Hubungan
antar manusia merupakan hubungan yang unik, Karena bentuk hubungannya tidak
hanya berupa kontak fisik atau simbolisasi saja tetapi ada factor lain yaitu
perasaan dan jiwa. Ketika manusia berhubungan satu dengan yang lainnya maka
akan timbul perasaan yang berbeda dalam diri manusia itu, karena memang sifat
dasar manusia itu adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi
dengan manusia lainnya.
Adakalanya
dalam hubungan itu manusia mengalami masalah yang mengakibatkan hal hal
negative bagi diri pribadinya dan hubungannya dengan orang lain. Dan terkadang
manusia tidak mampu memecahakn masalahnya sendiri, karena memang sangat sulit
untuk memecahkan suatu masalah, ketika seseorang yang ingin memecahkan masalah
itu menjadi bagian dari masalah tersebut.
Oleh
karena itu setiap individu mempunyai peran masing masing didalam masyarakat,
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang berperan sebagai
konselor dapat membantu yang lain untuk memecahkan suatu masalah dengan
menggunakan metode yang sistematis. Karena pada dasarnya konseling merupakan
proses pemberian bantuan dari konselor kepada konseli agar menghasilkan
perubahan pikiran, tindakan, ataupun perasaan.
Metode
khusus diperlukan didalam konseling agar proses konseling dapat berhasil. Dalam
konseling terdapat berbagai metode sistematis, dimana setiap tindakanyang
dilakukan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan konselor.
Karena setiap individu mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda beda
maka untuk menghadapinya diperlukan metode yang khusus, yang berasal dari penelitian
yang telah dilakukan oleh para ahli. Dan salah satunya adalah metode konseling
klinikal.
Ada
beberapa definisi yang diajukan para pakar dalam mendefinisikan konseling.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, mengambil kesimpulan dari berbagai definisi
konseling, konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat
mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras,
unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan
atas norma norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan
mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi
diatas tentu akan berkembang lagi, seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi. Sehingga konseling tidak hanya dilakukan dengan empat mata atau
tatap muka, tetapi bisa dengan teleconference, atau dengan audio video. Dari
definisi diatas dapat kita lihat bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu
klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam memperbaiki tingkah
lakunya, atau dengan kata lain untuk membuat klien dapat melakukan hubungan
sosial dengan baik.
Konseling
klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis oleh Donald
G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund Griffith
Williamson dengan konseling direktifnya. Yang tujuan utamanya adalah membantu
klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang
rasional, dan melepas tegangan tegangan (tension) dan memperoleh insight.
Menurut Williamson konseling bermaksud untuk membantu perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan, dan bertugas untuk membantu individu dalam memperoleh
kemajuan memahami dam mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan
dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan tujuan hidup
dan karir.
Oleh
karena itu pada awal perkembangannya konsep konseling klinikal merupakan konsep
konseling jabatan, yang menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan
jabatan. Sehingga konseling klinikal / trait & factor berpegang pada
pandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan
mengidentifikasikan sejumlah ciri dari hasil tes psikologis yang mengukur
masing masing dimensi kepribadian, dan menggunakan tes psikologis itu untuk
menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri ciri dimensi atau aspek
kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan
atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Sehingga corak konseling klinikal ini menekankan pada pemahaman diri melalui
tes psikologis dan menerapkan pemahaman itu dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari hubungan konseling klinikal, mengenai pola hubungan antara konselor dengan klien dan keterlibatan dan peranan mereka, diantaranya:
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari hubungan konseling klinikal, mengenai pola hubungan antara konselor dengan klien dan keterlibatan dan peranan mereka, diantaranya:
1.
Bertujuan
untuk mengoptinalkan perkembangan individu tanpa mengesampingkan kehidupan
sosial individu dengan segala hambatandan kekurangannya dalam mencapai tujuan.
2.
Konseling
tidak hanya menghargai keunikan dan kekhasan individu, tetapi juga mengakui
adanya ketergantungan individu dengan yang lainnya. Karena individu akan
bermakna apabila ada kaitannya dengan individu lainnya
3.
Konselor
menyadari keterbatasan individu untuk menerima konseling secara sukarela,
disamping melakukan usaha untuk mendorong klien memperoleh konseling
4.
Konseling
diperlukan oleh klien ketika menghadapi masalah yang tidak dapat diatasi dan
dipecahkan sendiri. Sehingga konseling klinikal bersifat remedial dan
penanganan terhadap klien yang terlambat perkembangannya.
5.
Hubungan
konseling bersifat netral terhadap norma dan nilai. Sehingga konselor tidak
tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap nilai dan norma yang dianut
klien. Meskipun hubungan konseling tidak terlepas dari pola pikir konselor yang
mempunyai suatu tujuan.
6.
Tujuan
utama dari konseling adalah membantu individu untuk dapat memahami dirinya
secara rasional. Sehinggga tujuan konseling adalah untuk membantu memecahkan
masalah yang dihadapi individu, dengan melihat secara objektif berbagai
kesulitan yang berasal dari lingkungan dan kesulitan yang dihadapi individu itu
sendiri.
Dari
beberapa asumsi dasar itu dapat dilihat bahwa pada dasarnya hubungan konseling
bersifat netral, konseling bukan berarti mempengaruhi pikiran seseorang untuk
melakukan sesuatu sekehendak konselor, atau semacam propaganda pencucian otak,
tetapi konseling hanyalah mengarahkan konseli untuk menemukan solusi bagi
masalah yang dihadapi dengan megnetahui potensi diri yang dimiliki, sehingga
keputusan untuk mengambil tindakan tertentu terletak pada konseli itu sendiri,
dan konselor hanyalah membantunya menemukan keputusan itu.
Tujuan
Konseling Klinikal
Dari asumsi
dasar konsleing klinikal maka dapat diuraikan tujuan dari konsleing klinikal
yaitu:
1.
Untuk
membantu seseorang menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkannya sendiri,
tanpa unsur subjektifitas dari konselor ketika membantu klien untuk menemukan
solusi, atau dengan kata lain konselor harus memahami betul masalah yang dihadapi
klien dan kepribadiannya agar dapat menentukan teknik atau pendekatan yang
tepat.
2.
Pada
dasarnya konseling klinikal adalah proses personalisasi dan individualisasi,
sehingga tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari, memahami, dan
menghayati, dirinya sendiri serta lingkungannya (individualisasi), dan
melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan
cita cita, dan penemuan identitas diri (personalisasi).
3.
Agar
individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu
untuk mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Karena banyak orang tidak mempu mengidentifikasikan dirinya sendiri.
Jadi
pada dasarnya tujuan konseling klinikal tidak terlepas dari kebaikan klien itu
sendiri, tanpa mengesampingkan hubungan klien dengan individu yang lain.
Langkah-langkah Konseling Klinikal
Langkah-langkah Konseling Klinikal
Ada
beberapa proses tahapan yang harus ditempuh ketika melaksanakan konseling
klinikal, yaitu:
1.
Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui bakat,
minat, motif motif, kehidupan emosional, dan karakteristik yang dapat
menghambat atau mendukung penyesuaian diri.
2.
Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data, sehingga
menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta kemampuan penyesuaian
diri.
3.
Diagnosis
Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan
pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap
proses penyesuaian diri.
4.
Prognosis
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin timbul dari
masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat diambil untuk menghadapi
permasalahan.
5.
Konseling
Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri
sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ada lima
sifat konseling:
a.
Belajar
terpimpin menuju pengertian diri
b.
Mendidik
atau mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian
hidupnya.
c.
Bantuan
pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik
yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari
d.
Konseling
yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan
e.
Mendidik
kembali yang sifatnya sebagai penyaluran
6.
Tindak
lanjut
Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan
program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan
masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.
Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
a.
Pembentukan
hubungan yang baik antara konselor dan konseli
b.
Membantu
klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana
adanya atau sebagai seorang pribadi
c.
Memberikan
saran atau merencanakan program yang akan dilakukan, pemberian nasehat ini bisa
dengan cara langsung, tidak langsung atau dengan cara menerangkan kepada klien
yang menurut Williamson cara inilah yang terbaik dan memuaskan.
d.
Melaksanakan
rencana atau keputusan yang telah diambil
e.
Merujuk
ke ahli yang lain jika konselor tidak mampu member solusi
Kelebihan
Konseling Klinikal
1.
Penekanan
yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah
dan sumber, dan mengarah pada upaya menciptakan teknik teknik untuk
mengatasinya
2.
Penekanan
pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekankan aspek afektif atau emosional
Kekurangan
Konseling Klinikal
1.
Pandangannya
terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada
diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan
dan membatasi konseli
2.
Banyak
meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif konseli yang seharusnya menjadi
perhatian utama konselor
3.
Pandangannya
dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada
siswa siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggungjawab
sendiri.
No comments:
Post a Comment