Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Saturday, 30 March 2013

Intelegensi

INTELEGENSI
Donald Stener, menyebutkan intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Sedangkan menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Sehingga secara umum, Intelegensi dapat diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Kemampuan dan kecepatan kerja otak ini disebut juga dengan efektifitas kerja otak.


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, antara lain :
Faktor Bawaan atau Keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
Faktor Lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan – rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
TES INTELEGENSI (IQ)
Test Intelegensi adalah salah satu test psikologik yang sampai sekarang masih dianggap valid . Test ini adalah suatu cara numerik untuk menyatakan taraf intelegensi dengan rumus :
H.I=(UMUR MENTAL)/(UMUR KALENDER)×100 H.I=Hasil Bagi Intelegensi/IQ
Umur mental didapat pada test intelegensi, umur kalender diambil paling tinggi 15 biarpun sebenarnya lebih, karena dengan test intelegensi yang ada Sekarang sukar untuk mengukur perbedaan intelegensi diatas umur 15 tahun. (Maramis,1980: 172)
Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demencia), tetapi gejala utama (yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang, Retardasi mental disebut juga Oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. (Maramis,1980. 386)

MEMAHAMI INTELEGENSI MANUSIA

Apakah makna intelegensi yang sesungguhnya ? Masyarakat umumnya mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai baik atau siswa yang jempolan di kelasnya. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar atau berkacamata. Sebaliknya gamabran anak yang berintelegensi rendah membawa citra seseorang yang lamaban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata bingung.
Pandangan awam sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak memberikan arti yang jelas tentang intelegensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari makna intelegensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ahli. Apapun definisinya, maka intelegensi memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan.
Kekaburan lingkup konsep mengenai intelegensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Mereka beranggapan bahwa intelegensi mirip status mental yang tidak memerlukan definisi, sedangkan perilkau intelegensi lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya sehingga lebih berguna untuk dipelajari. Dengan melakukan identifikasi terhadap ciri-ciri dan indikator-indikator perilaku intelegensi akan terkandung di dalamnya, berikut ini akan disampaikan urutan singkat tentang intelegensi :
Macam-macam intelegensi :
  1. Intelegensi terikat dan bebas;
  2. Intelegensi menciptakan (kreatif) dan meniru (eksekutif).
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi manusia :
a) Pembawaan
Intelegensi bekerja dalam suatu situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya;
b) Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang.
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris (intelligence). Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiaâ. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut Nousâ sedangkan penggunaan kekuatan disebut Noesisâ.
Definisi tentang intelegensi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu diantaranya:
1. Andrew Crider Tahun 1983, mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, mudah untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
2. Alfred Binet, tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri atas tiga komponen, yaitu
a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan;
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan;
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism;
3. George D. Stoddard 1941, menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan :
    1. Mengandung kesukaran;
    2. Kompleks;
    3. Abstrak;
    4. Diarahkan pada suatu tujuan;
    5. Ekonomis;
    6. Mempunyai nilai sosial.
4. David Wechsler 1958, pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara nasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.
5. Walters dan Gardnes 1986, mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
6. Flynn 1987, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Bebarapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya masing-masing :
1. ALFRED BINET, Mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetic yaitu berkembang dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
2. EDWARD LEE THORNDIKE, Teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampilkan dalam wujud perilaku intelegensi.
3. ROBERT J. STERNBERG, Teori ini lebih menekankan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori yang dikemukakan Sternberg dikenal dengan Teori Intelegensi Triarchic. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :
a. Intelegensi dan Dunia Internal seseorang;
b. Intelegensi dan Dunia Eksternal seseorang;
c. Intelegensi dan Pengalaman.
Dalam memahami hakekat intelegensi, Maloney dan Ward 1976, mengemukakan empat pendekatan umum yaitu:
1. Pendekatan Teori Belajar
Inti pendekatan teori belajar mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hokum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk prilaku baru. Oleh karena itu dalam pendekatan ini para ahli lebih memusatkan perhatian pada perilaku yang tampak dan bahkan pada pengertian mengenai konsep mental intelegensi itu sendiri
2. Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan neurobiologis beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neuro fisiologisnya. Oleh karena itu dalam berbagai riset, selalu dipentingkan untuk melihat korelasi-korelasi intelegensi pada aspek-aspek anatomi, elektokimia atau fisiologi.
3. Pendekatan Psikomotorik
Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trart) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu pertama yang bersifat praktis dan lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dan kedua adalah yang lebih menekankan pada konsep dan penyusunan teori.
4. Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam pendekatan teori perkembangan, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.
Ternayata usaha-usaha penyuluhan karakteristik mental manusia telah sejak lama mulai seperti di Negeri China pada abad XVI, di Amerika pada tahun 1890 dan di Eropa pada tahun 1895. Beberapa istilah pengukuran intelegensi :
1. Skala-skala Binet Simon, dilakukan dengan cara mengukur lingkaran tempurung anak-anak;
2. Skala-skala Wechsler, Tes intelegensi yang dirancang kusus untuk digunakan bagi orang dewasa. Dinamai Wechsler-Belle Vae Intelegence Scale (WBIS) atau disebut juga skala W-B.
Beberapa tes intelegensi populer:
1. Stanford Binet Intellegence Scale;
Diterbitkan pada tahun 1972. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia, mulai dari usia -11 sampai dengan usia dewasa superior.
2. The Wechsler Intellegence Scale For Children Revised (WISC-R);
Diterbitkan tahun 1974, dimaksudkan untuk mengukur intelegensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun.
3. The Wechsler Adult Intellegence Scale Revised (WAIS-R);
Terdiri dari skala verbal dan skala performasi, untuk digunakan subjek (orang) yang berusia antara 16 sampai 64 tahun.
4. The Standard Progresive Matrices (SPM);
Salah satu bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual atau kelompok. Tesnya bersifat nonverbal.
5. The Kaufman Assesment Battery For Children (K-ABC);
Mirip baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang di peruntukkan bagi anak-anak usia 2,5 tahun sampai 12,5 tahun.
Menurut Ethical Standards Of Psychologist, tes intelegensi umum tergolong dalam tes level B, yaitu tes yang hanya boleh digunakan oleh merk yang memiliki khusus dalam penggunaan tes itu. Sedangkan penggunaan tes intelegensi secara klinis menempatkan tes tersebut dalam level C, yaitu tes yang hanya boleh digunakan oleh merk yang memiliki paling tidak tingkat master dalam bidang psikologi dan mempunyai pengalaman minimal 1 tahun dalam penggunaan tes yang bersangkutan di bawah supervisi yang ketat.
Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati.
Untuk setiap individu mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda, kekompleksan intelegensi ini dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, mulai dari faktor usia, kematangan pikiran dan pengetahuan dari individu yang bersangkutan.
BAHAN RUJUKAN
Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Intelegensi, Pustaka Pelajar, 1996
Ahmad Abu, Psikologi Umum, PT. Bina Ilmu, 1993

No comments:

Post a Comment