Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Wednesday, 20 March 2013

Konflik

1.      Pendapat para ahli tentang konflik
a.       Menurut Prof. DR. Winardi
 Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi.                   
     
b.      Menurut Robert M.J Lawang
Konflik sosial merupakan alat untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti status, kekuasaan dan sebagainya.
c.       Menurut Stoner dan Wankel (1986)
Konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara 2 anggota organisasi atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber daya yang terbatas, atau aktivitas pekerjaan, atau karena fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, nilai atau persepsi yang berbeda.
d.      Menurut Soejono Soekanto
Konflik adalah pertentangan atau pertikaian yaitu suatu proses social individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan.
e.       Menurut Randall Collins
Konflik adalah proses sentral dalam kehidupan social sehingga dia tidak menganggap konflik itu baik atau buruk.
f.       Menurut Ralf Dahrendorf
Konflik terbentuk karena adanya consensus yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri, karena masyarakat takkan ada tanpa consensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lainnya.
g.      Dalam kamus ekonomi, konflik berasal dari bahasa Inggris, conflict yang berarti bentrokan atau pertentangan antara dua atau lebih pihak mengenai hal-hal tertentu.
Secara sederhana konflik diartikan sebagai saling memukul (configere). Sedangkan secara lebih luas konflik diartikan sebagai suatu proses social antara 2 orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan  atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik social bisa diartikan menjadi dua hal yaitu:
a)      Perspektif atau sudut pandang yang menganggap konflik selalu ada dan mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur social.
b)      Konflik social merupakan pertikaian terbuka seperti perang, revolusi, pemogokan dan gerakan perlawanan.
 
2.      Pemahaman orang tentang konflik
Robin (1990) membagi pemahaman orang terhadap konflik menjadi 3 tahap, yaitu :
a.       Pandangan tradisional (Traditional view of conflict)
      Memahami konflik sebagai suatu peristiwa negatif yang identik dengan kekacauan, destruktif dan dianggap merugikan kelangsungan organisasi atau perusahaan, sehingga harus dicegah.
b.      Pandangan hubungan manusia (Human relations view of conflict)
Memahami konflik sebagai peristiwa yang wajar terjadi dalam hubungan manusia, interaksi antar individu atau kelompok di dalam organisasi.
c.       Pandangan Interaksionis/Pluralis (Interaction/Pluralist view of conflict)
         Memahami konflik sebagai instrument untuk membuat iklim di dalam organisasi menjadi dinamis.
Segi positif suatu konflik adalah:
1.      Memperjelas aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas ditelaah.
2.      Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan social dalam kelompok bersangkutan sesuai kebutuhan individu atau kelompok.
3.      Sebagai jalan untuk mengurangi ketergantungan antar individu dan kelompok
4.      Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.
5.      Sebagai sarana untuk menciptakan keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
6.      Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok.

Segi negatif suatu konflik adalah :
1.   Keretakan hubungan antar individu atau kelompok
2.   Perubahan kepribadian para individu
3.   Kerusakan harta benda bahkan hilangnya nyawa manusia
4.   Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat pertikaian.

Menurut Hendricks (1992) proses terjadinya konflik dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a)      Tahap pertama : Peristiwa sehari-hari
      Pada tahap ini, muncul ketidakpuasan terhadap lingkungan kerja. Rasa tidak puas ini biasanya terlupakan karena kesibukan kerja.
b)      Tahap kedua : Adanya tantangan
Pada tahap ini, tiap-tiap individu merasa telah menjalankan prosedur kerja dengan benar dan yang diutamakan adalah kepentingan individu atau kelompok.
c)      Tahap ketiga : Timbulnya pertentangan
Pertentangan yang terjadi di antara pegawai merupakan proses terjadinya konflik.
Menurut Hardjana (1994) lingkaran konflik terdiri atas :
1.      Kondisi yang mendahului
2.      Kemungkinan konflik yang dilihat
3.      konflik yang dirasa
4.      Perilaku yang nampak
5.      Konflik ditekan atau dikelola
6.      Dampak konflik
Dari dua pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa terjadinya konflik ditandai dengan adanya ketidakpuasan diantara orang-orang, selanjutnya muncul kesalahpahaman diantara mereka dan akhirnya terjadi pertentangan atau konflik.


Cara mengatasi konflik yang biasa dilakukan adalah :
1.      Tindakan menghindar
Bentuk lain dari penolakan terhadap konflik dengan jalan mengulur-ulur waktu, bersikap tidak kompromis, menarik diri dari situasi yang sedang berkembang dan bersikap netral.
2.      Kompetisi atau bertindak otoritas
Menekan konflik dengan jalan memaksakan konflik tersebut menghilang, bersikap tidak kooperatif, menentang pihak lain,memaksakan sesuatu dengan menggunakan kekuasaan yang ada atau membujuk pihak lain untuk mengikuti keinginannya.
3.      Akomodasi dan meratakan
Bersikap kooperatif, membiarkan keinginan pihak lain menonjol kemudian meratakan perbedaan-perbedaan untuk mempertahankan harmoni yang diciptakan.
4.      Kompromis
Bersikap kooperatif, bekerja menuju pemuasan kepentingan bersama sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Bentuk-bentuk kompromis diantaranya :
a)   Separasi
Pihak yang berkonflik dipisahkan sampai mencapai suatu kesepakatan.
b)      Chance
Keputusan dilakukan dengan melempar koin sesuai kesepakatan.
c)      Menyogok
Satu diantara kedua belah pihak bersedia mengakhiri konflik dengan memperoleh imbalan tertentu.
d)     Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik yang utama. Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan diantara pihak-pihak yang berlawanan mengenai persoalan yang mereka pertentangkan.
e)      Mediasi
Dilaksanakan apabila kedua pihak yang terlibat konflik bersama-sama sepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan jalan keluar dari masalah yang mereka pertentangkan.
f)       Arbitrasi
Dilakukan apabila kedua pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka.
g)      Negosiasi
      Cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihak yang berkonflik. Kedua pihak yang berkonflik melakukan tawar menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik. Apabila tercapai consensus, maka consensus tersebut mengikat kedua pihak dan menjadi dasar mengakhiri konflik. Tahapan negosiasi terdiri atas:
1.      Penyesuaian diri (setting in), dimana masing-masing pihak memahami posisinya.
2.      Konsolidasi (consolidation), kedua pihak berdiskusi membicarakan masalah yang dihadapi.
3.      Finalisasi (Finalization), kedua pihak mencari kesepakatan yang saling menguntungkan.
4.      Penyelesaian (mopping up), persetujuan akhir yang ditandatangani kedua belah pihak
Secara umum, konflik dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Konflik destruktif/disfungsional
Konflik destruktif dapat menimbulkan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat.
2.      Konflik konstruktif/fungsional
Konflik konstruktif dapat memberikan keuntungan bagi individu atau organisasi yang terlibat.
Dalam kehidupan organisasi, ada lima jenis konflik, yaitu:
1.      Konflik dalam diri individu
Terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang sesuatu hal yang diharapkan.
2.      Konflik antar individu
Dalam satu organisasi yang sama, hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian.
3.      Konflik anatar individu dan kelompok
Hal ini berkaitan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
4.      Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Hal ini disebabkan adanya pertentangan kepentingan antar kelompok.
5.      Konflik antar organisasi
Timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem ekonomi suatu Negara.
Lewis A. Coser membedakan konflik menjadi dua bentuk, yaitu :
1.      Konflik realistic
Konflik ini berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap system dan tuntutan-tuntutan yang terdapat dalam hubungan social. Misalnya pemogokan karyawan melawan manajemen perusahaan.
2.      Konflik nonrealistic
Konflik ini bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonistis melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan. Misalnya pembalasan dendam lewat ilmu ghaib.
Dari kedua bentuk tersebut, Lewis A. Coser membedakan adanya konflik in-group dan konflik out-group. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri, sedangkan konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya konflik, antara lain:
1.      Perbedaan tujuan dan kepentingan
      Apabila dalam satu tim terdapat perbedaan tujuan dan kepentingan diantara anggota tim maka konflik akan mudah terjadi dalam tim tersebut.
2.      Perbedaan pemahaman
      Hal ini terjadi apabila penjelasan yang diterima atau fakta yang dikumpulkan kurang lengkap atau kurang akurat, bisa juga karena pemahaman yang setengah-setengah dan tidak tuntas.
3.      Perbedaan individu atau kepribadian
Setiap individu adalah individu yang unik. Setiap orang memiliki pendirian dan peraaan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan ini apabila tidak disikapi dengan bijaksana akan memicu terjadinya konflik.
4.      Perbedaan cara pandang
Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut seringkali memicu timbulnya persaingan dan pertentangan sosial.
5.      Perbedaan latar belakang budaya
Masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda ukurannya sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik, karena criteria tentang baik buruk, sopan tidak sopan, pantas tidak pantas atau berguna atau tidak bergunanya sesuatu, baik itu fisik atau nonfisik, berbeda-beda menurut pola pemikiran masing-masing yang didasarkan pada latar belakang kebudayaan masing-masing individu atau kelompok.
6.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak akan menyebabkan konflik social. Misalnya industrialisasi yang mendadak di pedesaan akan memunculkan konflik social sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. 
Konflik akan memberikan keuntungan jika bisa dimanfaatkan dan diarahkan kepada hal-hal yang bersifat memberi motivasi dan semangat untuk terus membangun dan mengembangkan diri.
Konflik tertentu akan menguntungkan atau merugikan bagi organisasi, tergantung pada :
1.      Intensitas konflik
a)   Intensitas rendah mengakibatkan kurangnya kreatifitas dan produktifitas
b)   Intensitas sedang menimbulkan motivasi untuk lebih kreatif dan produktif
c)   Intensitas tinggi mengakibatkan kacaunya kebijakan karena konflik tak pernah selesai.
2.      Bagaimana konflik tersebut dikelola.
Ada dua hal kemana konflik akan dibawa, yaitu :
a)   Konflik terbuka
Kedua belah pihak akan mempertahankan keinginan masing-masing dan tidak mau berkompromi. Masing-masing akan mempengaruhi pihak lain dan saling menggerogoti  lawan.
b)      Konflik tertutup
Melakukan perundingan dengan membawa kepentingannya masing-masing agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dalam mengatasi konflik negative, ada empat alternative cara yang bisa dilakukan yaitu:
1.      Secara normative, dengan jalan menyerahkan kepada pihak yang berwenang
2.      Secara persuasive, dengan melakukan pendekatan secara individu dengan memberikan nasehat dan ajakan ke arah yang kondusif.
3.      Secara coersif, cara mengatasi dengan tindakan paksa agar mengikuti
4.      Secara prefentif, dengan pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan hadiah bagi yang menaati aturan.

No comments:

Post a Comment