Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Sunday, 3 February 2013

PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR



PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR

1.      Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (Mc. Leod, 1989).
Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitati yang mengacu pada mtu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
1.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajai perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik kita. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.
1.      Tugas Perkembangan Tiap-Tiap Fase
1.      Tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak. (0-5 tahun)
1.      Belajar memakan makanan keras.
2.      Belajar berdiri dan berjalan.
3.      Belajar berbicara.
4.      Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya.
5.      Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
6.      Mencapai kematangan untuk Belajar membaca dalam arti mulai mengenal huruf.
7.      Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, ayahnya, saudara kandung, dan orang-orang disekelilingnya.
8.      Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk dan antara yang benar dengan salah.
1.      Tugas perkembangan fase anak-anak (6-12 tahun)
1.      Belajar keterampilan fisikyang diperlukan untuk bermain.
2.      Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang.
3.      Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.
4.      Belajar memainkan peran sebagai seorang pria maupun wanita.
5.      Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan berhitung.
6.      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.
8.      Mengembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.
9.      Belajar mencapai kemerdekaan/kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang mendiri dan bertanggung jawab.
1.      Tugas perkembangan fase remaja (13-21 tahun)
1.      Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman lawan jenis.
2.      Mencaai peranan sosial yang selaras dengan tuntutan kultural dan sosial masyarakatnya.
3.      Menerima kesatuan organ-organ tubuh sesuai dengan kodartnya masing-masing.
4.      Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah tengah masyarakatnya.
5.      Mencapai kebebasan emosional dari orang tua.
6.      Mempersiapkan diri untuk mencapai karier.
7.      Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan.
8.      Memperoleh nilai dan sistem etika.
1.      Tugas perkembangan fase dewasa (22-40 tahun)
1.      Mulai bekerja mencari nafkah.
2.      Memilih pasangan hidup.
3.      Mulai memasuki kehidupan rumah tangga.
4.      Belajar hidup bersama pasangan dalam rumah tangga.dan kelurganya.
5.      Mengelola tempa tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
6.      Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan yang memadai
7.      Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menyenangkan.
1.      Tugas perkembangan fase setengah baya (41-60 tahun)
1.      Mencapai tanggung jawab sosial dan kewaragnegaraan secara lebih dewasa.
2.      Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya dengan orang-orang dewasa lainnya.
3.      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
4.      Menghubungkan diri sedemiian rupa dengan pasangannya sebagai seorang pribadi yang utuh.
5.      Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
6.      Menyesuaikan diri dengan perikehidupan orang-orang yang berusia lanjut.
1.      Tugas perkembangan fase usia tua (60 tahun keatas)
1.      Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
2.      Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya penghasilan.
3.      Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.
4.      Membina hubungan yang tegas (afiliasi eksplisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
5.      Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
6.      Menyesuaikan diri terhadap peranan-peranan sosial dengan cara yang luwes.
1.      Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
Pembahasan mengenai perkembangan psiko-fisik pada bagian ini akan lebih difikuskan pada proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangantersebut meliputi:
1.      Perkembangan motor (fisik) siswa
Terdapat empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut:
1.      Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf
Pertumbuhan dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan menibulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi.
1.      Pertumbuhan otot-otot
Otot merupakan jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini sangat tampak dari anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
1.      Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin
Kelenjar adalah alat tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga, perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis, berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
1.      Perubahan struktur jasmani
Semakin meningkat usia anak maka akan semakin menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.
1.      Perkembangan kognitif siswa
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya:
1.      Tahap sensory-motor
Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
1.      Tahap pre-oprational
Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
1.      Tahap concrete-operational
Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume), penambahan golongan benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan pelipatgandaan golongan benda.
1.      Tahap formal-operational
Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.
1.      Perkembangan sosial dan moral siswa
Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selakuanggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa disekolahd an keluarga maupun lingkungan yang lebih luas lagi.
1.      Arti Penting Perkembangan Kognitif bagi Proses Belajar Siswa
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka pesan moral yang terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah pengembangan ranah kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapn berikut ini:
1.      Mengembangkan kecakapan kognitif
2.      Mengembangkan kecakapan afektif
3.      Mengembangkan kecakapan psikomotor

No comments:

Post a Comment