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama di SD. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki. Pada akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak  perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat dari pada anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak  perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 13 tahun. Anak laki laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13 16 tahun.Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertasawal (prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dansekunder.Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dankecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi,ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yangmemerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matangsebelum anak matang yang sama usianya mulai mengalami pubertas.
2.      Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik di SD
Pada anak usia SD, mereka mengalami tahap ketiga dan keempat dari 4 tahap, yaitu:
  • Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas, menkonservasi angka melalui 3 macam proses operasi, yaitu:
  1. Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
  2. Resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.
  3. Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berfikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
  • Tahap 4 : Formal Operasional (11 – 12 tahun)
Pada fase ini, anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi, memahami, dan membuat perkiraan di masa depan.
Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Tahap perkembangan intektual tiap anak, selalu mengikuti tahapan-tahapan yang ada, mulai dari sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal. Irama perkembangan tiap tahap untuk tiap anak berbeda satu dengan yang lain. Interval umur tiap tahap perkembangan intelektual yang diacu Piaget, hanyalah sebagai pedoman umum. Berdasarkan perkembangan intelektual inilah, maka umur anak sekolah ditetapkan sebagai berikut: anak masuk TK minimal umur 4 tahun, anak masuk SD minimal berumur 6 tahun. Hal ini diprediksikan bahwa anak umur 6 tahun akan mampu mengikuti/mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
3.      Karateristik Perkembangan emosi atau psikososial (Sosio emosional) Peserta Didik di SD

Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat padadiri sendiri), dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya.Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap 'I can do it my self'. Mereka dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengankelompok, dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk normanorma sosial dan kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilaikemampuan kemampuan mereka sendiri.Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka.
Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalahemosional yang serius Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya.Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa.Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak denganmudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD hubungan inimenjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagaimodel. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara terbukamenentang gurunya.Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiridan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Pada anak perempuan sekitar kelas 6 SD, sudah mencapai puncak lonjakan tinggi badan pada umur (10,5 13,5) tahun dan sudah mulai menstruasi umur (10,5 15,5) tahun. Sementara itu pada anak lakilaki puncak lonjakan tinggi badan tercapai (12,515,5) tahun serta mereka juga sudah dewasa padaalat reproduksinya pada umur (12 16) tahun yaitu dengan ditandainya penyemburan pertama air mani.Perkembangan sosio emosional, pada anak permulaan masuk SD mulai mengembangkanketerampilan berpikir, bertindak, dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnyakelas dan dengan berlangsungnya pendidikan dan pengajaran di sekolah, anak semakinrnengembangkan konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu termasuk mengerjakan tugas sekolah,mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Pada akhir SMP anak sudah mencapai perkembangan sosio emosional yang lebih stabil dan sudah mengembangkan status pencapaianidentitas.
B.     Iplementasi Pengajaran BK di Sekolah

Secara nasional mulai Juli 2004 Indonesia mulai melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi, menggantikan kurikulum tahun 1994. Berbagai persiapan telah dilakukan, mulai dari pengembangan pedoman kurikulum sampai dengan materi bahan ajar dan cara mengevaluasinya. Secara umum sistem pembelajaran yang berlangsung di sekolah dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Winataputra, 1997). Dapat dikatakan bahwa dasar pemikiran konsep kompetensi dalam kurikulum  berkenaan dengan kemampuan dan kehandalan siswa melakukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa agar mampu mencapai suatu standar yang terukur. Berarti selama proses pembelajaran berlangsung siswa memegang peranan utama (learners oriented) sementara guru menjadi fasilitator. Selain itu juga, Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang   menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik.
Oleh karena itu sekarang telah dibuat pembelejara terpadu sebagai alternative yang tepat untuk mengefektifkan pembelajaran peserta didik di SD dapat tumbuh dan belajar secara optimal sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Joni (1996) bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang menghubungkan berbagai konsep dan kompetensi dari beberapa disiplin ilmu. Pembelajaran terpadu dikenal dengan pembelajaran tematik karena pengajarannya bertumpu pada topik tertentu. Pada masai ini (di SD) siswa masih menghayati pengalaman secara optimal. Pada dasarnya system kognitif siswa di SD masih berada pada tahap oprasional konkrit dan konsep yang dipahami masih sulit dipahami melainkan berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain siswa SD masih sulit menghubungkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain (Joni, 1996). Kenyataan menunjukkan bahwa dalam menghadapi suatu permasalahan, siswa SD membutuhkan berbagai disiplin ilmu, oleh karena itu dengan pembelajaran terpadu siswa dilatih untuk melihat, menanggapi dan memecahkan masalah hidup secara komprehensif. Dengan demikian system pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi menuntut pengembangan kemampuan memecahkan masalah anak, yang akhirnya memacu pendidik untuk menjadikan anak sebagai prioritas utama. Keberhasilan memecahkan masalah harus didukung oleh karakteristik kepribadian, iklim, dan lingkungan belajar yang menunjang (Demitra, 2003).
Komponen berpikir memecahkan masalah meliputi berpikir kritis analitis dan berpikir kreatif yang dibantu oleh daya intuisi. Wilson (dalam Napitupulu, 2003) menyatakan berpikir terjadi apabila ada opini yang dibentuk yang merupakan kesimpulan dan ada kegiatan mempertanyakan sesuatu dorongan untuk kegiatan berpikir yang tercermin dalam kegiatan mempertanyakan. Oleh karena itu pembelajaran harus memberikan rangsangan agar peserta didik dapat memperbesar keingin tahuan apa yang apa yang dipelajari dan melatih untuk mengolah dengan pertanyaan. Selain itu, pengajar juga harus bias menguasai keterampilan bertanya agar merangsang anak didik untuk berpikir.
Untuk itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang berfungsi mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan humanis. Joyce (1992) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, dan menentukan perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa supaya tujuan pembelajaran tercapai.
   Kaufman (1972) membedakan tiga tipe pengembangan model pembelajaran yaitu:
1.      Model pembelajaran induktif yang berangkat dari pengalaman tingkah laku siswa saat ini kemudian dikelompokkan, dibandingkan, dikembangkan, dan pada akhirnya dievaluasi,
2.      Model pembelajaran deduktif diawali dengan penentuan tujuan umum, menentukan kriteria, mencari keterkaitan antar unsur yang ada, pengumpulan data, perumusan masalah, tujuan khusus dikembangkan dan dilaksanakan, kemudian diadakan evaluasi dan revisi, serta
3.      Model pembelajaran klasik, dimulai dari beberapa persyaratan umum dari tujuan, pengembangan program, pelaksanaan program, selanjutnya dievaluasi dan direvisi.


Untuk mendesain model pembelajaran, Dick & Carey (1996) menjelaskan langkah yang ditempuh sebagai prosedur desain pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu;
1.      Analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum,
2.      Analisis instruksional,
3.       Menganalisiskarakteristik siswa dan konteks,
4.       Mengembangkan instrumen penilaian,
5.       Mengembangkanstrategi pembelajaran,
6.       Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran,
7.       Merancang danmenyusun evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dan
8.       Merevisi pembelajaran.
Pembelajaran di SD idealnya memperhatikan karakteristik siswa SD, yang pada hakikatnya menampilkan perbedaan individual, serta memperhatikan empat prinsip berikut:
1.       Prinsip latar belakang, yaitu keadaan siswa yang telah mengetahui hal lain, baik secara langsung atau tidak langsung tentang materi yang akan dipelajari.
2.       Prinsip belajar sambil bekerja hal ini sangat penting krena pengalaman yang diperoleh melalui bekerja hasilnya tidak mudah dilupakan.
3.      Prinsip belajar dan bermain, hal ini penting karena bermain merupakan keaktifan siswa yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan. Suasana seperti itu akan mendorong siswa untuk belajar.
4.      Prinsip keterpaduan, mengharapkan agar guru dalam menyampaikan materi mengaitkan antara materi yang satu dengan materi yang lain, baik dalam satu bidang studi maupun dengan bidang studi lainnya.
Pembelajaran terpadu dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Perencanaan; Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin.
2.      Penerapan pembelajaran tematik; Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai  tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar.
3.      Evaluasi Pembelajaran Tematik; Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari.










2 comments:

  1. Great..thanks pa artikelnya..semoga bp tambah sukses. aamiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimaksih bapak atas doanya semoga saya bisa jadi orang sukses,,,,
      selamat berkunjung kembali bpk sukses selalu juga buat bapk

      Delete