8
Mitos Seputar Edukasi Seks
Setiap anak muda memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan seks secara akurat dan seimbang, termasuk informasi tentang alat
kontrasepsi, misalnya kondom.
Lengkapi dengan penjelasan mengenai pelayanan
kesehatan yang profesional, seks yang aman, dan sebagainya. Jangan sampai hak
itu terabaikan, gara-gara kita lebih percaya mitos.
Inilah beberapa mitos tentang pendidikan seks yang
masih merongrong sebagian besar masyarakat. Mitos ini sebaiknya perlu
diluruskan sehingga generasi muda mendapatkan informasi yang tepat dan benar
tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
1. Mitos:
Pendidikan seks hanya perlu diberikan kepada orang yang mau menikah. Fakta:
Menurut sebuah penelitian, sikap seperti itu tidak bakal menunda aktivitas
seksual di kalangan remaja. Justru pemahaman yang sangat sedikit dan keliru
tentang seksualitas memudahkan banyak remaja terjerumus ke dalam perilaku seks
tidak sehat.
2.
Mitos: Pendidikan seks mendorong
para pelajar menjadi aktif secara seksual. Fakta: Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mengevaluasi 47 program di Amerika Serikat dan beberapa negara lain.
Dalam 15 studi, pendidikan seks dan HIV/AIDS menambah aktivitas seksual dan
tingkat kehamilan serta infeksi menular seksual. Namun, 17 studi lain
menunjukkan, pendidikan seks dan HIV/AIDS menunda aktivitas seksual, mengurangi
jumlah pasangan seksual, juga mengurangi tingkat kejadian infeksi menular
seksual dan kehamilan yang tak direncanakan.
3.
Mitos: Mengajarkan alat kontrasepsi
akan mendorong para pelajar aktif secara seksual dan meningkatkan angka
kehamilan pada remaja. Fakta: Para ahli yang telah mempelajari isu ini
menyimpulkan, pendidikan tentang seks dan HIV/AIDS yang komprehensif, termasuk
program ketersediaan kondom, tidak menambah aktivitas seksual, tetapi justru
efektif dalam mengurangi perilaku seksual berisiko tinggi di antara para
remaja.
4.
Mitos: Kerap terjadi kegagalan alat
kontrasepsi sehingga kita lebih baik mengajari para remaja untuk bersikap
menghindarinya. Fakta: Kontrasepsi modern sangatlah efektif, asalkan memilih
jenis yang benar-benar cocok dan digunakan secara benar. Rata-rata kehamilan
pada perempuan yang menggunakan suatu jenis pil sekitar 0,03 persen, sementara
yang memakai kondom untuk perempuan sekitar 21 persen, dan yang tanpa KB
sekitar 85 persen. Bandingkanlah.
5.
Mitos: Alat kontrasepsi tidak
menangkal HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Fakta: Memang hanya kondom
yang memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penularan infeksi
seksual, termasuk HIV. Itu sebabnya para remaja sebaiknya mendapat pendidikan
yang benar mengenai kondom.
6.
Mitos: Kondom memiliki angka
rata-rata kegagalan yang tinggi. Fakta: The National Institutes of Health
(TNIH) menjelaskan, kondom sangat efektif untuk menangkal penularan HIV dan
mencegah kehamilan. TNIH juga melaporkan, studi laboratorium memperlihatkan
bahwa kondom mampu mencegah penyakit akibat infeksi menular seksual yang lain,
seperti gonore, klamidia, dan trichomoniasis.
7.
Mitos: Kondom tidak dapat melindungi
kita dari HPV (Human papillomavirus). Fakta: Kondom memang tidak dapat
menangkal infeksi virus pada bagian tubuh yang tidak tertutup kondom. Namun,
TNIH melaporkan, penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penyakit yang
terkait dengan HPV, misalnya kanker serviks. Penyakit jenis ini dapat dicegah
dengan penggunaan kondom secara konsisten dan efektif, serta deteksi dini HPV
melalui pemeriksaan pap smear.
8. Mitos:
Kondom tidak efektif untuk mencegah penularan HIV. Fakta: TNIH mengonfirmasikan
bahwa kondom merupakan alat kesehatan masyarakat yang efektif untuk melawan
infeksi HIV. Studi lain di Eropa terhadap yang disebut pasangan
HIV-serodiscordant (pasangan di mana salah satunya sudah terinfeksi HIV dan
yang satu sehat) menunjukkan tidak terjadi penularan pada pasangan yang sehat,
di antara 124 pasangan yang menggunakan kondom setiap kali mereka berhubungan
seks. Pada pasangan yang tidak secara konsisten menggunakan kondom, sekitar 12
persen terjadi penularan pada pasangan yang sebelumnya tidak terinfeksi
No comments:
Post a Comment