A.
BIOGRAFI GORDON ALLPORT
Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897 di Montezuma, Indiana,
anak keempat dan bungsu dari John E. Allport dan Nellie Wise Allport. Ayah
Allport pernah melakukan sejumlah petualangan bisnis sebelum menjadi dokter kira-kira
pada waktu Gordon lahir. Karena tidak memiliki kantor yang memadai dan
fasilitas klinis, dr. Allport mengubah rumahnya menjadi sebuah rumah sakit
kecil-kecilan. Baik pasien maupun perawat bias ditemukan di rumahnya, di mana
atmosfer yang bersih dan steril dipertahankan dengan baik.
Floyd
Allport, kakak laki-lakinya yang 7 tahun lebih tua, yang menjadi psikolog
terkenal juga, melukiskan ibu mereka sebagai perempuan saleh yang sangat
menekankan pentingnya agama (F.Allport, 1974). Karena sebelumnya pernah menjadi guru sekolah, dia mengajarkan Gordon
kebajikan dari bahasa yang bersih dan hubungan yang tepat selain pentingnya
pencarian jawaban-jawaban religius tertinggi.
Pada waktu Gordon berusia 6 tahun, keluarga mereka sudah berpindah tempat
tiga kali, dan akhirnya menetap di Cleveland, Ohio. Allport muda mengembangkan
ketertarikan awal terhadap persoalan-persoalan filosofis dan religius, dan
memiliki fasilitas yang lebih banyak terhadap kata-kata daripada permainan. Dia
menggambarkan dirinya “terisolasi” secara social untuk menunjukkan tingginya
lingkaran aktivitasnya sendiri. Meskipun lulus dengan ranking kedua dari 100
siswa SMA-nya, Allport tidak menganggap dirinya pandai (Allport, 1967). Di musim
gugur tahun 1915, Allport masuk Harvard, mengikuti jejak kakaknya, Floyd, yang
sudah lulus 2 tahun sebelumnya dan yang saat itu menjadi asisten dosen
psikologi. Dalam autobiografinya, Gordon
Allport (1967, hlm. 5) menulis : “ Hampir setiap malam dunia saya dibentuk
ulang. Nilai-nilai moral dasar saya, yang jelas, sudah terbentuk di rumah. Yang
baru adalah cakrawala intelektual dan budaya yang sekarang membuat saya
tertantang untuk mengeksplorasi ”. Pekerjaannya di Harvard juga menandai
permulaan dari 50 tahun kerja samanya dengan universitas tersebut, yang hanya
dua kali terpotong dengan singkat. Saat menerima gelar sarjananya pada 1919
dengan topic tentang filsafat dan ekonomi, dia masih tidak merasa pasti dengan
karier ke depannya. Dia sudah mengambil kuliah psikologi dan etika social, dan
kedua ilmu ini sudah memberikan kesan mendalam padanya. Ketika mendapat tawaran
untuk mengajar di Turki, dia melihatnya sebagai kesempatan untuk menyelidiki
apakah dia akan menikmati tugas mengajar itu. Dia menghabiskan tahun akademis
1919 – 1920 di Eropa dengan mengajarkan bahasa Inggris dan sosiologi di Robert College di Istambul.
Ketika tinggal di Turki, Allport ditawari studi persahabatan di Harvard.
Dia juga menerima undangan dari kakaknya, Fayette, untuk tinggal bersamanya di
Wina, di mana Fayette bekerja untuk komisi perdagangan AS. Di Wina, Allport
bertemu pertama kali dengan Sigmund Freud. Pertemuan dengan Freud ini sangat
mempengaruhi pengembangan ide-ide Allport berikutnya tentang kepribadian.
Dengan penuh keberanian, Allport yang berusia 22 tahun menulis kepada Freud
sebuah pemberitahuan bahwa dia sedang berada di Wina dan meminta kesempatan
bertemu dengan bapak psikoanalisis itu. Pertemuan ini menjadi dasar hubungan
seumur hidup keduanya. Karena tidak tahu apa yang akan dibicarakan, Allport
muda mengingat satu peristiwa kecil dalam perjalanannya ke rumah Freud. Ada
seorang anak kecil yang mengeluh kepada ibunya tidak mau dekat-dekat penumpang
trem yang dianggapnya jorok. Allport mengaku insiden ini dipilihnya untuk
mendapatkan reaksi Freud terhadap fobia anak kecil terhadap kekotoran.
Saat kembali ke Amerika Serikat, Allport memutuskan mengikuti program Ph.D.
di Harvard. Dua tahun berikutnya dia ke Eropa untuk belajar di bawah bimbingan
psikolog besar Jerman Max Wertheimer, Wolfgang Koehler, William Stern, Heinz Werner,
dan yang lain di Berlin dan Hamburg. Pada tahun 1924, dia kembali lagi ke Harvard untuk mengajar, salah satunya
adalah kuliah psikologi kepribadian. Allport menyatakan bahwa itu adalah kuliah
psikologi kepribadian pertama yang dimiliki kampus se-Amerika. Kuliah ini
mengombinasikan etika social dan pengajaran terhadap kebaikan dan moralitas
dengan disiplin ilmiah psikologi. Ini juga merefleksikan disposisi pribadi
Allport yang kuat tentang kebersihan dan moralitas. Dua tahun berikutnya
setelah karier mendidiknya di Harvard, Allport mengambil sebuah posisi di
Dartmouth College. Empat tahun kemudian, dia kembali lagi ke Harvard dan masih
tetap tinggal di sana selama sisa karier profesionalnya.
Pada tahun 1925, Allport menikahi Ada Lufkin Gould, yang ditemuinya ketika
masih menjadi mahasiswa pascasarjana. Ada Allport, yang menerima gelar master
dalam psikologi klinik dari Harvard, memiliki pelatihan klinis yang tidak
dimiliki suaminya. Dia adalah contributor yang penting bagi sejumlah karya
Gordon, khususnya dua studi kasusnya yang sangat luas. (kasus Jenny Gove Masterson
didiskusikan dalam studi tentang individu, dan kasus Marion Taylor yang tidak
pernah diterbitkan (Barenbaum, 1997)).
Allport
memiliki seorang putra, Robert, yang menjadi dokter anak, dan karenanya menjadi
penghubung antara dua generasi dokter, sebuah fakta yang tampaknya sangat
menyenangkan hati ayahnya (Allport, 1967). Allport banyak menerima penghargaan sepanjang hidunya. Pada 1939, dia
dipilih sebagai presiden American
Psychological Association (APA). Pada 1963, dia menerima Gold Medal Award dari APA. Pada 1964,
dia memenangkan pengharagaan Distinguished
Scientific Contribution Award dari APA. Pada 1966, mendapat penghargaan Richard Clarke Cabot Professor of Social Ethics
yang pertama kali diadakan di Harvard. Pada 9 Oktober 1967 Allport seorang
perokok berat, dan meninggal karena kanker paru-paru.
Allport adalah seorang yang eklektis, membenarkan dan menerima ide-ide dari
berbagai sumber. Dia mendefinisikan kepribadian sebagai pengorganisasian
dinamis dalam diri individu di mana system psikofisiknya menentukan perilaku
dan pikirannya. Manusia yang sehat secara psikologis sebagian besar termotivasi
oleh prosese-proses sadar, memiliki konsep diri yang luas, berhubungan dengan
orang lain dalam kehangatan, memiliki persepsi yang realistic terhadap dunia,
dan memiliki wawasan, humor, dan filsafat hidup yang menyatukan. Posisi
proaktif manusia, yaitu konsep bahwa manusia memiliki kapasitas besar untuk
mengontrol secara sadar hidupnya.
Allport optimis dalam memandang kemanusiaan namun tetap realistic bahwa
manusia memiliki kebebasan yang terbatas. Manuasia selalu berorientasi kepada
tujuan, proaktif, dan dimotivasikan oleh beragam kekuatan, yang sebagian besar
muncul dari wilayah bawah sadarnya. Pengalaman masa kanak-kanak awal tidak
begitu penting, signifikan hanya jika terus bercokol ketika manusia sudah
dewasa. Baik perbedaan maupun kemiripan di antara individu penting namun,
perbedaan individu dan keunikannya menerima focus yang lebih besar dalam
psikologi Allport.
B.
PRINSIP-PRINSIP TEORI GORDON ALLPORT
Berikut
ini adalah Beberapa prinsip yang telah dikemukakan oleh Gordon Allport dalam
kepribadian manusia adalah;
1. Prinsip Motivasi
Menurut
Allport, Masalah motivasi adalah pusat belajar dengan psikologi kepribadian,
(Pola dan Pertumbuhan dalam Kepribadian, hal 196). Tampaknya ada sebuah
penekanan yang berlebihan pada kualitas reaktif dalam teori motivasi, sedangkan
kita perlu lebih proaktif teori motivasi.
terlalu overplayed dengan mengorbankan dinamika "pro" faktor
motivasi internal dan, pada kenyataannya dalam gambar total psikologi.
Allport menjelaskan
bebrapa argumentnya tentang motivasi, di mana faktor yang menyebabkan untuk memotivasi
manusia, sebenarnya, hanya ada beberapa motif utama dalam setiap kepribadian
yang utuh.
2. Prinsip Belajar
Kecenderungan umum yang
menekankan belajar dan pekerjaan terapeutik, Allport menekankan belajar sebagai
faktor pengembangan kepribadian. Dia menemukan bahwa belajar adalah sangat
terlibat sebagai modus motivasi. Aktualisasi (istilah filsafat adalah
teleologis fungsi manusia) membantu untuk memajukan manusia menuju tujuannya;
a. Determinisme Mekanis dan
b. Aktualisasi Diri “Menjadi”
3. Prinsip Kekinian
Allport sangat yakin
bahwa manusia hidup dan berpikir di masa sekarang dan bukan masa lalu. Motivasi
selalu kontemporer. Individu bermaksud untuk menuju masa depan pada yang
terbaik dijelaskan dengan perilaku di masa sekarang. Hubungan antara masa lalu
dan sekarang adalah sejarah fungsional.
Meskipun tidak
menyangkal Allport secara kontinuitas sama sekali kali dengan masa lalu, masa
lalu tidak memadai untuk menjelaskan pengalaman ini. Secara historis berkaitan
dengan masa lalu, tetapi untuk menganggap bahwa tidak hidup untuk kegiatan saat
ini dan perencanaan untuk kegiatan mendatang.
4. Prinsip Keunikan
Beberapa teoretis
kepribadian mempertimbangkan studi tentang manusia satu cara berbuah belajar
lebih banyak tentang kepribadian manusia. Allport merasa sangat kuat tentang
hal ini dan berdasarkan banyak karyanya pada aspek-aspek unik dari kepribadian
setiap manusia. Keunikan setiap manusia adalah dasar dalam kerangka teoritisnya
.
Prinsip-prinsip yang
menekankan teori tertentu yang membuat karir sepanjang dan berpengaruh, Allport
menyoroti aspek kesehatan secara terorganisir perilaku manusia. Penekanan ini
terdapat kontras dengan prilaku yang menekankan kecemasan, (neurotic), dan aspek
perilaku mekanistik.
5. Prinsip Ego atau Diri
Dalam banyak hal Allport
menggunakan istilah ego sebagai sinonim dengan istilah diri. Pertimbangan
subjektif, atau perasaan tentang diri sendiri atau orang sendiri, yang paling
sulit. Namun, para ahli teori kepribadian tidak bisa mengesampingkan masalah
ini.
Menurut Allport's
mungkin ada penekanan yang berlebihan pada diri sendiri. Dia mengambil risiko
menebak bahwa banyak orang melewati satu hari tanpa sadar diri sama sekali.
Masing-masing dapat melakukan tugas-tugas sehari-hari dengan cara yang agak
otomatis, tanpa menghabiskan banyak saat-saat reflektif atas siapa dia, apa
dia, mengapa dia, di mana dia berada, dan bagaimana ia sampai di sana. Hidupnya
terdiri dari hal-hal kecil.
Allport mengakui bahwa,
meskipun kesulitan menggambarkan sifat diri, konsep diri sangat penting dalam
studi kepribadian. Secara historis ini mungkin disebabkan oleh pengaruh kuat
dari karya Sigmund Freud, yang meninggal sebelum menyelesaikan teorinya tentang
ego, Allport percaya. bahwa ego memiliki dalam dirinya suatu proses dinamis
dari kekuatan positif besar; dalam konsep Freud ego adalah pembalap "di
atas kuda." Ini mungkin diingat oleh para pembaca bahwa dalam pengertian
Freudian ego duduk di atas id dan mencoba untuk mengendalikan itu sebagai
pelaksana atau administrator dari impuls id. Dalam istilah Allport's, ego dan /
atau diri adalah kekuatan pemersatu atau damar wangi untuk sakit kebiasaan,
sifat, sikap, perasaan, dan kecenderungan manusia.Secara historis, psikologi
telah pergi dari jiwa untuk diri sendiri kepada ego.
6.
Prinsip
Discontinuity Continuity
Allport merasa bahwa ada
kebingungan antara gejala dan proses. Di mana tampaknya ada sebuah kontinum,
adalah sebuah kontinum gejala dan tidak proses. Penampilan bisa menipu.
Allport hampir
menyarankan diskontinuitas antara struktur motivasi anak dan dewasa, yang
menciptakan dalam efek dua teori kepribadian. Teori kepribadian untuk anak
didasarkan pada pengurangan ketegangan, cf menghindari rasa sakit dan mencari
kesenangan, dan model biologis. Dewasa kepribadian beroperasi dari matriks atau
radix sifat diatur dan sangat terfokus. Orang dewasa, maka, tidak lagi
kekuasaannya berasal dari organik, sumber primitif tetapi dari sistem otonomi
fungsional memotivasi.
7. Sifat Tren Tendensi Prinsip Temperamen
a. Sifat
Allport
menekankan ciri-ciri umum sebagai aspek penting dalam mempelajari perilaku
manusia ke titik untuk mendefinisikan istilah dan kemudian memberikan dua
statemen lain yang, dalam arti tertentu, adalah redefinitions dan bala bantuan
dari definisi asli:
sifat-sifat
umum adalah, kemudian, aspek-aspek kepribadian dalam hal yang kebanyakan orang
dalam suatu budaya tertentu dapat menguntungkan dibandingkan. Sifat umum adalah
kategori untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk fungsional setara dengan
perilaku dalam populasi umum.
Suatu
sifat umum untuk batas tertentu mencerminkan kecenderungan tulus dan sebanding
dalam kepribadian banyak orang, karena sifat manusia umum dan budaya umum,
mengembangkan cara serupa menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka, meskipun
dengan derajat yang bervariasi
b. Tren
Pertanyaan
tentang tren dalam perilaku manusia agak identik dengan gaya hidup atau
kecenderungan untuk bertindak, atau, seperti Allport akhirnya berhasil keluar,
dengan kecenderungan pribadi setiap individu. saudara Gordon Allport's, Floyd
H. Allport, sekarang sudah pensiun dari Sekolah Maxwell untuk Kewarganegaraan,
Syracuse University dikreditkan dengan prinsip tujuan hidup atau tren
teleonomic. Ide di sini adalah bahwa tema pokok atau tren atau konstruksi yang
sangat terlibat dalam kehidupan yang diberikan. Untuk Gordon Allport mungkin
solusi terbaik untuk apa yang bisa menguntungkan unit digunakan dalam
mempelajari kepribadian terletak dalam mengidentifikasi tren dinamis unik khas
struktur setiap kehidupan individu.
c. Temperamen
Allport menemukan
istilah temperamen berguna dan didefinisikan dalam cara berikut. Temperamen merujuk pada fenomena karakteristik alam
emosional individu, termasuk kerentanan untuk stimulasi emosional, kekuatan
adat dan kecepatan respon, kualitas suasana yang berlaku, dan semua kekhususan
fluktuasi. Temperamen sebagai faktor keturunan tidak bisa diabaikan
meskipun berubah, seperti juga semua pertimbangan dari Allport tentang
kepribadian.
C.
PENDEKATAN GORDON ALLPORT BAGI TEORI KEPRIBADIAAN
Menurut Allport
kepribadian adalah sesuatu yang terorganisasikan dan terpolakan. Kepribadian
bukanlah pengorganisasian yang statis, dia terus bertumbuh atau berubah.
Istilah “psikofisik” menekankan pentingnya aspek-aspek kepribadian yang
sifatnya psikologis sekaligus fisik. Kepribadian bukan hanya topeng yang kita
kenakan, tidak juga hanya sekedar perilaku. Dia mengacu kepada individu di
belakang tampilan, pribadi di belakang tindakan. Dengan istilah “karakteristik”
Allport berharap dapat menunjukkan “individualitas” atau “keunikan”.
Definisi komprehensif
Allport tentang kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah produk
sekaligus proses yang memiliki sejumlah struktur yang berorganisasikan,
sementara di waktu yang sama memiliki kemampuan untuk berubah. Ringkasnya,
kepribadian bersifat fisik sekaligus psikologis mencakup perilaku yang tampak
dan pikiran yang terungkap.
1. Peran dari motivasi
Allport menekankan
pentingnya motivasi yang di sadari. Penekanannya terhadap motivasi yang disadari
ini bermula dari pertemuannya dengan Freud di Wina dan reaksi emosionalnya
terhadap pertanyaan Freud: “Andakah anak kecil itu?”. Respon Freud mengandung
implikasi bahwa tamunya yang berusia 22 tahun itu secara tak sadar membicarakan
kemuakannya sendiri terhadap kebersihan saat mengisahkan cerita tentang anak
kecil yang suka kebersihan. Jika Freud mengasumsikan sebuah pemaknaan bawah
sadar yang melandasi cerita anak kecil, Allport cenderung menerima pernyataan
diri apa pun adanya.Namun begitu, Allport (1961) tidak mengabaikan eksistensi
atau bahkan pentingnya proses bawah sadar.
2. Ciri pribadi yang sehat
Gordon Allport (1937)
membuat hipotesis tentang sifat-sifat kepribadian yang dewasa. Beberapa asumsi
umum di butuhkan agar kita bisa memahami konsepsi Allport tentang
pribadi yang dewasa:
a.
Pribadi yang dewasa secara psikologis
dicirikan oleh sikap proaktif, yaitu tidak hanya bereaksi kepada stimuli
eksternal, tetapi juga sanggup bertindak dengan sadar terhadap lingkungannya
dengan cara-cara yang baru dan inovatif, sehingga lingkungan pun bereaksi
kepada mereka juga.
b.
Kepribadian yang dewasa tampaknya lebih
termotivasikan oleh proses-proses sadar dari pada kepribadian yang terdistorsi,
menjadikan mereka lebih fleksibel dan mandiri dari pada pribadi sehat yang
masih terus di dominasioleh motif-motif bawah sadar yang mncul dari
pengalamanmasa kanak-kanak. Individu yang sehat secara psikologis adalah
pribadi unik bukan karena tidak pernah berbuat kekeliruan dan kesalahan.
c.
6 kriteria bagi kepribadian yang dewasa :
1)
Perluasan konsep diri, pribadi yang dewasa
terus berusaha mengidentifikasikan dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa di
luar diri mereka
2)
Pribadi yang dewasa dicirikan oleh “hubungan
hangat dirinya dengan orang lain”, mereka memiliki kemampuan untuk mencintai
orang lain dengan cara yang intim dan penuh kasih.
3)
Rasa aman emosional atau penerimaan diri,
individu yang dewasa menerima diri apa adanya dan memiliki apa yang Allport
(1961) muatan emotif (emotional poise).
4)
Pribadi yang sehat secara psikologi memiliki
persepsi yang realistis tentang lingkungan sekitarnya.
5)
Kedalaman wawasan dan humor, pribadi dewasa
mengenal dirinya sehingga tidak perlu melimpahkan kesalahan dan kelemahan
mereka kepada orang lain
6)
Kedewasaan adalah memiliki filsafat hidup yang
menyatukan, pribadi yang sehat memiliki konsep yang jelas tentang tujuan hidup
D.
STRUKTUR KEPRIBADIAAN
Struktur Kepribadian merujuk pada
komponen-komponen dasar atau element-elementnya. Bagi Freud komponen dasarnya
adalah insting, sedangkan Eysenck, komponen dasarnya adalah faktor yang
ditentukan secara matematis. Menurut Allport, struktur terpenting adalah yang
dapat mendeskripsikan orang tersebut dalam konteks karakteristik individual,
yang disebutnya sebagai disposisi personal.
1. Disposisi Personal
Allport sangat
hati-hati dalam membedakan antara sifat umum (common traits) dan sifat individual. Sifat umum adalah
karakteristik umum yang dimiliki oleh banyak orang. Sifatnya tersebut ditemukan
dengan cara melakukan kajian analisis faktor seperti yang dilakukan oleh
Eysenck dan para pengagas teori lima faktor (bab lima), atau melalui inventori
kepribadian lainnya. Sifat umum memberikan gambaran atas cara hidup manusia
yang ada dalam suatu budaya dan dapat dibandingkan satu sama lain.
Sementara sifat umum
sangat penting untuk kajian perbandingan antar manusia, disposisi personal
mempunyai tingkatan kepentingan yang lebih tinggi karena membantu peneliti
mempelajari seseorang. Allport (1961) mendefinisikan disposisi personal sebagai
“Struktur Neuropsikis umum (khas bagi individu) yang mempunyai kapasitas untuk
memberikan respon terhadap banyak stimulus yang berfungsi ekuivalen, serta
untuk memulai dan mengarahkan bentuk prilaku adaptif dan ekspresif yang
konsisten (setara, hlm 373). Perbedaan utama antara disposisi personal dan
sifat umum diindikasikan dalam pernyataan “khas bagi individu”. Disposisi
personal bersifat individual, sedangkan sifat umum dimiliki oleh beberapa
orang.
Untuk
mengidentifikasikan disposisi personal, Allport dan Henry Odbert (1936)
menghitung hampir 18.000 (tepatnya 17.953) kata yang mendeskripsikan pribadi
manusia dalam Webster’s New International
Dictionary edisi 1925, dan hampir serepempatnya mendeskripsikan
karakteristik kepribadian. Beberapa dari istilah tersebut biasa dirujuk sebagai
sifat, mendeskripsikan karakteristik yang relative stabil, seperti “mudah
bergaul” atau “introver” ; istilah lainnya biasanya merujuk pada kondisi yang
mendeskripsikan karakteristik temporer, seperti senang atau marah, yang lainnya
mendeskripsikan karakter yang bersifat evaluative, seperti “tidak menyenagkan”
atau “menakjubkan”, dan masih ada lagi yang merujuk pada karakteristik fisik,
seperti “jangkung” atau “kegemukan”.
Seberapa banyak
disposisi personal yang dimiliki oleh individu? Pertanyaan ini tidak dapat
dijawab tanpa refrensi dari taraf dominasi setiap disposisi personal dalam
kehidupan individu tertentu. Apabila kita menghitung disposisi personal yang
utama bagi seseorang, maka setiap orang kemungkinan mempunyai 10 atau kurang.
Akan tetapi, apabila semua kecenderungan juga dimasukkan, maka setiap orang
mungkin mempunyai ratusan disposisi personal.
2. Tingkat Disposisi Personal
Disposisi pokok, beberapa orang mempunyai karakteristik yang sangat kuat atau emosi
kuat yang bersifat mengatur dan sangat menonjol, sehingga hal tersebut
mendominasi hidup orang-orang tersebut. Allport (1961) menyebut disposisi
personal ini sebagai disposisi pokok. Disposisi ini sangat jelas terlihat
sehingga tidak dapat disembunyikan; hampir setiap tindakan dalam hidup
seseorang berkutat disekitar disposisi pokok. Kebanyakan orang tidak mempunyai
disposisi pokok, namun beberapa orang yang memilikinya biasanya dikenal dengan
karakteristik individual tersebut.
Allport
mengidentifikasikan beberapa orang dalam sejarah dan karakter fiksi yang
mempunyai disposisi yang sangat menonjol, sehingga mereka memberikan kata-kata
baru dalam bahasa yang kita gunakan. Beberapa contoh disposisi utama, antara
lain idealistis, heroic, narsisme, sadistis, seorang Don Juan, dan lainnya,
meraka disposisi personal ini bersifat individual dan tidak dimiliki oleh orang
lain, hanya Don Quixote yang benar-benar idealis ; hanya Narsicus yang
sepenuhnya narsisme ; serta hanya Maquise de Sade yang mempunyai disposisi
utama sadistis. Ketika nama-nama ini digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik seseorang, maka akan menjadi sifat umum.
Disposisi Sentral, hanya sedikit orang yang mempunyai disposisi
pokok, namun semua orang mempunyai beberapa disposisi sentral, yang mencakup
5-10 karakteristik paling menonjol dimana hidup seseorang terfokus
disekitarnya. Allport (1961) mendeskripsikan disposisi sentral sebagai hal-hal
yang akan dicantumkan dalam sebuah surat rekomendasi yang ditulis oleh
seseorang yang sangat mengenal individu yang dikirimi surat tersebut. Dalam
bagian berjudul kajian tentang individual, kita akan melihat rangkaian
surat-surat yang ditujukan kepada Gordon dan Allport, yang ditulis oleh seorang
wanita yang mereka sebut dengan Jenny. Isi dari surat tersebut menjadi sumber
yang kaya akan informasi mengenai penulisannya. Kita juga melihat tiga analisis
yang berbeda dari surat-surat tersebut, yang mengungkapkan bahwa Jenny dapat
didiskrpsikan oleh sekitar delapan disposisi sentral, yaitu karakteristik yang
cukup kuat untuk dapat dideteksi oleh ketiga prosedur yang berbeda ini. Allport
yakin bahwa seperti Jenny, kebanyakan orang mempunyai 5-10 disposisi sentral
yang akan disetujui oleh teman-teman dan kenalan dekat mereka sebagai sesuatu
yang mendeskrepsikan orang tersebut.
Disposisi
Sekunder, tidak
sejelas disposisi sentral, namun lebih banyak dalam kuantitas. Semua orang
mempunyai disposisi sekumder yang tidak krusial bagi kepribadian, namun sering
muncul dan bertanggung jawab atas prilaku spesifik seseorang.
Ketiga tingkatan disposisi personal ini,
tentu saja merupakan batasan-batasan subjektif dalam skala berkelanjutan dari
yang paling pantas hingga yang paling tidak pantas. Disposisi pokok yang paling
menonjol dalam diri sesesorang menaungi disposisi sentral, yang tidak terlalu
mendominasi, namun tetap menandai kekhasan orang tersebut. Disposisi sentral
yang mengarahkan kebanyakan prilaku adaptif dan ekspresif seseorang, kemudian
berbaur menjadi disposisi sekunder yang tidak terlalu mendeskripsikan orang
tersebut. Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan bahwa disposisi sekunder
seseorang tidak lebih mendalam daripada disposisi sentral orang lain.
Perbandingan antar pribadi tidak sepantasnya digunakan untuk membandingkan
disposisi personal, dan usaha-usaha apapun dalam melakukan perbandingan tersebut
akan mengubah disposisi personal menjadi sifat umum (Allport, 1961).
3. Disposisi Motivasi dan Ekspresif
Semua disposisi personal merupakan
sesuatu yang dinamis, yaitu memiliki kekuatan motivasi. Akan tetapi, beberapa
disposisi akan lebih terasa daripada yang lainnya, Allport menyebut disposisi
yang dialami dengan sangat kuat sebagai disposisi motivasi. Disposisi yang
terasa sangat kuat ini mendapatkan motivasinya dari kebutuhan dan dorongan
dasar. Allport (1961) merujuk pada disposisi personal yang dialami tidak
terlalu kuat sebagai disposisi ekspresif walaupun disposisi tersebut juga
mempunyai kekuatan motivasi. Disposisi Ekspresif mengarah tindakan, disposisi
motivasi memunculkan tindakan. Contohnya dari disposisi ekspresif adalah
penampilan seseorang yang rapi dan sempurna. Orang termotivasi untuk berpakaian
karena kebutuhan dasar untuk mempertahankan kehangatan, namun cara kita
berpakaian ditentukan oleh disposisi personal yang bersifat ekspresif.
Disposisi motivasi memiliki kemiripan dengan konsep Maslow mengenai perilaku coping,
sementara disposisi ekspresif memiliki kemiripan dengan gagasan Maslow mengenai
perilaku ekspresif (Bab 10).
Tidak seperti Maslow yang memberikan
batasan yang jelas antara perilaku coping dan ekspresif, Allport tidak
melihat perbedaan yang jelas antara disposisi motivasi dan disposisi ekspresif.
Walaupun beberapa disposisi merupakan disposisi ekspresif, ternyata yang
lainnya termasuk disposisi motivasi karena berdasarkan pada kebutuhan yang
terasa sangat kuat. Sebagai contoh, kesopanan merupakan disposisi ekspresif,
sementara makan cenderung pada disposisi motivasi. Bagaimana seseorang makan
(gaya mereka), sebagian bergantung pada tingkat kelaparan mereka, serta
kekuatan dari disposisi ekspresif mereka. Seseorang yang biasanya sopan, namun
ketika sangat lapar, dapat mengesampingkan tata krama saat makan sendirian.
Akan tetapi, jika kehadiran orang lain dan disposisi kesopanan cukup kuat ,
maka orang tersebut akan makan dengan menggunakan etika dan kesopanan walaupun
sedang kelaparan.
4.
Proprium
Baik disposisi motivasi ataupun
ekspresif, beberapa diantaranya lebih dekat dengan inti kepribadian, sementara
yang lainnya berada di bagian perifer. Disposisi yang berada dipusat
kepribadian dialami oleh manusia sebagai bagian yang terpenting dari dirinya.
Disposisi tersebut merupakan karakteristik uang dirujuk seseorang dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti “Itulah saya” atau “Hal ini adalah milik saya”.
Semua karakteristik yang “Khusus milik saya” berada dalam proprium (Allport,
1961).
Allport mengunakan istilah proprium untuk
merujuk perilaku dan karakteristik yang dianggap manusia sebagai sesuatu yang
penting, sentral dan hangat dalam kehidupan mereka. Proprium bukanlah
keseluruhan dari kepribadiaan, karena banyak dari perilaku dan karakteristik
seseorang yang tidak hangat ataupun sentral, malah berada pada bagian perifer
kepribadiaan. Perilaku yang tidak bersifat proprium meliputi (1) dorongan dan
kebutuhan dasar yang biasanya dapat dipenuhi dan terpuaskan tanpa banyak
kesulitan (2) kebiasaan-kebiasaan umum, seperti menggunakan pakaian,
mengucapkan “halo” pada orang lain, dan menyetir pada bagian yang benar dari
jalan tersebut, serta (3) perilaku sehari-hari, seperti merokok atau mengosok
gigi, yang dilakukan secara otomatis dan tidak krusial dalam pembentukan rasa
diri seseorang.
Sebagai pusat kepribadian yang hangat,
proprium meliputi aspek-aspek kehidupan yang dianggap penting oleh seseorang
dalam merasakan identitas diri dan peningkatan dari Allport. Proprium mencakup
nilai-nilai seseorang, sebagaimana bagian kesadaran yang bersifat pribadi dan
konsisten dengan keyakinan pribadi yang matang. Kesadaran yang tergeneralisasi
yang dimiliki oleh kebanyakan orang dalam suatu kebudayaan atau kultur
tertentu, mungkin hanya berada di bagain perifer dari rasa seseorang atas
dirinya, sehingga berada diluar proprium orang tersebut.
E.
MOTIVASI
Allport
menyakini bahwa kebanyakan orang termotivasi oleh dorongan yang dirasakannya
daripada dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, serta menyadari
apa yang mereka lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka
melakukannya.
Allport juga
menyatakan bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antara
motif sekunder (peripheral motives) dan usaha kuat yang bersifat sentral
(propriate strivings). Motif sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar
tekanan sementara usaha kuat yang bersifat sentral yaitu untuk mempertahankan
kadar tekanan dan kondisi disekuilibrium.
1. Teori Motivasi
Allport percaya
bahwa teori kepribadian yang memiliki kegunaan, berlandaskan pada asumsi bahwa
manusia tidak hanya bereaksi terhadap lingkungan, tetapi membentuk pula
lingkungan dan membuatnya bereaksi terhadap mereka. Kepribadian adalah suatu
sistem yang berkembang, yang memperkenankan elemen-elemen baru untuk masuk dan
mengubah orang tersebut.
Allport percaya
bahwa banyak teori kepribadian terdahulu yang tidak memperbolehkan adanya suatu
kemungkinan untuk berkembang. Psikoanalisis dan beragam teori belajar pada
dasarnya merupakan teori yang bersifat homeostatis atau reaktif, karena
berpandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi oleh kebutuhan untuk
menurunkan tekanan dan untuk kembali pada suatu kondisi ekuilibrium.
Allport beranggapan
bahwa teori kepribadian yang adekuat harus memperolehkan adanya prilaku
proaktif. Teori tersebut harus dapat memahami bahwa manusia bertindak secara
sadar dalam lingkungannya, dalam cara-cara yang mengakomodasi pertumbuhan
menuju kesehatan psikologis. Teori yang komprehensif tidak hanya memasukkan
penjelasan mengenai teori reaktif, namun harus juga memasukkan teori proaktif
yang menekankan pada perubahan dan pertumbuhan. Dengan perkataan lain, Allport
mengagas suatu bentuk psikologi yang pada satu sisi mempelajari pola umum dari
perilaku dan hokum-hukum yang umum (psikologi tradisional), dan pada sisi lain,
mempelajari pertumbuhan dan individualitas.
Allport berpendirian
bahwa teori mengenai motif yang tidak berubah, tidak cukup lengkap karena hanya
membatasi pembahasan pada prilaku reaktif. Akan tetapi, pribadi yang matang
tidak hanya termotivasi untuk mencari kesenagan dan mengurangi rasa sakit,
melainkan untuk mendapatkan sistem-sistem baru dari motivasi yang secara
fungsional tidak bergantung pada motif awal mereka.
2. Otonomi Fungsional
Konsep otonomi
fungsional merepresentasikan gagasan Allport paling berbeda dan paling
kontroversial. Konsep ini merupakan penjelasan Allport (1961) mengenai banyak
motif manusia yang kelihatannya tidak dijelaskan oleh prinsip-prinsip hedonisme
dan reduksi-dorongan (drive-reduction).
Otonomi fungsional mereprentasikan sebuah teori mengenal perubahan dan
merupakan pencapaian tertinggi dari ide-ide Allport mengenai motivasi.
Konsep otonomi
fungsional memiliki pandangan bahwa beberapa namun tidak semua, motif yang
dimiliki manusia tidak bergantung secara fungsional pada motif awal yang
bertanggung jawab atas suatu perilaku. Apabila suatu motif otonom secara
fungsional, maka motif tersebut menjadi penjelasan dari sebuah prilaku, dan
seseorang tidak perlu mencari lebih jauh penyebab lain yang lebih utama atau
tersembunyi. Dengan perkataan lain, apabila mengumpulkan uang merupakan motif
yang otonom secara fungsional, maka prilaku seseorang yang pelit tidak akan
terlacak sampai pengalaman masa kecilnya dengan pelatihan menggunakan toilet (toilet trening) atau dengan penghargaan
dan hukuman. Orang pelit hanya menyukai uang, dan hanya penjelasan inilah yang
diperlukan. Gagasan bahwa prilaku manusia didasari oleh keinginan masa kini dan
pilihan-pilihan yang didasari, selaras dengan keyakinan umum dari kebanyakan
orang yang berpandangan bahwa mereka melakukan sesuatu hanya karena mereka
menyukainya.
Otonomi fungsional
adalah reaksi yang Allport sebut sebagai teori dari motif yang tidak berubah,
seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis reduksi-dorongan dari psikologi
stimulus-respons. Allport beranggapan bahwa kedua teori terfokus pada fakta
historis daripada fakta fungsional. Ia percaya bahwa motif orang dewasa
dibangun berlandaskan system kontemporer, kesadaran dan mempertahankan diri (self sustaining). Otonomi fungsional
mereprentasikan usaha Allport untuk menjelaskan sesuatu yang sadar, motivasi
kontemporer yang mempertahankan diri.
Allport mengakui
bahwa beberapa motivasi manusia bersifat tidak sadar dan beberapa yang lainnya
adalah hasil dari reduksi-dorongan, sehingga teori dari motif yang tidak
berubah tidak cukup adekuat karena beberapa prilaku otonum secara fungsional.
Allport membuat empat persyaratan untuk teori motivasi adekuat, yaitu:
1)
Teori
Motivasi yang adekuat “akan mengakui sifat kontemporer dari suatu motif”.
Dengan perkataan lain, “apapun yang mengerakkan kita, harus bergerak saat ini”.
(Allport 1961, hlm 220). Oleh karena
itu, masa lalu tidak penting. Sejarah dari seseorang hanya signifikan atau
penting hanya apabila ia mempunyai dampak pada motivasi masa kini.
2)
“Akan
menjadi teori yang bersifat majemuk, memberi tempat pada tipe-tipe motivasi
yang beragam” (Allport 1961, hlm 221) pada kriteria ini, Allport sangat
mengkritik Freud dengan teori dua instingnya, Adler dengan konsep usaha yang
kuat dalam mencapai sukses, serta semua teori yang menekankan akualisasi diri
dan motif utama. Allport dengan tegas menentang pandangan yang bermaksud
mereduksi semua motivasi manusia kepada satu dorongan utama. Ia beranggapan
bahwa secara mendasar, motivasi orang dewasa berbeda dengan motivasi anak-anak
dan motivasi individu neurotik tidak sama dengan motivasi individu normal.
Selian itu, beberapa motivasi bersifat sadar, yang lainnya tidak sadar ;
beberapa tidak terlihat yang lainnya berulang-ulang, beberapa bersifat
sekunder, yang lainnya mempertahankan. Motif yang terlihat berbeda sesungguhnya
memang berbeda, tidak hanya dalam bentuk, tetapi juga secara substansi.
3)
“Memberi
atribusi pada doronga yang dinamis untuk proses kongnitif, misalnya untuk
berencana dan berintensi” (Allport 1961, hlm 222). Allport berargumen bahwa
kebanyakan manusia sibuk menjalani hidup mereka untuk masa depan, namun banyak
teori psikologi yang sibuk melacak kehidupan dengan melihat ke masa lalu. Dan
sementara kita melihat bahwa diri kita aktif secara spontan, banyak psikolog
yang menyatakan bahwa kita hanya bersifat reaktif (hlm 206). Walaupun intensi
juga terlibat dalam setiap motivasi, persyaratan ketiga ini merujuk pada
intensi jangka panjang. Seorang gadis menolak suatu tawaran menonton film
karena lebih memilih belajar anatomi. Pilihan tersebut konsisten dengan
tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik dikelasnya, dan berhubungan dengan
rencananya untuk masuk ke sekolah kedokteran yang penting untuk memenuhi
intensinya menjadi seorang dokter. Kehidupan dari manusia dewasa yang sehat
berorientasi pada masa depan, meliputi pilihan, tujuan, rencana dan intensi.
Proses ini, tentu saja tidak selalu sepenuhnya rasional, misalnya saat manusia
membiarkan kemarahan mereka untuk mendominasi rencana dan intenitas mereka.
4)
Teori
motivasi yang adekuat adalah teori yang “memberikan
tempat pada kekhasan yang kongkrit dari motif-motif “(Allport, 1961, hlm
225). Motif yang kongkrit dan khas berbeda dengan motif yang abstrak dan umum.
Motif yang abstrak dan umum mempunyai dasar pada teori yang telah ada
sebelumnya dari pada motivasi actual seseorang. Contoh dari motif tersebut
terdapat pada diri Derrick, yang sangat berminat meningkatkan kemampuan bermain
bowling. Motif yang dimiliki Derrick
sangat kongkrit dan caranya meningkatkan kemampuannya merupakan sesuatu yang
khas bagi dirinya. Beberapa teori motivasi akan menjelaskan perilaku Derrick
pada kebutuhan agresif, dorongan seksual yang tertahan, maupun dorongan
sekunder yang dipelajari dengan dasar dorongan primer. Allport hanya akan
menjelaskan bahwa Derrick ingin meningkatkan kemampuan bermain bowling karena ingin meningkatkan
kemampuannya. Hal tersebut merupakan motif milik Derrick yang khas, kogkrit,
dan otonom secara fungsional.
Kesimpuannya, motif yang otonom secara
fungsional bersifat kontemporer dan dapat mempertahankan dirinya sendiri;
muncul dari motif yang telah ada sebelumnya, namun secara fungsi, tidak
bergantung dari motif sebelumnya. Allport (1961) mendefinissikan otonomi
fungsional sebagai “ setiap system motivasi yang diperoleh ketika terdapat
tekanan di dalamnya, tidak sama dengan tekanan terdahulu pada system yang dapat
berkembang” (hlm 229). Dengan perkataan lain, motif seseorang dapat berkembang
menjadi sesuatu yang baru, yang berkelanjutan secara historis dengan motif
terdahulu, namun otonom secara fungsional. Sebagai contoh seseorang dapat saja
menanami suatu taman untuk memuaskan dorongan rasa laparnya, namun akhirnya
menjadi berminat bercocok tanam, ditanami demi kepentingannya sendiri.
3. Otonomi Fungsional Yang Bersifat
Memelihara
Tingkatan yang
paling dasar dari dua tingkatan otonomi fungsional adalah yang bersifat
memelihara (Perserative Functional Autonomy). Allport meminjam kata ini dari
kata “pemeliharaan” (perservation) yang merupakan kecenderungan atas suatu
impresi untuk meninggalkan pengaruh pada pengalaman selnjutnya. Otonomi
fungsional ini ditemukan pada hewan dan manusia, serta didasari oleh prinsip
neurologis yang sederhana. Sebagai contoh, saat seekor tikus belajar berlari
didalam sebuah labirin untuk mendapatkan makanan, namun terus berlari, bahkan
setelah tikus tersebut merasa puas. Mengapa tikus tersebut terus berlari?
Allport akan berkata bahwa tikus tersebut terus berlari karena senang melakukan
hal tersebut.
Allport (1961)
memberikan contoh lain yang terdapat pada manusia. Contoh pertama adalah
ketergantungan minuman beralkohol, rokok, dan obat-obatan lainnya saat tidak
ada kebutuhan fisiologis untuk hal-hal tersebut. Pecandu alkohol terus minum
minuman beralkohol walaupun motivasi saat ini, secara fungsional tidak
bergantung lagi dengan motif awal mereka.
4. Otonomi Fungsional yang Bersifat Sentral
Sistem utama motivasi yang mendiskusikan
mengenai keutuhan pada kepribadian adalah otonomi fungsional yang bersifat
sentral, yang merujuk pada motif yang terus bertahan dan berhubungan dengan
propium. Potongan puzzle dan alcohol
jarang sekali diakui sebagai “khusus milik saya”. Kedua hal tersebut bukanlah
bagian perifer suatu kepribadian. Sementara itu, pekerjaan, hoby, dan minat
lebih dekat dengan inti kepribadiandan banyak dari motivasi yang berkaitan
dengan ketiga hal tersebut menjadi otonom secara fungsional. Sebagai contoh,
seorang wanita mungkin menerima suatu pekerjaan karena membutuhkan uang.
Awalnya, pekerjaan tersebut tidak menarik, dan bahkan sangat tidak
menyenangkan. Akan tetapi, setelah beberapa tahun, ia mulai mengembangkan suatu
minat yang mendalam terhadap pekerjaan tersebut, bahkan mungkin dapat
mengembangkan suatu hobi yang berhubungan dengan pekerjaannya.
5. Kriteria Otonomi Fungsional
Secara umum, motivasi yang ada saat ini
bersifat otonom secara fungsional sampai motivasi tersebut mulai mencari tujuan
baru, yang berarti bahwa suatu perilaku akan terus terjadi, bahkan saat
motivasi atas perilaku tersebut berubah. Sebagai contoh, seorang anak pertama
kali belajar berjalan karena termotivasi oleh dorongan untuk berkembang, namun
selanjutnya ia akan berjalan untuk meningkatkan mobilitas dan membangun
kepercayaan dirinya. Serupa dengan hal tersebut, seorang ilmuan yang awalnya
berdedikasi mencari alasan untuk masalah-masalah yang sulit, mungkin akan lebih
mendapatkan kepuasan dari pencariannya dari pada jawaban yang didapatkannya.
Pada titik tersebut, motivasinya secara fungsional akan menjadi independen dari
motivasi awalnya untuk mencari jawaban. Bahkan, ilmuan tersebut mungkin akan
mencari ranah lain yang dapat dipertanyakan walaupun ranah tersebut berbeda
dengan ranah sebelumnya. Masalah-masalah baru akan mengarahkan untuk
mendapatkan tujuan-tujuan baru dan mencari impian yang lebih tinggi.
6. Proses-Proses yang Tidak Otonom secara
Fungsional
Otonomi fungsional bukanlah penjelasan
dari semua motivasi manusia. Allport (1961) menyebutkan delapan proses yang
tidak otonom secara fungsional: (1) dorongan biologis, seperti makan, bernafas,
tidur, (2) motif yang berkaitan langsung dengan reduksi dorongan dasar, (3)
tindakan reflex seperti mengedipkan mata, (4) bagian-bagian dari struktur
manusia, seperti fisik, intelegensi dan tempramen, (5) kebiasaan yang sedang
dalam proses pembentukan, (6) pola perilaku yang memerlukan penguat primer, (7)
produk sublimasi yang terkait dengan keinginan seksual masa kecil, (8) gejala
neurotic atau patologi.
Kedelapan proses tersebut (termasuk
gejala neurotik dan patologi) dapat melibatkan motif yang otonom secara
fungsional ataupun tidak. Sebagai contoh dari gejala kompulsif yang tidak
otonom secara fungsional, Allport (1961) memberikan kasus dari seorang gadis
yang berusia 12 tahun yang mempunyai suatu kebiasaan yang mengganggu, yaitu
membuat bunyi mengecap dengan bibirnya beberapa kali dalam semenit. Kebiasaan
tersebut mulai terbentuk sejak 8 tahun yang lalu, saat ibunya memberitahu bahwa
apa yang dihirupnya merupakan udara bersih dan apa ang dikeluarkan merupakan
udara kotor. Oleh karena itu gadis tersebut percaya bahwa ia telah membuat
udara menjadi kotor karena telah menghembuskannya keluar, ia memutuskan untuk
memberi ciuman agar udaranya menjadi bersih kembali. Perilaku ini tidak otonom
secara fungsional, namun hasil dari kebutuhan kompulsif untuk mencegah udara
bersih berubah menjadi kotor.
Allport memberikan
salah satu kriteria yang membedakan antara perilaku kompulsif yang otonom
secara fungsional dan yang bukan. Sebagai contoh, perilaku kompulsif yang dapat
dihilangkan melalui terapi maupun modifikasi peilaku, tidak otonom secara
fungsional, sementara perilaku-perilaku yang sangat resisten terhadap terapi
berarti bertahan dan otonom secara fungsional. Saat terapi membuat gadis
tersebut menemukan alasan mengenai kebiasaannya, ia mampu untuk berhenti
membunyikan bibirnya. Disisi lain, beberapa gejala patologi lain mungkin
memberikan gaya hidup kontemporer dan otonom secara fungsional dari pengalaman
terdahulu yang memulai patologi itu sendiri. Sebagai contoh, seorang anak kedua
yang berusaha untuk mengalahkan kakak laki-lakinya, mungkin akan menjalani
kehidupan yang kompulsif, suatu kehidupan yang ditandai oleh usaha kuat yang
tidak disadari untuk mengalahkan semua lawannya. Hal tersebut memenuhi kriteria
Allport dan termasuk otonom secara fungsional, karena neurosis yang sangat
mendalam seperti itu mungkin tidak dapat diubah oleh terapi.
F.
RISET TERKAIT
Gordon
Allport tetap mempertahankan ketertarikannya atas studi ilmiah tentang agama
dan memperkenalkan enam perkuliahan atas topik tersebut dibawah judul the
individual and his religion. Allport adalah seorang penganut episkopalian yang
taat dan untuk hampir 30tahun ia menawarkan suatu rangkaian meditasidi Appleton
Chapel, di Harvard University.
1.
Orientasi
religius intrinsik versus ekstrinsik
Allport percaya bahwa komitmen mendalam atas agama adalah suatu tanda
kematangan pribadi, namun ia percaya bahwa tidak semua orang yang pergi ke
gereja mempunyai orientasi religius yang matang. Orang-orang akan merasa nyaman
dan mendapatkan pembenaran diri dengan sikap berprasangkannya dan kehadirannya
ke geraja.Contoh dari item ekstrinsik agama antara lain “tujuan utama
berdoa adalah untuk mendapatkan kelegaan dan perlindungan “, “Agama banyak
menawarkan kenyamanan ketika saya mengalami kesedihan dan ketidakberuntungan”,
dan “alasan saya untuk menjadi anggota gereja adalah membantu saya mengukuhkan
seseorang dalam komunitas
Orang-orang yang pergi ke gereja mungkin saja cenderung merawat diri dengan
lebih baik daripada orang-orang yang tidak pergi ke gerejaatau mungkin ada
sesuatu yang unik mengenai agama yang menyebabkan kesehatan menjadi lebih baik.
Aktivitas yang memiliki motivasi intrinsik biasanya lebih baik daripada yang
memiliki motivasi ekstrinsik.oleh karena itu peneliti memprediksikan bahwa
mereka yang mempunyai nilai religius yang lebih terinternalisasi (orientasi
intrinsik) akan lebih baik daripada yang menggunakan agama untuk mencapai suatu
tujuan (orientasi ekstrinsik).
2.
Cara
mengurangi prasangka
Gordon
Allport pertama kali tertarik dengan perbedaan antara orientasi religius
intrinsik dan ekstrinsik karena ia menyadari banyak orang yang teridentifikasi
sebagai orang yang sangat religius juga cukup berprasangka. Allport
mrngutarakan untuk mengurangi prasangka adalah kontak, apabila anggota dari
kelompok mayoritas dan minoritas lebih berinteraksi dibawah kondisi optimal
maka prasangka akan berkurang
G.
KRITIK TERHADAP TEORI GORDON ALLPORT
Bagi Allport kebanyakan orang paling baik
dianggap sebagi pribadi yang sadar, melihat kedepan dan mencari ketegangan.
Bagi mereka yang yakin bahwa teori deterministik telah kehilangan padangannya
mengenai manusia yang proaktif, pandangan kemanusiaan Allport secara filosofi
menjadi sangat menyegarkan. Akan tetapi sama dengan teori-teori lainnya,
pandangan tersebut harus dievaluasi dengan basis ilmiyah.
1. Teori kepribadian
Allport lebih berdasarkan spekulasi filosofi dan logika awam daripada
investigasi ilmiah.
2. Teorinya terbatas,
memberkan penjelasan terhadap suatu aspek kepribadian yang cukup sempit, yaitu
beberapa jenis motifasi.
3. Teori ini hanya
memberikan organisasi dari hasil observasi yang bermanfaat untuk orang dewasa
yang sempit.
4. Sebagai panduan
untuk praktisi, teori Allport mempunyai kegunaan yang sedang.
5. Dalam kriteria
kemampuan untuk dikaji ulang, teori Allport mendapatkan nilai rendah.
Dalam dua kriteria teori yang bermanfaat,
psikologi individual Allport dinilai tinggi. Penggunaan bahasa yang teliti dan
akurat memberikan teori ini konsistensi internal dan kehematan.
DAFTAR REFERENSI
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. UMM Press :
Malang
Feist, Jest & Gregory, J. Feist.
2011. Theories of Personality. McGraw Hill : New York
Hall, S. Calvin & Gardner Lindzey. 1978. Theories of
Personality (Third Edition). John Wiley & Sons : USA
No comments:
Post a Comment