Jenis-Jenis
Tes Intelegensi
Berdasarkan
penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu :
a) Tes Intelegensi
individual, beberapa di antaranya:
- Stanford – Binet Intelegence Scale.
- Wechster – Bellevue Intelegence Scale (WBIS)
- Wechster – Intelegence Scale For Children (WISC)
- Wechster – Ault Intelegence Scale (WAIS)
- Wechster Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI)
b) Tes
Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya:
- Pintner Cunningham Prymary Test
- The California Test of Mental Makurity
- The Henmon – Nelson Test Mental Ability
- Otis – Lennon Mental Ability Test
- Progassive Matrices
c) Tes Intellegensi
dengan tindakan perbuatan
Untuk tujuan
program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes intelegensi
kelompok berupa:
- The California Test of Mental Maturity (CTMM)
- The Henmon – Nelson Test Mental Ability
- Otis – Lennon Mental Ability Test, and
- Progassive Matrices. (22)
Ada
kalsifikasi atau standar tingkat IQ yang cukup berpengaruh yaitu klasifikasi
dari Wechsler yang menciptakan tes WISC yang diperuntukan bagi anak-anak pada
tahun 1949. Adapun kalsifikasi IQ-nya.
Name
|
IQ
|
Very
superior
|
130 +
|
Superior
|
120 – 129
|
Bright
normal
|
110 – 119
|
Average
|
90 – 109
|
Dull
normal
|
80 – 89
|
Borderline
|
70 – 79
|
Mental
defective
|
69 and
below
|
(Harriman,
1958)
4.
Teori-Teori dan Pendekatan-Pendekatan Tentang Intelegensi
Diantara
beberapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya
masing-masing sebagai berikut:
- Alfred Binet mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa tunggal dari karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
- Edward Lee Thorndike, teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan dalam wujud perilaku intelegensi.
- Robert J. Sternberg, teori ini mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori ini disebut juga dengan Teori Intelegensi Triarchic. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara:
a.
Intelegensi dan dunia internal seseorang
b.
Intelegensi dan dunia eksternal seseorang
c.
Intelegensi dan pengalaman
Adapun dalam
memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) engemukakakn empat
pendekatan umum, yaitu.
- Pendekatan Teori Belajar. Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
- Pendekatan Neurobiologis. Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.
- Pendekatan Psikomotorik. Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu: Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah, dan Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori
- Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam
pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan
intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan
biologis individu.
Faktor-Faktor
dalam Intelegensi
Dalam
intelgensi akan ditemukan faktor-faktor tertentu yang para ahli sendiri belum
terdapat pendapat yang sama seratus persen. Berikut ini beberapa pendapat para
ahli mengenai faktor-faktor dalam intelegensi
1. Thorndike
dengan Teori Multi-Faktor
Teori ini
menyatakan bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri
dari elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu
terdiri dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan
dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya.
2. Spearman
Menurut
Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu:
- General ability atau general faktor (faktor G). Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
- Special ability atau special faktor (faktor S). Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut
Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat
dirumuskan. P=G+S
3. Burt
Menurut Burt
dalam intelegensi terdapat 3 faktor
- Special ability atau special faktor (faktor S)
- General ability atau general faktor (faktor G)
- Common ability atau common faktor disebut juga group factor (faktor C)
Faktor ini
merupakan sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam
bidang bahasa. Sehingga rumus “performance” menjadi P=G+S+C
4. Thurstone
Thurnstone mempunyai
pandangan tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam intelegensi terdapat
faktor-faktor primer yang merupakan “group factor”, yaitu:
- Spatial relation (S). Kemampuan untuk melihat gambar tiga dimensi
- Perceptual speed (P). Kecepatan dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon detil-detil visual.
- Verbal comprehension (V). Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi verbal, dan sebagainya.
- Word fluency (W). Kecepatan dalam menghubug-hubngkan kata dengan berbagai rima dan intonasi.
- Number facility (N). Kecepatan ketepatan dalam perhitungan
- Associative memory (M). Kemampuan menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi.
- Induction (I). Kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas.
Menurutnya
faktor-faktor tesebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakan atau
perbuatan yang intelegen.
No comments:
Post a Comment