Karakteristik
peserta didik Di Sekolah Dasar
Karakteristik
peserta didik merupakan keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
pesertadidik sebagai hasil dari pembawaan
dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya.
Dengan demikian,
penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan
dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri. Oleh karena pelayanan
bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan disekolah dasar agar pribadi dan
segenap potensi karakteristik yang dimiliki siswa dapat berkembang secara
optimal. Pelayanan bimbingan diSD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan
pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan
pendidikan dan kemampuan para pelaksananya yaitu guru kelas. Seperti system
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kopetensi dan pembelajaran terpadu (tematik) yang
telah dikeluarkan oleh lembaga pendidikan mulai Juni 2004 untuk menggantikan
kurikulum 1994. Yaitu, yang bersifat aktif dalam artian bahwa siswa dituntut
untuk aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan memberi motivasai pada
siswa agar dapat mengembangkan potensi dalam diri siswa. Oleh karena itu guru
harus bias merangsang daya fikir peserta didik agar dapat berkembang secara
potomal, dan membekali diri untuk
kehidupan yang akan datang.
Dengan
demikian pada makalah ini menjelaskan tentang karakteristi – klarakteristik
yang peserta didik perlu diperhatikan dan cara dalam pemberian pembelajaran untuk
menunjang perkembangan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dan
sesuai dangan taha perkembangannya.
A.
Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik di SD
Pelayanan
bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan disekolah dasar agar pribadi dan
segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan
bimbingan diSD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD,
terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan dan
kemampuan para pelaksananya yaitu guru kelas.
Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan
peserta didik. Perkembangan pesertadidik tersebut meliputi: perkembangan fisik,
perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual.
Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyaikontribusi yang kuat
terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental
atau perkembangan kognitif siswa.Pemahaman terhadap perkembangan peserta
didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang
kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akanmampu
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu harus datap
memahami karakteristik
siswa di SD sehingga peserta didik dapat
berkembang secaa optimal.
Siswa
SD adalah mereka yang berusia sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap
perkembangan masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Tugas-tugas
perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD adalah:
1. Menanamkan
dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME.
2. Mengembangkan
keterampilan dasar dalam menulis,membaca dan berhitung.
3. Mengembangkan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar
bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar
menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun
kehidupan.
7. Mengembangkan
kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Membina
hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
9. Belajar
menjalankan peran social sesuai dengan jenis kelamin.
10. Mengembangkan
sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga social.
11. Mengembangkan
pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
Dalam
menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui hambatan – hambatan
permasalahan sehingga mereka banyak
bergantung pada orang lain, terutama orang tua dan guru. Oleh sebab itu anak usia
SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. Penyelenggaraan
,pengajaran,pelatihan dan bimbingan diharapkan dapat menunjang tugas-tugas
perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan SD.
Karakteristik peserta didik adalah
keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada pesertadidik sebagai hasil dari pembawaan
dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitasdalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian,
penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harusdikaitkan atau disesuaikan
dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.Ada tiga hal hal
yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:
1.Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
Prerequisiteskills,
seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan
hal-halyang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
2.Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial
(socioculture)
3.Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian
seperti sikap, perasaan,
minat dan lain-lain.
Adapun Karakteristik Peserta Didik
yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:
•Kondidi fisik
•Latar belakang pengetahuan dan
taraf pengetahuan
•Gaya belajar
•Usia
•Tingkat kematangan
•Ruang lingkup minat dan bakat
•Lingkungan sosial ekonomi dan
budaya
•Faktor emosional
•Faktor komunikasi
•Intelegensia
•Keselaran dan attitude
•Prestasi belajar
•Motivasi dan lain-lain.
Selain itu, karakteristik perkembangan peserta didik juga
terjadi pada beberapa segi perembangan yaitu pada karakteristik perkembangan
fisik, karakteristik perkembangan kognotif, karankeristik perkembangan emosi
atau psikososial. Untuk melihan lebih jelasnya telah dijelaskan sebagai
berikut;
1. Karakteristik Perkembangan Fisik
peserta didik di SD
Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode
peralihan dari pertumbuhan cepat masaanak anak awal ke suatu fase perkembangan
yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama di
SD. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan
kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek dan lebih langsing dari anak laki laki. Pada akhir kelas empat,
pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan.
Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya
anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat dari pada
anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar
11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan
mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan
menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 13 tahun. Anak laki laki memasuki
masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13 16
tahun.Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh
dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertasawal (prepubertal) dan
remaja pubertas akhir (postpubertal) berbeda dalam tampakan luar
karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan
ciri ciri seks primer dansekunder.Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya
sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dankecepatan berlangsungnya kejadian
itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5
hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga
bervariasi,ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan
reproduksi, tetapi ada yangmemerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan
perbedaan ini ada anak yang telah matangsebelum anak matang yang sama usianya
mulai mengalami pubertas.
2. Karakteristik
Perkembangan Kognitif Peserta Didik di SD
Pada anak usia SD, mereka mengalami tahap ketiga dan keempat dari
4 tahap, yaitu:
- Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai
macam tugas, menkonservasi angka melalui 3 macam proses operasi, yaitu:
- Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
- Resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.
- Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu
berfikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu
mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan
lebih objektif.
- Tahap 4 : Formal Operasional (11 – 12 tahun)
Pada fase ini, anak sudah dapat berfikir
abstrak, hipotesis dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan
hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu
meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif
dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan
sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam
abstraksi, memahami, dan membuat perkiraan di masa depan.
Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif
tersebut, diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif
dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Tahap
perkembangan intektual tiap anak, selalu mengikuti tahapan-tahapan yang ada,
mulai dari sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal. Irama
perkembangan tiap tahap untuk tiap anak berbeda satu dengan yang lain. Interval
umur tiap tahap perkembangan intelektual yang diacu Piaget, hanyalah sebagai
pedoman umum. Berdasarkan perkembangan intelektual inilah, maka umur anak
sekolah ditetapkan sebagai berikut: anak masuk TK minimal umur 4 tahun, anak
masuk SD minimal berumur 6 tahun. Hal ini diprediksikan bahwa anak umur 6 tahun
akan mampu mengikuti/mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
3. Karateristik
Perkembangan emosi atau psikososial (Sosio emosional) Peserta Didik di SD
Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan
berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa
ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat padadiri sendiri), dan dunia
mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya.Selama duduk di kelas
kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini
mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa
"saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut
tahap 'I can do it my self'. Mereka dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas. Daya
konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka dapat meluangkan
lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka
dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan
mandiri, kerjasama dengankelompok, dan bertindak menurut cara cara yang dapat
diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur.
Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan
perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk normanorma sosial dan
kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh
semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk
mengevaluasi dan menilaikemampuan kemampuan mereka sendiri.Sebagai akibat dari
perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di
SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai
orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan
sosial dan emosional mereka.
Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan
menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya
berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalahemosional
yang serius Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya.Kebutuhan
untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian
serupa.Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman
sebaya melalui pakaian atau perilaku.Hubungan antara anak dan guru juga
seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak denganmudah menerima dan
bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD hubungan inimenjadi
lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru,
tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra
remaja memilih guru mereka sebagaimodel. Sementara itu, ada beberapa anak
membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun
sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara terbukamenentang gurunya.Salah
satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas
yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam
benak mereka sendiridan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari
bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta
bagaimana mereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan. Pada anak perempuan sekitar kelas 6 SD, sudah mencapai
puncak lonjakan tinggi badan pada umur (10,5 13,5) tahun dan sudah mulai
menstruasi umur (10,5 15,5) tahun. Sementara itu pada anak lakilaki puncak
lonjakan tinggi badan tercapai (12,515,5) tahun serta mereka juga sudah dewasa
padaalat reproduksinya pada umur (12 16) tahun yaitu dengan ditandainya
penyemburan pertama air mani.Perkembangan sosio emosional, pada anak
permulaan masuk SD mulai mengembangkanketerampilan berpikir, bertindak, dan
pengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnyakelas dan dengan
berlangsungnya pendidikan dan pengajaran di sekolah, anak semakinrnengembangkan
konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu termasuk mengerjakan tugas
sekolah,mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Pada akhir
SMP anak sudah mencapai perkembangan sosio emosional yang lebih stabil dan
sudah mengembangkan status pencapaianidentitas.
B.
Iplementasi Pengajaran BK di Sekolah
Secara nasional mulai
Juli 2004 Indonesia mulai melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi,
menggantikan kurikulum tahun 1994. Berbagai persiapan telah dilakukan, mulai
dari pengembangan pedoman kurikulum sampai dengan materi bahan ajar dan cara
mengevaluasinya. Secara umum sistem pembelajaran yang berlangsung di sekolah
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Winataputra, 1997). Dapat dikatakan
bahwa dasar pemikiran konsep kompetensi dalam kurikulum berkenaan dengan kemampuan dan kehandalan
siswa melakukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada
siswa agar mampu mencapai suatu standar yang terukur. Berarti selama proses
pembelajaran berlangsung siswa memegang peranan utama (learners oriented) sementara
guru menjadi fasilitator. Selain itu juga, Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di
sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini
akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini
menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami
dan mampu menerapkan model ini secara baik.
Oleh karena itu
sekarang telah dibuat pembelejara terpadu sebagai alternative yang tepat untuk
mengefektifkan pembelajaran peserta didik di SD dapat tumbuh dan belajar secara
optimal sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Joni (1996)
bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang menghubungkan berbagai
konsep dan kompetensi dari beberapa disiplin ilmu. Pembelajaran terpadu dikenal
dengan pembelajaran tematik karena pengajarannya bertumpu pada topik tertentu.
Pada masai ini (di SD) siswa masih menghayati pengalaman secara optimal. Pada
dasarnya system kognitif siswa di SD masih berada pada tahap oprasional konkrit
dan konsep yang dipahami masih sulit dipahami melainkan berkaitan satu dengan
yang lainnya. Dengan kata lain siswa SD masih sulit menghubungkan satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain (Joni, 1996). Kenyataan menunjukkan bahwa
dalam menghadapi suatu permasalahan, siswa SD membutuhkan berbagai disiplin
ilmu, oleh karena itu dengan pembelajaran terpadu siswa dilatih untuk melihat,
menanggapi dan memecahkan masalah hidup secara komprehensif. Dengan demikian
system pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi menuntut pengembangan
kemampuan memecahkan masalah anak, yang akhirnya memacu pendidik untuk
menjadikan anak sebagai prioritas utama. Keberhasilan memecahkan masalah harus
didukung oleh karakteristik kepribadian, iklim, dan lingkungan belajar yang
menunjang (Demitra, 2003).
Komponen berpikir
memecahkan masalah meliputi berpikir kritis analitis dan berpikir kreatif yang
dibantu oleh daya intuisi. Wilson (dalam Napitupulu, 2003) menyatakan berpikir
terjadi apabila ada opini yang dibentuk yang merupakan kesimpulan dan ada
kegiatan mempertanyakan sesuatu dorongan untuk kegiatan berpikir yang tercermin
dalam kegiatan mempertanyakan. Oleh karena itu pembelajaran harus memberikan
rangsangan agar peserta didik dapat memperbesar keingin tahuan apa yang apa
yang dipelajari dan melatih untuk mengolah dengan pertanyaan. Selain itu,
pengajar juga harus bias menguasai keterampilan bertanya agar merangsang anak
didik untuk berpikir.
Untuk itu dibutuhkan
suatu model pembelajaran yang berfungsi mengarahkan guru untuk mendesain
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran
agar tercapai pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan humanis. Joyce
(1992) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, dan
menentukan perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu siswa supaya tujuan pembelajaran tercapai.
Kaufman
(1972) membedakan tiga tipe pengembangan model pembelajaran yaitu:
1. Model
pembelajaran induktif yang berangkat dari pengalaman tingkah laku siswa saat
ini kemudian dikelompokkan, dibandingkan, dikembangkan, dan pada akhirnya
dievaluasi,
2. Model
pembelajaran deduktif diawali dengan penentuan tujuan umum, menentukan
kriteria, mencari keterkaitan antar unsur yang ada, pengumpulan data, perumusan
masalah, tujuan khusus dikembangkan dan dilaksanakan, kemudian diadakan
evaluasi dan revisi, serta
3. Model
pembelajaran klasik, dimulai dari beberapa persyaratan umum dari tujuan,
pengembangan program, pelaksanaan program, selanjutnya dievaluasi dan direvisi.
Untuk mendesain model
pembelajaran, Dick & Carey (1996) menjelaskan langkah yang ditempuh sebagai
prosedur desain pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu;
1. Analisis
kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum,
2. Analisis
instruksional,
3. Menganalisiskarakteristik siswa dan konteks,
4. Mengembangkan instrumen penilaian,
5. Mengembangkanstrategi pembelajaran,
6. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran,
7. Merancang danmenyusun evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif, dan
8. Merevisi pembelajaran.
Pembelajaran di SD
idealnya memperhatikan karakteristik siswa SD, yang pada hakikatnya menampilkan
perbedaan individual, serta memperhatikan empat prinsip berikut:
1.
Prinsip latar belakang, yaitu keadaan siswa
yang telah mengetahui hal lain, baik secara langsung atau tidak langsung
tentang materi yang akan dipelajari.
2.
Prinsip belajar sambil bekerja hal ini sangat
penting krena pengalaman yang diperoleh melalui bekerja hasilnya tidak mudah
dilupakan.
3.
Prinsip belajar dan bermain, hal ini
penting karena bermain merupakan keaktifan siswa yang dapat menimbulkan suasana
yang menyenangkan. Suasana seperti itu akan mendorong siswa untuk belajar.
4.
Prinsip keterpaduan, mengharapkan agar
guru dalam menyampaikan materi mengaitkan antara materi yang satu dengan materi
yang lain, baik dalam satu bidang studi maupun dengan bidang studi lainnya.
Pembelajaran
terpadu dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan;
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran
tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran
tematik harus sebaik mungkin.
2. Penerapan
pembelajaran tematik; Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat
diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang
memadai. Laboratorium yang memadai
tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi
pembelajaran di sekolah dasar.
3. Evaluasi
Pembelajaran Tematik; Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi
proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat
dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih
diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi
dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari.
Great..thanks pa artikelnya..semoga bp tambah sukses. aamiiin
ReplyDeleteterimaksih bapak atas doanya semoga saya bisa jadi orang sukses,,,,
Deleteselamat berkunjung kembali bpk sukses selalu juga buat bapk