Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Wednesday, 27 March 2013

Konseling Klinikal

Hubungan antar manusia merupakan hubungan yang unik, Karena bentuk hubungannya tidak hanya berupa kontak fisik atau simbolisasi saja tetapi ada factor lain yaitu perasaan dan jiwa. Ketika manusia berhubungan satu dengan yang lainnya maka akan timbul perasaan yang berbeda dalam diri manusia itu, karena memang sifat dasar manusia itu adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya.
Adakalanya dalam hubungan itu manusia mengalami masalah yang mengakibatkan hal hal negative bagi diri pribadinya dan hubungannya dengan orang lain. Dan terkadang manusia tidak mampu memecahakn masalahnya sendiri, karena memang sangat sulit untuk memecahkan suatu masalah, ketika seseorang yang ingin memecahkan masalah itu menjadi bagian dari masalah tersebut.

Oleh karena itu setiap individu mempunyai peran masing masing didalam masyarakat, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang berperan sebagai konselor dapat membantu yang lain untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode yang sistematis. Karena pada dasarnya konseling merupakan proses pemberian bantuan dari konselor kepada konseli agar menghasilkan perubahan pikiran, tindakan, ataupun perasaan.
Metode khusus diperlukan didalam konseling agar proses konseling dapat berhasil. Dalam konseling terdapat berbagai metode sistematis, dimana setiap tindakanyang dilakukan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan konselor. Karena setiap individu mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda beda maka untuk menghadapinya diperlukan metode yang khusus, yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Dan salah satunya adalah metode konseling klinikal.
Ada beberapa definisi yang diajukan para pakar dalam mendefinisikan konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi, mengambil kesimpulan dari berbagai definisi konseling, konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi diatas tentu akan berkembang lagi, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga konseling tidak hanya dilakukan dengan empat mata atau tatap muka, tetapi bisa dengan teleconference, atau dengan audio video. Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam memperbaiki tingkah lakunya, atau dengan kata lain untuk membuat klien dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.
Konseling klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis oleh Donald G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund Griffith Williamson dengan konseling direktifnya. Yang tujuan utamanya adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang rasional, dan melepas tegangan tegangan (tension) dan memperoleh insight. Menurut Williamson konseling bermaksud untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan, dan bertugas untuk membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dam mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan tujuan hidup dan karir.
Oleh karena itu pada awal perkembangannya konsep konseling klinikal merupakan konsep konseling jabatan, yang menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan. Sehingga konseling klinikal / trait & factor berpegang pada pandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri dari hasil tes psikologis yang mengukur masing masing dimensi kepribadian, dan menggunakan tes psikologis itu untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri ciri dimensi atau aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Sehingga corak konseling klinikal ini menekankan pada pemahaman diri melalui tes psikologis dan menerapkan pemahaman itu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari hubungan konseling klinikal, mengenai pola hubungan antara konselor dengan klien dan keterlibatan dan peranan mereka, diantaranya:
1.      Bertujuan untuk mengoptinalkan perkembangan individu tanpa mengesampingkan kehidupan sosial individu dengan segala hambatandan kekurangannya dalam mencapai tujuan.
2.      Konseling tidak hanya menghargai keunikan dan kekhasan individu, tetapi juga mengakui adanya ketergantungan individu dengan yang lainnya. Karena individu akan bermakna apabila ada kaitannya dengan individu lainnya
3.      Konselor menyadari keterbatasan individu untuk menerima konseling secara sukarela, disamping melakukan usaha untuk mendorong klien memperoleh konseling
4.      Konseling diperlukan oleh klien ketika menghadapi masalah yang tidak dapat diatasi dan dipecahkan sendiri. Sehingga konseling klinikal bersifat remedial dan penanganan terhadap klien yang terlambat perkembangannya.
5.      Hubungan konseling bersifat netral terhadap norma dan nilai. Sehingga konselor tidak tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap nilai dan norma yang dianut klien. Meskipun hubungan konseling tidak terlepas dari pola pikir konselor yang mempunyai suatu tujuan.
6.      Tujuan utama dari konseling adalah membantu individu untuk dapat memahami dirinya secara rasional. Sehinggga tujuan konseling adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan dan kesulitan yang dihadapi individu itu sendiri.
Dari beberapa asumsi dasar itu dapat dilihat bahwa pada dasarnya hubungan konseling bersifat netral, konseling bukan berarti mempengaruhi pikiran seseorang untuk melakukan sesuatu sekehendak konselor, atau semacam propaganda pencucian otak, tetapi konseling hanyalah mengarahkan konseli untuk menemukan solusi bagi masalah yang dihadapi dengan megnetahui potensi diri yang dimiliki, sehingga keputusan untuk mengambil tindakan tertentu terletak pada konseli itu sendiri, dan konselor hanyalah membantunya menemukan keputusan itu.
Tujuan Konseling Klinikal
Dari asumsi dasar konsleing klinikal maka dapat diuraikan tujuan dari konsleing klinikal yaitu:
1.      Untuk membantu seseorang menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkannya sendiri, tanpa unsur subjektifitas dari konselor ketika membantu klien untuk menemukan solusi, atau dengan kata lain konselor harus memahami betul masalah yang dihadapi klien dan kepribadiannya agar dapat menentukan teknik atau pendekatan yang tepat.
2.      Pada dasarnya konseling klinikal adalah proses personalisasi dan individualisasi, sehingga tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari, memahami, dan menghayati, dirinya sendiri serta lingkungannya (individualisasi), dan melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita cita, dan penemuan identitas diri (personalisasi).
3.      Agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Karena banyak orang tidak mempu mengidentifikasikan dirinya sendiri.
Jadi pada dasarnya tujuan konseling klinikal tidak terlepas dari kebaikan klien itu sendiri, tanpa mengesampingkan hubungan klien dengan individu yang lain.
Langkah-langkah Konseling Klinikal
Ada beberapa proses tahapan yang harus ditempuh ketika melaksanakan konseling klinikal, yaitu:
1.      Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, motif motif, kehidupan emosional, dan karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri.
2.      Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data, sehingga menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta kemampuan penyesuaian diri.
3.      Diagnosis
Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
4.      Prognosis
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan.
5.      Konseling
Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ada lima sifat konseling:
a.       Belajar terpimpin menuju pengertian diri
b.      Mendidik atau mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
c.       Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari
d.      Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan
e.       Mendidik kembali yang sifatnya sebagai penyaluran
6.      Tindak lanjut
Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.
Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
a.       Pembentukan hubungan yang baik antara konselor dan konseli
b.      Membantu klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi
c.       Memberikan saran atau merencanakan program yang akan dilakukan, pemberian nasehat ini bisa dengan cara langsung, tidak langsung atau dengan cara menerangkan kepada klien yang menurut Williamson cara inilah yang terbaik dan memuaskan.
d.      Melaksanakan rencana atau keputusan yang telah diambil
e.       Merujuk ke ahli yang lain jika konselor tidak mampu member solusi
Kelebihan Konseling Klinikal
1.      Penekanan yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah dan sumber, dan mengarah pada upaya menciptakan teknik teknik untuk mengatasinya
2.      Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan aspek afektif atau emosional
Kekurangan Konseling Klinikal
1.      Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi konseli
2.      Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif konseli yang seharusnya menjadi perhatian utama konselor
3.      Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggungjawab sendiri.

No comments:

Post a Comment