Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Saturday, 30 March 2013

Keluarga


PENGERTIAN KELUARGA

Keluarga berasal dari bahasa sangsekerta “kulawarga”. Kata kula berarti “ras” dan warga berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih berhubungan darah keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, yang memiliki hubungan individu terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut salvicion dan celis (1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Ada beberapa tipe keluarga yakni:
ü  keluarga inti
yang terdiri atas suami, istri dan anak, keluarga juga terdiri dari pasangan dewasa (ayah dan ibu) dan anak-anak mereka dimana terdapat interaksi dengan kerabatan dari salah satu atau dua pihak oaring tua.
ü  Keluarga luas
Yakni atas dasar keturunan diatas keluarga aslinya, keluaraga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.





A.   Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam keluarga, didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya berperan sebagai sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai Istri dan ibu dari anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarganya. Anak-anaknya melaksankan peranan psikosial sesuai dengan tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Dan ada pula tugas keluarga ada delapan tugas pokok:
ü  Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
ü  Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
ü  Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukanya masing-masing.
ü  Sosialisasi antar keluarga.
ü  Pengaturan jumlah keluarga.
ü  Pemeliharaaan ketertiban anggota keluarga.
ü  Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat lebih luas.
ü  Membangkitkan dorongan dan semangat para angootanya.







B.   Fungsi Keluarga
Fungsi yang akan dijalani oleh keluarga yakni:
ü  Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapakan kedewasaan dan masa depan anak.
ü  Fungsi sosialisasi anak di lihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anaknya menjadi anggota masyarakat yang baik.
ü  Fungsi perlindungan di dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
ü  Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instiutif merasakan perasaan dan suasana anak sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan keluarga.
ü  Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan mengatur kehidupannya kini dan kehidupan di akhirat.
ü  Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
ü  Fungsi rekreatif dilaihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga seperti acara nonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
ü  Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan generasi selanjutnya.
ü  Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.







C.     BENTUK KELUARGA  
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
Berdasarkan lokasi
ü  Adat utrolokal, yaitu adat yang memberikan kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu disekitar kediaman kaum kerabat suami atau istri.
ü  Adat virilokal, yakni adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman suami
ü  Adat uxurilokal, yakni adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman istri
ü  Adat biolokal, yakni adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman suami pada masa tertentu, dan sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian).
ü  Adat neolokal yakni adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami atau istri.
ü  Adat avunkulokal yakni adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap disekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami.
ü  Adat natalokal, yakni adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.





Berdasarkan pola otoritas
ü  Patriakal, yakni otoritas didalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua umumnya ayah).
ü  Matriakal, yakni otoritas didalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua umumnya ibu).
ü  Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

D.   Subsistem Sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami istri, subsistem orang tua anak, dan subsistem sibling (kakak adik):
ü  Subsistem suami istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain.
ü  Subsistem orang tua anak terbentuk sejak kalahiran seorang ank dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan penganalan akan  tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.







KELUARGA YANG ISLAMI

Bayangan keluarga yang tentang keluarga yang islami pasti bertingkah laku bagai malaikat serta rahmat allah yang senantiasa melimpahi kebutuhan hidup kita tentu bukan lah gambaran yang benar. Ajaran islam sendiri merupakan ajaran yang dirancang bagi manusia yang memiliki berbagai kelemahan, kekurangan dan diterapakan dalam berbagai keadaan yang menyertai hidup manusia.
Jadi, jika kita menemui goncangan-goncangan yang menyangkut diri kita dalam masalah pribadi,hubungan dengan suami atau istri dan anak-anak, atau dalam berbagai kondisi yang menyertai keluarga, jangan lah kita panik dulu atau merasa dunia hampir kiamat. Sebab, justru dengan momen seperti itulah kita dapat perlihatkan komitmen sebagai seseorang sebelum di buktikannya amal kehidupan.
Ada beberapa hal yang patut kita perhatikan dalam upaya menumbuhkan keluarga bahagia menurut ajaran islam atau dalam menghadapi persoalan. Di antaranya;
1.      Fikrah yang jelas
Pemikiran islami tentang tujuan-tujuan dakwah dan kehidupan keluarga merupakan unsur penting dalam perkawinan. Ini adalah syarat utama. Keluarga yang islami bukan lah keluarga yang tenang tanpa gejolak. Bukan juga keluarga yang berjalan diatas ketidak jelasan tujuan sehingga melahirkan kebahagian semu. Kalau lah Umar Bin Khattab menggebah para pedagang di pasar yang tidak memahami fikih (perdagangan), maka layak di pandang sebuah kekeliruan besar seseorang yang menikah namun tidak memahami dengan jelas apa hakikat pernikahaan dalam islam dan bagaimana kaitanya dengan kemajuan dakwah.




2.      Penyatuan idealisme
Ketika ijab qobul dikumandangkan di depan wali, sebenarnya yang bersatu bukanlah sekedar jasad dua makhluk yang berlainan jenis. Pada detik itu sesungguhnya tengah terjadi pertemuan dua pemikiran, perjumpaan dua tujuan hidup dan perkawinan dua pribadi dengan tingkat keimanan masing-masing. Karena itu, penyatuan pemikiran dan idealisme akan menyempurnakan pertemuan fisik kedua insan.
3.      Mengenal karakter pribadi
Kepribadian manusia ditentukan oleh berbagai unsur lingkungan: nilai yang diyakini dan pengaruh sosialisasi perilaku lingkungan terdekat serta lingkungan internal (sifat bawaan) itu sendiri. Mengenal secara jelas karakter pasangan hidup adalah bekal utama dalam upaya penyesuaian, penyeimbangan dan bahkan perbaikan. Satu catatan penting mengenai hal ini ialah anda harus menyediakan kesabaran selama proses pengenalan itu berlangsung, sebab hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
4.      Pemeliharaan kasih sayang
Sikap rahmah (kasih sayang) kepada pasangan hidup dan anak-anak merupakan tulang punggung kelangsungan keharmonisan keluarga. Rasulullah SAW menyapa Aisyah dengan panggilan yang memanjakan, dengan gelar yang menyenangkan hati. Bahkan beliau membolehkan seseorang berdiplomasi kepada pasangan hidupnya dalam rangka membangun kasih sayang. Suami atau isteri harus mampu menampilkan sosok diri dan pribadi yang dapat menumbuhkan rasa tenteram, senang kerinduan. Ingat, di atas rasa kasih sayanglah pasangan hidup dapat membagi beban, meredam kemelut dan mengurangi rasa lapar.
5.      Kontinuitas tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Para suami yang telah aktif dalam medan dakwah biasanya akan mudah mendapatkan hal ini. Namun, istri juga memiliki hak yang sama. Penyelenggaraannya merupakan tanggung jawab suami khususnya, kaum lelaki muslim umumnya. Itulah sebabnya Rasulullah SAW meluluskan permintaan ta’lim (pengajaran) para wanita muslimah yang datang kepada beliau. Beliau memberikan kesempatan khusus bagi pembinaan wanita dan kaum ibu (ummahaat). Perbedaan perlakuan tarbiyah antara suami dan istri akan membuat timpang pasangan itu dan akibatnya tentu kegoncangan rumah tangga.
6.      Penataan ekonomi
Turunnya Surat al Ahzab yang berkaitan dengan ultimatum Allah SWT kepada para istri Nabi SAW, erat kaitannya dengan persoalan ekonomi. Islam dengan tegas telah melimpahkan tanggung jawab nafkah kepada suami, tanpa melarang istri membantu beban ekonomi suami jika kesempatan dan peluang memang ada, dan tentu selama masih berada dalam batas-batas syari’ah. Ditengah-tengah tanggung jawab dakwahnya, suami harus bekerja keras agar dapat memberikan pelayanan fisik kepada keluarga. Sedangkan qanaah (bersyukur atas seberapa pun hasil yang diperoleh) adalah sikap yang patut ditampilkan istri. Persoalan-persoalan teknis yang menyangkut pengelolaan ekonomi keluarga dapat dimusyawarahkan dan dibuat kesepakatan antara suami dan istri. Kebahagiaan dan ketenangan akan lahir jika di atas kesepakatan tersebut dibangun sikap amanah (benar dan jujur).
7.      Sikap kekeluargaan
Pernikahan antara dua anak manusia sebenarnya diiringi dengan pernikahan ”antara dua keluarga besar”, dari pihak istri dan juga suami. Selayaknyalah, dalam batas-batas yang diizinkan syari’at, sebuah pernikahan tidak menghancurkan struktur serta suasana keluarga. Pernikahan janganlah membuat suami atau istri kehilangan perhatian pada keluarganya (ayah, ibu, adik, kakak dan seterusnya). Menurunnya frekuensi interaksi fisik (dan ini wajar) tidak boleh berarti menurun pula perhatian dan kasih sayang. Sebaliknya, perlu ditegaskan juga bahwa pernikahan adalah sebuah lembaga legal (syar’i) yang harus dihormat keberadaannya. Sebuah kesalahan serius terjadi tak kala seorang istri atau suami menghabiskan perhatiannya hanya untuk keluarganya masing-masing sehingga tanggung jawabnya sebagai pasangan keluarga di rumahnya sendiri terbengkalai.







8.      Pembagian beban
Meski ajaran Islam membeberkan dengan jelas fungsi dan tugas elemen keluarga (suami, istri, anak, pembantu) namun dalam pelaksanaannya tidaklah kaku. Jika Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang istri adalah pemimpin bagi rumah dan anak-anak, bukan berarti seorang suami tidak perlu terlibat dalam pengurusan rumah dan anak-anak. Ajaran Islam tentang keluarga adalah sebuah pedoman umum baku yang merupakan titik pangkal segala pemikiran tentang keluarga. Dalam tindakan sehari-hari, nilai-nilai lain, misalnya tentang itsar (memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain), ta’awun (tolong menolong), rahim (kasih sayang) dan lainnya juga harus berperan. Itu dapat dijumpai dalam riwayat yang sahih betapa Nabi SAW bercengkrama dengan anak dan cucu, menyapu rumah, menjahit baju yang koyak dan lain-lain.
9.      Penyegaran
Manusia bukanlah robot-robot logam yang mati. Manusia mempunyai hati dan otak yang dapat mengalami kelelahan dan kejenuhan. Nabi SAW mengeritik seseorang yang menamatkan Al Quran kurang dari tiga hari, yang menghabiskan waktu malamnya hanya dengan shalat, dan yang berpuasa setiap hari. Dalam ta’lim beliau SAW juga memberikan selang waktu (dalam beberapa riwayat per pekan), tidak setiap saat atau setiap hari. Variasi aktivitas dibutuhkan manusia agar jiwanya tetap segar. Dengan demikian, keluarga yang bahagia tidak akan tumbuh dari kemonotonan aktivitas keluarga. Di samping tarbiyah, keluarga membutuhkan rekreasi (perjalanan, diskusi-diskusi ringan, kemah, dll).
10.  Menata diri
Allah SWT mengisyaratkan hubungan yang erat antara ketaqwaan dan yusran (kemudahan), makhrojan (jalan keluar). Faktor kefasikan atau rendahnya iman identik dengan kesukaran, kemelut dan jalan buntu. Patutlah pasangan muslim senantiasa menata dirinya masing-masing agar jalan panjang kehidupan rumah tangganya dapat diarungi tanpa hambatan dan rintangan yang menghancurkan.




11.  Mengharapkan rahmat
Allah Ketenangan dan kasih sayang dalam keluarga merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambaNya yang Sholeh. Rintangan-rintangan menuju keadaan itu datang tidak saja dari faktor internal manusia, namun juga dapat muncul dari faktor eksternal termasuk gangguan syaitan dan jin. Karena itu, hubungan vertikal dengan al Khaliq harus dijaga sebaik mungkin melalui ibadah dan doa. Nabi SAW banyak mengajarkan doa-doa yang berkaitan dengan masalah keluarga..























SUMBER

Situs Warta Warga Universitas Guna Darma; Kelurga
Sugeng  Iwan, “Pengasuahan Anak Dalam Keluarga”
Baron, R. A Dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Social. Jakarta: Erlangga
Richard R Clayton. 2003. The Family, Marriage And Social Chang. Hal 58
Anita L. Vangelis.2004.Handbook Of Family Communication. USA:Lawrence Elbraum Press. Hal 349
Jhonson,C.L.1998.Ex Familia. New Brunswick:Rutger University Press.
Fr Tderiqe Holder Dan Gerrit Antonides,”Family Type Effects On Household Members Decion Making”, Advances In Counsumer Research Volume 24 (1997) Ads. Merrie Brucks And Deborah J. Macinnis, Provo, UT : Association For Consumer Research, Pages: 48-54
M Inuchin, S (26 Oktober 1974). Familes And Family Therapy, Cambridge, MA: Harvard University Press.
Islah, No.4/Th II Keluarga Islami

No comments:

Post a Comment