Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Monday, 20 October 2014

Pemimpin Kelompok yang Efektif dalam BK Kelompok



Kelompok merupakan suatu sistem. Sebagai sistem dalam kelompok ada beberapa komponen yang tersusun dalam suatu struktur yang teratur. Struktur kelompok mengacu kepada bagaimana susunan kelompok itu, yang meliputi : jenis kelompok, tujuan kelompok, peranan anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar kelompok, pokok-pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok (Romlah, 1989:41). Jadi pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam suatu kelompok.
Pemimpin dan kelompok sangat erat kaitannya. Pemimpin sangat berhubungan dengan aktivitas kelompok (Gardner,1990:80). Sudah ratusan riset yang dilakukan untuk mengidentifikasi personal atau profesional yang berkenaan dengan kepemimpinan (Johnson & Johnson,1991; Napier & Gershenfels,1989). Meskipun beberapa karakteristiknya berkaitan dengan kepemimpinan kelompok (misalnya kepedulian,keterbukaan, kekuatan, kesadaran, keramahan, fleksibelitas, dan sensitivitas) telah ditunjukkan, namun masih banyak dimensi yang tidak diketahui. Buktinya, kepemimpinan barangkali "salah satu fenomena yang paling sering diobservasi dan sedikit dipahami di bumi ini" (Burns,1978:2). Namun demikian, peran seorang pemimpin itu penting bagi keseluruhan fungsi kelompok.Sebuah kelompok merupakan cerminan pemimpinannya.Sebuah kelompok menggambarkan definisi dari pemimpinnya. Hanya akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil yang bagus sesuai keterampilannya dan hasil yang bagus sesuai diri pemimpin itu sendiri (Bates, Johnson & Blaker,1982:73).


A.    TUGAS PEMIMPIN/ KONSELOR KELOMPOK 
       Kelompok merupakan suatu sistem.Sebagai sistem dalam kelompok ada beberapa komponen yang tersusun dalam suatu struktur yang teratur. Struktur kelompok mengacu kepada bagaimana susunan kelompok itu, yang meliputi : jenis kelompok, tujuan kelompok, peranan anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar kelompok, pokok-pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok (Romlah, 1989:41). Jadi pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam suatu kelompok.
Pemimpin dan kelompok sangat erat kaitannya. Pemimpin sangat berhubungan dengan aktivitas kelompok (Gardner,1990:80). Sudah ratusan riset yang dilakukan untuk mengidentifikasi personal atau profesional yang berkenaan dengan kepemimpinan (Johnson & Johnson,1991; Napier & Gershenfels,1989). Meskipun beberapa karakteristiknya berkaitan dengan kepemimpinan kelompok (misalnya kepedulian,keterbukaan, kekuatan, kesadaran, keramahan, fleksibelitas, dan sensitivitas) telah ditunjukkan, namun masih banyak dimensi yang tidak diketahui. Buktinya, kepemimpinan barangkali "salah satu fenomena yang paling sering diobservasi dan sedikit dipahami di bumi ini" (Burns,1978:2). Namun demikian, peran seorang pemimpin itu penting bagi keseluruhan fungsi kelompok.Sebuah kelompok merupakan cerminan pemimpinannya.Sebuah kelompok menggambarkan definisi dari pemimpinnya. Hanya akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil yang bagus sesuai keterampilannya dan hasil yang bagus sesuai diri pemimpin itu sendiri (Bates, Johnson & Blaker,1982:73). 
Banyak persoalan sekitar pemimpin dan kepemimpinan kelompok. Sebagian diantaranya berhubungan dengan gaya dan substansinya; sedangkan yang lainnya tersentral ke kepribadian. Ada tipe-tipe yang berbeda dari pemimpin, seperti juga ada tipe yang berbeda pada kelompok, dan kecocokan seorang individu terhadap kelompok tertentu tergantung banyak faktor yang kompleks dan saling berkaitan. Cara seorang pemimpin berfungsi di dalam sebuah kelompok bisa benar-benar tidak sesuai pada kelompok yang lain (Forsyth,1990; Kottler,1994). Contohnya seorang pemimpin transformasional (misalnya orang yang memperkuat anggota kelompok dan membagi kekuatan kepada mereka dalam bekerja untuk memperbaharui sebuah kelompok) mungkin diperlukan ketika sebuahkelompok tengah sekarat.Sebaliknya seorang pemimpin tradisional (misalnya seorang yang mengendalikan dan melatih kekuatan dari atas ke bawah sebagai seorang pakar) mungkin cocok di dalam menjalankan kelompok hierarkis yang bermacam-macam dan yang para anggotanya secara fisik terpisah.
Pemimpin kelompok memiliki pengaruh yang kuat dalam proses kelompok, tidak terkecuali dalam konseling atau terapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor konselor atau terapis, metode yang digunakan, dan kerakteristik klien yang dihadapinya (Prawitasari, 1991:7). Oleh karena peranan, fungsi, kepribadian dan keterampilan pemimpin adalah sentral dalam proses terapeutik (penyembuhan), maka semua model teoritis mencurahkan banyak perhatiannya pada pemimpin (Corey,1981:198). 
Dalam lapangan pelayanan kemanusiaan, pemimpin kelompok tetap merupakan faktor penting dalam kegiatan kelompok. Banyak dari kita dalam lapangan pelayanan-pelayanan kemanusiaan akan menemukan bahwa kita diharapkan untuk menggunakan pendekatan-pendekatan kelompok dalam pekerjaan-pekerjaan kita dalam melayani berbagai macam klien dan dalam bermacam-macam tujuan (Corey,1981:3). Sekolah merupakan suatu setting kelompok khusus yang dirancang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan, jabatan, pribadi, atau sosial.Corey (1981:3) menyatakan bahwa jika anda bekerja di suatu sekolah, anda mungkin diminta untuk membentuk kelompok tes-anxiety-reduction, kelompok eksplorasi karir, kelompok yang mengarahkan keterampilan-keterampilan pengajaran interpersonal, atau beberapa jenis kelompok kesadaran diri atau pertumbuhan pribadi.
Untuk menjadi pemimpin kelompok, tidak hanya orang yang bertugas di sekolah.Di setting lainpun dengan apapun jenis jabatan yang disandangnya, dapat menjadi pemimpin kelompok.Jadi, siapapun dalam peranannya yang membantu, mengajar atau dalam kedudukannya sebagai pengawas, mungkin ingin atau dikehendaki memimpin kelompok-kelompok.Profesional-profesional seperti psikiater, ahli-ahli psikologi, pekerja sosial, konselor, menteri, manajer dan guru, semuanya dapat menggunakan kelompok dalam pekerjaan-pekerjaan mereka.Karena kelompok adalah efisien dan bermanfaat, maka pengetahuan keterampilan tentang bagaimana pemimpin kelompok sangat berharga (Jacobs.Harvill & Masson, 1994:1). Seorang pemimpin merupakan seorang yang memperlancar tindakan atau perubahan (Ohlsen,1970:52). Karena" itu,pemimpin kelompok perlu menguasai keterampilan-keterampilan dalam memimpin kelompok. 
Di lain pihak, banyak diantara orang-orang yang mengaku profesi bantuan, belum mengenal atau menguasai tapi tidak mampu menerapkan dalam praktek tentang teori-teori dan teknik-teknik memimpin kelompok. Orang-orang yang mantap pada tingkat lanjutpun dalam profesi bantuan sering hanya memiliki sangat sedikit pengenalan akan teori-teori dan teknik-teknik kerja kelompok. Banyak diantara profesional ini mendapati diri mereka sendiri dalam peranan pemimpin kelompok sebagai bagian dari syarat-syarat jabatan/pekerjaan tanpa persiapan dalam latihan yang memadai (Corey,1981:4). Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi pemimpin kelompok perlu menguasai pengetahuan dan melatih keterampilan dalam memimpin kelompok.
Konselor sebagai pemimpin kelompok merupakan salah satu komponen penting dalam konseling kelompok.Kepemimpinan kelompok dalam pelaksanaan konseling kelompok sangat penting maknanya. Pemimpin kelompok mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses konseling kelompok, bukan saja harus mengarahkan perilaku anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan, melainkan harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalam kelompoknya sebagai akibat dari perkembangan kegiatan kelompok itu. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya sebagai pemimpin kelompok, kepribadian dan keterampilan konselor adalah sentral dalam proses terapeutik, maka semua model teoretis mencurahkan banyak perhatian pada pemimpin kelompok.

 1.      Tugas-Tugas Pemimpin Kelompok
Konselor sebagai pemimpin kelompok mempunyai tugas yang tidak ringan, jika menginginkan dalam melaksanakan pekerjaan benar-benar profesional dan efektif.Menurut Yalom (1985) tugas-tugas pemimpin kelompok adalah membuat dan mempertahankan kelompok, membentuk budaya dalam kelompok, dan membentuk norma-norma dalam kelompok.

a.       Membuat dan Mempertahankan Kelompok
Pemimpin kelompok mempunyai tugas untuk membuat dan mempertahankan kelompok.Melalui wawancara awal dengan calon anggota dan melalui seleksi yang baik, pemimpin kelompok membentuk kelompokkonseling.Begitu kelompok dimulai, pemimpin harus bertindak sebagai penjaga gawang, yaitu mempertahankan agar anggota tetap hadir dan tetap mengikuti kelompok yang dibuatnya. Sebab gagalnya salah seorang anggota untuk mengikuti kelompok dapat mempengaruhi anggota lain ataupun jalannya kelompok.
Pemimpin sebaiknya mengenal hal-hal yang dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok. Kelambatan, absen, membuat kelompok sendiri di luar tanpa diketahui anggota lain (subgrouping), pengkambing hitaman salah seorang anggota kelompok akan mengancam integritas kelompok dan membutuhkan intervensi pemimpin. Tugas pertama pemimpin adalah menciptakan sistem sosial, la harus membuat keputusan yang tepat demi hidupnya kelompok.

b.      Membentuk Budaya
Setelah kelompok terbentuk, pemimpin kelompok mengupayakan agar kelompok menjadi sistem sosial yang terapeutik. Pemimpin kelompok mencoba untuk menumbuhkan norma yang akan dipakai sebagai pedoman interaksi kelompok. Pada pendekatan individual agen perubahan satu-satunya adalah konselor.Pada konseling kelompok, yang menjadi agen perubahan adalah kelompok.Di dalam konseling kelompok pemimpin adalah agen perubahan secara tidak langsung, sedangkan pada konseling individual, konselor adalah agen perubahan secara langsung. Dalam kelompok, pemimpin mempunyai tugas untuk membawa kelompok dari satu faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya melalui pembentukan budaya kelompok, la akan membentuk budaya yang dapat menimbulkan interaksi yang tepat di dalam kelompok.
Norma di dalam kelompok akan berbeda dengan etiket, peraturan di masyarakat. Anggota harus merasa bebas untuk mengemukakan apa yang dirasakan ataupun yang dipikirkannya. Kejujuran dan spontanitas harus didorong dalam kelompok. Norma-norma lain yang lebih mementingkan peran serta seluruh kelompok perlu dibina. Penerimaan tanpa penilaian untuk anggota lain, pembukaan diri pada tingkat tinggi, ketidak puasan dengan pola perilaku saat ini, dan keinginan yang besar untuk berubah adalah norma-norma yang sangat penting di dalam kelompok. Selain itu yang sangat penting untuk dilakukan adalah selalu membawa kelompok pada di sini-dan-saat ini.
c.       Membentuk Norma-Norma
Norma-norma di dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan anggota kelompok terhadap kelompok dan pengarahan langsung maupun tidak langsung dari pemimpin dan anggota-anggota yang lebih berpengaruh. Apabila harapan anggota tidak jelas, maka pemimpin mempunyai banyak kesempatan untuk membuat desain budaya kelompok yang menurut pandangannya akan memberikan suasana terapeutik optimal. Pemimpin kelompok adalah pusat perhatian kelompok dan anggota akan mengharapkan arahan darinya.
Dalam membentuk norma kelompok, pemimpin dapat berlaku sebagai Pakar Teknis (theTechnical Expert) ataupun Peserta Penetap-Model (the Model-Setting Participant) (Yalom, 1985). Sebagai Pakar Teknis, pemimpin secara langsung memberikan instruksi terhadap kelompok, la juga dapat memberikan petunjuk-petunjuk bagi anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Mungkin pula ia akan memanfaatkan reinforcement sosial untuk mendukung perilaku anggota yang dianggapnya telah banyak berubah. Melalui keterampilan maupun pengalamannya pemimpin akan tahu cara-cara dalam pembentukan budaya dalam kelompoknya. Salah satu cara yang efektif untuk menuntun interaksi yang aktif bagi anggota adalah dengan perilaku verbal dan nonverbal. Sebagai Peserta Penetap-Model, pemimpin membentuk budaya melalui perilakunya sendiri yang dapat dipakai sebagai model dalam kelompok. Salah satu sikap yang dapat di contoh anggota adalah penerimaan tanpa penilaian, ketulusan dalam kesediaan untuk menolong, dan empatinya yang akurat, la dapat memberikan contoh dalam spontanitasnya dalam bereaksi atau dalam memberikan komentar proses atau intervensi. Pemimpin kelompok memberikan contoh pula dalam keterusterangannya terhadap anggota kelompok. Meskipun demikian pemimpin perlu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan kelompok, mempunyai kepekaan terhadap waktu maupun suasana emosi kelompok pada waktu itu dalam memberikan komentar proses terhadap apa yang terjadi di dalam kelompok.
Beberapa norma kelompok yang sebaiknya ada pada kelompok adalah Kelompok Pemantau Diri (the self-Monitoring Group), Pembukaan Diri [Self-Disclosure), Norma Prosedural (Prosedural Norms), Pentingnya Kelompok (the Importance of the Group), dan Anggota Sebagai Agen Penolong (Members as Agents of Help) ( Yalom. 1985: 125-134).

d.      Tuntutan Terhadap Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok dituntut untuk pandai memperhatikan setiap tingkah laku (baik ucapan, tindakan, maupun isyarat) yang ditampilkan oleh setiap anggota kelompok, dan memperhatikan keikutsertaan anggota-anggota kelompok dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul.Kelincahan dan keterlibatan pemimpin kelompok dalam hal ini amat menentukan keberhasilan kelompok. Secara ringkas tuntutan terhadap pemimpin ke:lompok adalah kesanggupan merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok dapat bersifat dan bersikap “tutwuri handayani” mengayomi atau mengawasi”, dan menjadi tokoh bagi para anggota kelompok. Cirri kepemimpinan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan kelompok (Narti, 2014: 29-30).
Pemimpin kelompok dituntut memiliki cirri-ciri sebagai berikut: (1) Tut Wuri Handayani : yaitu mengikuti kegiatan kelompok secara cermat, ikut serta di dalam “timbul dan tenggelamnya” suasana dan perasaan yang mewarnai kelompok, dan memberikan bantuan secara tepat jika bantuan itu memang diperlukan. (2) Mengayomi dan Mengawasi : ialah sikap menaruh perhatian secara penuh dan melindungi. Sikap ini akan bisa mengimbas kepada anggota-anggota kelompok, yaitu dalam bentuk saling berhubungan dan rasa kebersamaan yang positif. Jika pemimpin kelompok mau membuka diri sendiri, maka para anggotapun akan terangsang untuk mau membuka diri mereka sendiri. Hasil selanjutnya akan menambah tinggi tingkat saling hubungan dan rasa kebersamaan para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok hendaknya sanggup “memasuki” hubungan antar anggota kelompok dan harus mampu menjadi bagian dari kelompok yang “senasib” dengan seluruh anggota kelompok.“Menaruh perhatian” berarti benar-benar mengutamakan kepentingan para anggota, dan “mengayomi” berarti mengutamakan keselamatan para anggota. (3) Pemimpin Kelompok sebagai Tokoh: pemimpin kelompok harus dapat menjadi tokoh yang akan mereka tiru.
Memilih sebuah gaya kepemimpinan tergantung pada banyak faktor, seperti kepribadian pemimpin dan tujuan kelompok tersebut. Lewin (dalam Mungin, 2005: 148) memperkenalkan tiga gaya dasar kepemimpinan kelompok yaitu: otoriter, demokratis, dan laissez-faire.Pemimpin kelompok yang paling efektif ialah pemimpin kelompok yang serba bisa yaitu mengubah pola kepemimpinannya sesuai dengan maksud kelompok dan keanggotaannya (Kottler dalam Mungin, 2005: 145).

B. Pemimpin/ Konselor Kelompok sebagai Pribadi dan Profesional 
1.  Pemimpin Kelompok Sebagai Pribadi
Pemimpin-pemimpin yang menggunakan teknik-teknik kelompok tidak dapat dipisahkan dari ciri-ciri pribadi pemimpin. Pemimpin yang lebih memperhatikan pada teknik-teknik dan tidak memberikan cukup perhatian akan pengaruh mereka sendiri yang sangat kuat sebagai pribadi-pribadi, akan menghadapi resiko menjadi teknisi belaka. Pemimpin kelompok memiliki pengaruh pada proses kelompok bukan hanya lewat penggunaan kemahiran teknik-teknik kelompok tetapi juga melalui ciri-ciri dan perilaku-perilaku pribadi mereka. Jadi pemimpin yang menghubungkan keberhasilan atau kegagalan dari*sebagian besar kelompok, semata-mata kepada ciri-ciri peserta atau kepada teknik-teknik spesifik yang digunakan untuk menggerakan semangat kelompok, variabel-variabel peserta dan teknik-teknik, barulah beberapa faktor yang menentukan hasil-hasil kegiatan kelompok.
Pemimpin-pemimpin kelompok dapat memperluas pengetahuan teoritis dan praktis tentang dinamika kelompok dan menjadi terampil dalam teknik diagnostik dan prosedur-prosedur, namun tidak efektif dalam merangsang pertumbuhan dan perubahan anggota-anggota kelompok mereka.Pemimpin-pemimpin membawa ke setiap kelompok kualitas-kualitas pribadi, nilai-nilai, dan pengalaman-pengalaman hidup mereka.Untuk meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan peranan anggota, pemimpin perlu hidup berorientasikan pertumbuhan kehidupan mereka sendiri. Untuk membantu mengembangkan kejujuran memeriksa diri di antara orang lain, pemimpin-pemimpin perlu memiliki keberanian untuk terlibat dalam menilai diri mereka sendiri. Secara singkat, kelompok yangpaling efektif ditemukan dalam jenis kehidupan anggota-anggota kelompok yang melihat pemimpin mendemonstrasikan anggota-anggota kelompok dan bukan dengan kata-kata pemimpin yang mereka dengar.
    Tentu saja tidak tepat mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin kelompok yang dirinya diaktualisasikan, harus berhasil mengatasi semua masalah mereka.Persoalan pokok bukanlah apakah pemimpin-pemimpin memecahkan atau tidak mempunyai masalah pribadi tetapi apakah mereka mau melakukan usaha yang sungguh-sungguh menentukan arah bagi anggota-anggota kelompok yang mendorong untuk berkembang.Yang lebih penting daripada hasil akhir adalah kemauan untuk secara terus menerus merangsang diri sendiri melihat apakah kehidpan seseorang mencerminkan nilai-nilai yang berlaku.Kunci keberhasilan sebagai pemimpin kelompok adalah komitmen terhadap perjuangan yang tidak pernah berakhir menuju pembentukan mahluk manusia yang lebih efektif (Corey, 1981: 85-86) 
       2. Pemimpin Kelompok sebagai Seorang Profesional
Pada bagian terdahulu telah ditekankan pentingnya kepribadian dan kerakteristik pemimpin kelompok dan hal penting bahwa kepemimpinan yang efektif bukan hanya persoalan penggunaan teknik-teknik dengan cara yang mahir. Bagaimanapun ciri-ciri positip pribadi adalah tidak cukup, dan bahwa akan menimbulkan kekeliruan dengan menganggap bahwa seseorang dengan kualitas pribadi tertentu dan suatu keinginan untuk membantu akan menjadi pemimpin kelompok yang efektif. Keberhasilan kepemimpinan menghendaki keterampilan-keterampilan kepemimpinan kelompok yang spesifik dan penampilan yang sesuai pada fungsi-fungsi tertentu. Sebagaimana sebagian besar keterampilan, keterampilan-keterampilan kepemimpinan perlu dipelajari dan dipraktekkan, walaupun mereka tidak dapat dipisahkan dari kepribadian pemimpin (Corey,1981:99) 
      3. Kualifikasi Pemimpin Kelompok
a.       Pertimbangan Etis dan Legal Pemimpin Kelompok
Ada banyak persoalan etika, beberapa merupakan bagian dari peraturan/undang-undang (legal), yang pemimpin kelompok harus menyadarinya.Beberapa persoalan etika dapat ditangani dengan penggunaan pertimbangan profesional yang baik. Sementara yang lain memiliki beberapa hal yang bisa dijadikan contoh (precedent) dari manapemimpin kelompok perlu menyadarinya. Standard etika bagi profesional yang memimpin telah banyak ditetapkan oleh sejumlah organisasi profesional. Pemimpin hendaknya mengenal akan standar-standar yang paling relevan akan keanggotaan profesionalnya dan harus memanfaatkan kesempatan untuk membahas dengan teman-teman sejawatnya atau para pengawas atas implikasi-implikasi dari standar-standar itu.
Persoalan-persoalan atau hal-hal berikut nampaknya memiliki relevansi yang paling luas terhadap pekerjaan konselor-konselor, agensi-agensi psikologi, pekerja-pekerja sosial, konselor-konselor sekolah, dan konselor-konselor rehabilitasi dalam praktek mereka sehari-hari.Beberapa, namun tidak semua, dari persoalan-persoalan ini secara langsung mencerminkan pandangan yang dianut sekarang tentang perilaku-perilaku yang etis bagi pemimpin kelompok.Sementara itu, banyak dari prinsip-prinsip ini, yang menyinggung secara langsung atas pertumbuhan pribadi, sharing, konseling, dan kelompok terapi, semuanya cocok bagi yang memimpin jenis kelompok tertentu. Persoalan-persoalan yang tercakup disini meliputi sebagai berikut:
1)      Kualifikasi pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok yang bertanggungjawab untuk melihat apakah kelompok mempersoalkan cara yang jujur dan etis dan bahwa sejauh mungkin secara manusiawi, anggota-anggota memperoleh sebanyak yang mereka mampu. Ini menghendaki agar pemimpin mampu memikirkan dengan jelas tentang persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan tidak menggunakan kelompok untuk kepentingannya atau konseling pribadinya sendiri.Pemimpin juga harus memenuhi syarat sepenuhnya untuk memimpin kelompok khusus yang sedang dipimpinnya, dalam hubungannya dengan pemilikan latar belakang pendidikan yang cocok dan pengalaman.Sebagai contoh, adalah diragukan secara etis bagi pemimpin kelompok untuk pecandu minuman alkohol kalau dia (pemimpin) masih berjuang dengan alkoholismenya sendiri.

2)      Pemberitahuan anggota tentang kelompok
Calon anggota mempunyai hak untuk mengetahui tujuan kelompok dan bagaimana kelompok akan diadakan. Mereka harus juga diinformasikan tentang kemungkinan resiko-resiko tertentu yang mungkin mereka temukan, seperti bertambahnya kesadaran akan material yang tak menyenangkan pada masa lampau mereka atau kebutuhan untuk mengambil keputusanyang dapat menuntun kepada konsekuensi yang penuh ketegangan, seperti mengalami perceraian. Rochman Natawidjaja (1987: 45-47) menyatakan bahwa kewajiban konselor untuk memperingatkan peserta agar waspada dan berusaha sedapat mungkin untuk mengindari kemungkinan terjadinya resiko psikologis.Risiko psikologis dalam kegiatan kelompok tidak mungkin dihindari sepenuhnya, tetapi pemimpin kelompok perlu berusaha untuk menguranginya sampai batas yang paling kecil. Untuk mencapai maksud tersebut, lebih jauh Rochman Natawidjaja menyarankan salah satu cara yangh dapat ditempuh yaitu dengan membuat semacam kontrak antara konselor dan klien-kliennya. Kontrak tersebut menyangkut batas tanggungjawab konselor dalam kegiatan kelompok dan komitmen peserta terhadap kelompoknya mengenai apa yang ingin dijajaginya dalam kegiatan kelompok itu (1987:47). Apapun kemungkinan, paling baik bagi pemimpin untuk mengadakan wawancara penyaringan kalau seseorang harus menjadi anggota kelompok dan memiliki keterbukaan untuk saling memberi mengenai berbelit-belitnya resiko.
3)      Hak Anggota Untuk Bergerak Bebas Dari Ancaman
Anggota-anggota memiliki hak untuk melakukan, memelihara, dan memecahkan masalah-masalah.Mereka harus bebas dari paksaan atau intimidasi baik oleh anggota ataupun pemimpin kelompok. Ini tanggungjawab pemimpin kelompok untuk meyakinkan anggota tidak mengecam satu sama lain dengan cara yang bersifat merusak atau meniadakan kesempatan bagi anggota tertentu untuk mengajukan persoalan yang tepat. Pemimpin kelompok juga harus sadar atas perbedaan antara yang menghadapi serangan dan yang mengancam anggota.Suiatu serangan yang ditujukan kepada anggota sebagai pribadi, dimaksudkan untuk menghina anggota, dan secara terapeutik bersifat negatip.Suatu konfrontasi berpusat pada persoalan anggota dan mempunyai potensi bagi hasil-hasil terapeutik yang positip.Pemimpin kelompok kadang-kadang menjadi bingung atas persoalan-persoalan ini, karena kekecewaan mereka atas penyelewengan anggota dan mungkin mengarahkan suatu serangan pada seseorang anggota dengan penyamaran konfrontasi.Serangan jenis ini adalah tercela (tidak etis) dalam mana hanya memenuhi kebutuhan dari pemimpin kelompok untuk melepaskan kekecewaan sementara membatalkan anggota dari kesempatan untuk menggunakan kelompok secara terapeutik.
4)      Hak anggota untuk meninggalkan kelompok
Anggota mempunyai hak untuk meninggalkan kelompok kalau mereka memilih untuk melakukan demikian.Pemimpin harus melakukan suatu wawancara jalan keluar dengan anggota tertentu yang hendak meninggalkan untuk menentukan alasan.Anggota-anggota kadang-kadang memilih untuk keluar karena mereka takut melakukan perubahan dalam hidup mereka sendiri.Mereka mungkin memproyeksikan kesalahan pada kelompok atau pemimpin dengan menuduh bahwa kelompok tidak memahami mereka atau pemimpin yang tidak efektif.Anggota-anggota juga meninggalkan kelompok karena kelompok sungguh-sungguh tidak memenuhi kebutuhan mereka. Pemimpin boleh meminta anggota untuk tetap di dalam kelompok pada sesion yang lain atau dua session lain dalam usaha yang berhubungan dengan keprihatinan anggota, atau dia mungkin mengalihkan anggota ke kelompok yang lain atau konseling individual. Pemimpin mungkin juga merasa bahwa anggota sama sekali tidak perlu menjadi anggota kelompok atau dalam jenis konseling apapun.

5)      Kerahasiaan
Kerahasiaan merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling kelompok. Ini bukan hanya berarti bahwa konselor harus memelihara kerahasiaan tentang apa yang terjadi dalam konseling kelompok itu, melainkan juga konselor sebagai pemimpin harus menekankan kepada semua peserta pentingnya pemeliharaan kerahasiaan itu. Mereka harus diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi selama konseling kelompok berlangsung itu merupakan rahasia mereka bersama sebagai kelompok.
Anggota kelompok memiliki hak atas kerahasiaan. Dengan ini dimaksudkan bahwa anggota memiliki hak untuk menyatakan perasaan, pikiran-pikiran, dan informasi-informasi yang pribadi kepada pemimpin dan anggota-anggota lain dari kelompok, dan mengharapkan bahwa tidak ada cara sewenang-wenang yang bukan anggota dari kelompok untuk mengetahui tentang ini. Kerahasiaan adalah esensial kalau kepercayaan berkembang dalam kelompok, anggota-anggota harus merasa bahwa mereka aman untuk memperlihatkan diri. Walaupun tidak ada cara bagi pemimpin yang dapat menjamin kerahasiaan, karena anggota tertentu dapat memilih untuk menyatakan apa yang telah terjadi dalam kelompok, pemimpin harus menyampaikan keprihatinannya kalau dia melihat beberapa anggota sedang berbicara di luar kelompok. Pemimpin juga harusmenetapkan, dengan persetujuan dari anggota, suatu konsekuensi yang jelas kalau anggota membuka rahasia.
Ada saat-saat bilamana pemimpin tidak dapat memelihara kerahasiaan.Sebagai contoh, di tempat kerja tertentu seperti penjara, khususnya hukum-hukum yang menghendaki pemimpin melaporkan kegiatan-kegiatan yang ilegal. Kalau pemimpin mengetahui keputusan penjara yang akan datang, sebagai akibat dari seseorang yang menyatakan informasi tentang kelompok, dia dikehendaki untuk melaporkan ini. Pemimpin harus menetapkan batas-batas tertentu yang jelas tentang kerahasiaan saat memulai suatu kelompok, sehingga anggota mempunyai pilihan menyatakan atau tidak menyatakan informasi yang tidak dilindungi.
Saat-saat lain ketika kerahasiaan tidak dapat dijaga adalah peristiwa tentang ancaman pembunuhan atau bunuh diri. Sekiranya anggota membuat ancaman yang serius pada dirinya atau kehidupan orang lain, pemimpin harus mengambil tindakan yang tepat, sebaliknya perlu diadakan dengan konseling individual. Pemimpin sebaiknya perlu menjelaskan kepada anggota yang menyatakan ancaman atau kepada anggota lain mengapa ia bertindak. Anggota-anggota mungkin salah satunya diganti sehingga pemimpin harus bertindak menurut hukum dan standar etika.
6)      Hubungan Pribadi Antara Pemimpin Dengan Anggota-Anggota
Pemimpin harus sadar tentang basgaimana hubungan pribadinya dengan satu atau lebih'anggota di luar kelompok yang mempengaruhi kelompok.Pemimpin harus menahan diri dari keterlibatan romantis atau seksual dengan anggota kelompok saat kelompok sedang berlangsung.Pemimpin juga harus hati-hati tidak memperlihatkan sikap pilih-kasih kepada anggota tertentu.Faktor yang penting bagi pemimpin untuk diperhatikan adalah bahwa dalam hubungan tertentu dengan anggota di luar kelompok adalah kebutuhan-kebutuhan anggota yang terpenuhi, bukan dirinya.
7)      Hubungan pribadi antar anggota
Beberapa pemimpin kelompok yakin bahwa ada keharusan mutlak peraturan yang menyatakan bahwa anggota tidak boleh berhubungan satu sama lain di luar kelompok. Alasan untuk tidak menyatakan ini sebagai suatu aturan adalah bahwa pada sebagian besar contoh pemimpin hanya mampu berbuat sedikit untuk mengatur sifat hubungan anggota diluar kelompok.Tentu saja, pemimpin dapat mencoba mengurangi perilaku ini kalau dirasakan mengganggu.Tetapi untuk beberapa situasi formasipersahabatan di luar kelompok mungkin juga itu terapeutik.Sebagai contoh, dalam kelompok saling mendukung (mutual support group) tentang remaja-remaja yang hamil atau kelompok orang-orang tua yang anak-anaknya cacat, bagian kelompok semacam ini mungkin terbukti sangat bermanfaat. Pada pihak lain, yang berusia 13 atau 14 tahun di setting sekolah, dapat mengakibatkan friksi atau mengurangi keterbukaan dari anggota lain dalam kelompokpemimpin harus berhubungan dengan pengaruh negatip dari sub-kelompok tertentu antaranggota sebagaimana dia seharusnya berhubungan dengan dinamika satu sama lain dalam kelompok.
8)      Nilai-Nilai Pemimpin
Sebagaimana halnya konseling individual, nilai pribadi dari pemimpin dalam kelompok tidak boleh disisipkan pada anggota.Karena alasan ini pemimpin kelompok hendaknya sadar tentang kebutuhan-kebutuhan mereka dan melakukan konseling bagi diri sendiri kalau mereka merasa kebutuhan-kebutuhan atau nilai-nilai mereka sedang berrcampur dengan keefektifan kepemimpinan mereka.
Pemimpin harus berhati-hati tentang penyuaraan nilai-nilainya pada persoalan-persoalan seperti agama, perceraian, aborsi, dan lain-lain kepada kelompok.Juga dia tidak boleh memberlakukan nilai-nilainya tentang bagaimana sebaiknya anggota berubah atau bertumbuh yang menuntutnya untuk melakukan tekanan atau terhadap perangkat harapan yang tidak realistis.Anggota-anggota memiliki hak untuk menentukan langkah mereka sendiri, dan sejak itu pemimpin dapat membangkitkan semangat, dia harus menghargai hak anggota bukan mengejar pertumbuhan.
9)      Penggunaan Etika Latihan-Latihan
Ada beberapa pertimbangan etika menyangkut tentang kapan penggunaan kefgiatan-kegiatan atau latihan-latihan terstruktur selama sesion kelompok.Sebagian besar masalah-masalah etis menyangkut latihan-latihan akibat dari kekurangan keterampilan atau kepekaan pada beberapa pemimpin.Pemimpin mungkin menggunakan latihan yang menimbulkan reaksi bahwa mereka tidak dapat melakukan sebagaimana mestinya atas kekurangan keterampilan.Pemimpin juga mungkin menggunakan pengaturan tempat yang singkat dalam pemilihan latihan yang khusus. Sebagai contoh, suatu latihan seperti "trust lift" yang melibatkan kontak fisik antar anggota dan sesuatu kepercayaan anggota atas keamanan fisik pada orang lain mungkin baik diterima dan efektifselama session ke lima namun suatu bencana selama session ke dua, bila anggota masih merasa tidak enak satu sama lain. Bahkan lebih menyusahkan dan secara potensial berbahaya bagi anggota adalah pemimpin yang menggunakan satu latihan yang menimbulkan perasaan yang hebat sebelum kelompok bersedia berhubungan dengan mereka.Pemimpin-pemimpin tertentu yang melampaui tingkat keterampilannya dapat dianggap melakukan eksploitasi secara tidak etis.
Disamping perhatian penting diatas, pemimpin harus terbuka dan mengarahkan anggota mengenai penggunaan latihan-latihan. Pertama, anggota-anggota harus selalu mempunyai pilihan tidak ikut serta dalam latihan tertentu kalau mereka tidak merasa enak akan hal itu. Kedua, latihan-latihan harus dijelaskan secara detail dan potensial resiko-resiko harus dikemukakan, terutama bila orang-orang yang bermain dengan kasar akan pergerakan-pergerakan yang diperlukan. Dalam beberapa contoh, seperti penggunaan latihan fantasi, keefektifan dari kegiatan mungkin berkurang kalau pemimpin melukiskan begitu banyak mengenai latihan sebelumnya.Oleh karena itu, pemimpin harus menunjukkan ini dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk berhenti berpartisipasi pada titik ini.Ketiga, kalau kontak fisik antaranggota diperlukan dalam suatu latihan, maksudnya harus dijelaskan.Juga, anggota-anggota yang tidak merasa senang dengan kegiatan seharusnya mempunyai hak untuk tidak ikut serta.Keempat, suatu latihan tidak boleh memperdaya anggota untuk menampakkan bagian tubuh yang terlarang.Sesuatu yang pribadi yang mungkin dia tidak ingin untuk tampatkkan.Sebagai contoh, suatu latihan yang disebut "Secrets" melibatkan anggota-anggota dengan menuliskan yang tak dikenal pada kartu indeks suatu rahasia yang mungkin sukar bagi mereka untuk menyampaikannya kepada yang lain.Kartu-kartu ini kemudian dikocok dan pemimpin atau setiap anggota mengambil satu kartu dan menyampaikan persoalannya. Maksudnya ialah untuk mengundang anggota mendengar rahasianya dibahas secara lebih obyektif dan untuk defuse penilaian diri yang negatif sekitarnya. Bagaimanapun, ini tidak etis karena pemimpin memaksa dalam mengidentifikasikan rahasia-rahasia mereka, mengundang mereka untuk menerka atas rahasia-rahasia orang lain, atau mengundang beberapa anggota untuk mengidentifikasi rahasia-rahasia mereka sehingga rahasia-rahasia anggota lain dapat dengan mudah diidentifikasi. Latihan menjadi sangat kuat, karena berpotensi bagi kebaikan dan kerugian. Pemimpin yang mengadakan latihan secara tidak pantas atau tidak sadar akan keterbatasan-keterbatasan mereka sendiri mungkin mendapati diri mereka sendiri yang menghadapi beberapa masalah etis.
10)  Peranan Pemimpin Dalam Pembuatan Referral
Yang mengandalkan pada setting dimana pemimpin dipekerjakan, dia mungkin menjumpai anggota-anggota untuk konseling tindak lanjut, menyerahkan anggota kepada konselor-konselor lain disetting itu, atau mengalihkan mereka kepada beberapa sumber di luar. Walaupun dapat dibenarkan bahwa konselor, ahli psikologi, pekerja sosial, konselor rehabilitasi, atau profesional lain tidak selamanya mampu untuk segala hal bagi semua orang, demikian sering klien-klien membuat kemajuan hanya untuk karena perlu penyembuhan tindak lanjut tidak disediakan. Dalam banyak hal, pelayanan-pelayanan tambahan sama sekali tidak direncanakan secara memadai. Ini pantas untuk mempertimbangkannya menjadi tanggungjawab etis dari pemimpin kelompok untuk menjalankan peranan melatih profesional lebih luas dalam meyakinkan bahwa anggota kelompoknya diberikan kesempatan yang pantas untuk melanjutkan dalam menemukan mental mereka yang sehat (Jacobs, Harvill & Masson, 1994:301-305).

C.    SYARAT-SYARAT PIMPINAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
Telah disinggung didepan bahwa pemimpin kelompok mesti dilihat sebagai pribadi dan sebagai profesional dalam proses kelompok. Keduanya tidak dapat dipisahkan.Karena itu, selain ciri-ciri profesional, pemimpin kelompok harus diketahui ciri-ciri pribadinya. Dalam kaitan dengan ini, maka dalam membahas sub-judul ini, akan dilihat dari segi pribadi dan segi profesional. Dari segi pribadi akan dilihat kepribadian dan watak/karakter pemimpin kelompok, dan dari segi profesional akan dilihat keterampilan dari pemimpin kelompok.
      1.  Kepribadian dan Karakter Pemimpin Kelompok
Persoalan tentang ciri-ciri pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif telah menjadi obyek perhatian sebagian besar pengarang. Shapiro (1978) sebagai misal, menggambarkan "kepribadian yang ideal bagi terapis kelompok" dengan istilah-istilah : kejujuran, integritas, sabar, keberanian, fleksibelitas, kehangatan, empati kecerdasan, ketepatan waktu, dan menguasai diri (Corey, 1981:89).
Dengan penjelasan yang mudah dimengerti, Corey (1981) mengemukakan beberapa ciri pribadi yang sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif:
a) Kehadiran. Orang yang hadir secara emosional maksudnya yang digerakkan oleh pengalaman orang lain yang menggembirakan atau menyedihkan. Kalau pemimpin-pemimpin bersentuhan dengan emosi-emosi mereka sendiri, mereka menjadi lebih banyak terlibat secara emosional dengan orang lain. walaupun ini tidak mutlak dinyatakan secara langsung yang mengungkapkan pengalaman hidup yang berkaitan dengan perasaan ini, kemampuan untuk melukiskan tentang pengalaman-pengalaman ini membuatnya lebih mudah bagi pemimpin untuk berempati dan menjadi kasihan kepada anggota-anggota kelompok.
b) Kekuatan pribadi. Kekuatan pribadi meliputi kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh seseorang pada orang lain. Ini harus ditekankan bahwa itu bukan berarti mendominasi dan mengeksploitasi terhadap orang lain, yang mana merupakan penyalahgunaan kekuasaan. Sesungguhnya pemimpin yang sangat kuat menggunakan pengaruh yang mereka miliki demi peserta-peserta kelompok untuk mendorong mereka bergaul secara erat dengan kekuatan-kekuatan mereka sendiri yang belum dimanfaatkan, bukan untuk membantu perkembangan ketergantungan mereka. Kekuatan pribadi selalu disertai dengan kepercayaan diri dan dengan pengalaman bahwa seseorang tidak perlu menahan orang lain pada posisi yang lebih rendah dan mempertahankan kekuatan orang itu sendiri.
c) Keberanian. Pemimpin-pemimpin kelompok yang efektif sadar bahwa mereka perlu menunjukkan keberanian dalam interaksi mereka dengan anggota-anggota kelompok dan bahwa mereka tidak boleh bersembunyi dibelakang peranan khusus mereka sebagai konselor. Pemimpin memperlihatkan keberanian dengan pengambilan resikd-resiko dalam kelompok dan mengakui akan kekeliruan-kekeliruan dengan kadang-kadang mengkritik dengan mengkonfrontasikan orang lain secara hati-hati dan yang menyatakan reaksi-reaksi mereka sendiri kepada siapa yang mereka hadapi, dengan bertindak menurut kebiasaan dan kepercayaan, dengan membagi atas kelompok pemikiran dan perasaan-perasaan mereka tentang proses kelompok, dan dengan adanya kemauan untuk membagi (sharing) kekuatan mereka pada anggota kelompok.
d) Kemauan untuk mengkonfrontasi diri sendiri. Menunjukkan keberanian bukan hanya terhadap cara-cara dimana pemimpin berhubungan dengan anggota kelompok tetapi juga terhadap cara-cara dimana mereka berhubungan dengan diri mereka sendiri.Salah satu tugassentral adalah meningkatkan investigasi diri dalam klien-klien mereka.Karena konselor-konselor kelompok tidak dapat mengharapkan para peserta untuk melakukan sesuatu yang mereka sendiri tidak dipersiapkan untuk melakukan, mereka harus menunjukkan bahwa mereka sedang ingin menanyakan diri mereka sendiri.Konfrontasi diri dapat mengikuti bentuk penyikapan tubuh dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini.
1)      Mengapa saya memimpin kelompok? Apa yang sedang saya dapat dari kegiatan ini?
2)      Mengapa saya berperilaku seperti yang saya lakukan dalam kelompok? Apakah ada pengaruh sikap-sikap, nilai-nilai, prasangka-prasangka, perasaan-perasaan, dan kelakuan-kelakuan saya terjadi pada peserta dalam kelompok?
3)      Apakah kebutuhan saya terlayani dengan menjadi pemimpin kelompok dan sampai tingkat mana?
4)      Apakah saya pernah memanfaatkan kelompok yang saya pimpin untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi saya dengan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan anggota?
Konfrontasi diri merupakan proses tanpa henti dan tidak ada jawaban yang sederhana bagi pertanyaan-pertanyaan diatas. Pokok persoalan yang penting adalah kemauan pemimpin-pemimpin kelompok untuk memunculkan pertanyaan secara terus menerus guna menentukan sejauhmana kejujuran yang mereka miliki dengan diri mereka sendiri mengenai motivasi mereka untuk menjadi pemimpin kelompok,
e) Kesadaran diri. kesadaran diri merupakan hal yang berbarengan dengan kemauan untuk menghadapi diri sendiri. Ciri esensial dari kepemimpinan efektif ini meliputi kesadaran akan diri, akan kebutuhan dan motivasi-motivasi seseorang, akan konflik-konflik dan masalah-masalah pribadi, akan pertahanan dan titik-titik kelemahan, akan bidang-bidang usaha yang belum selesai, dan dari pengaruh potensial terhadap semua ini dalam proses kelompok. Sebagai contoh, kemungkinan memanfaatkan peranan seseorang sebagai pemimpin kelompok untuk memperoleh persetujuan dari anggota kelompok.Pemimpin-pemimpin memiliki kekuatan untuk mengontrol sesion/ pembahasan sehingga kebutuhan-kebutuhan mereka untuk konfirmasi eksternal dapat secara terus menerus diperkuat lewat kelompok. Kalau pemimpin-pemimpin bergantung terutama pada anggota-anggota kelompok untuk memberikan mereka pengakuan sebagai pribadi-dan profesional, mereka dapat menciptakan situasi yang berbahaya bagikelompok yang memiliki anggota-anggota mencurahkan lagi usaha-usaha mereka untuk menyenagkan pemimpin dari pada untuk bekerja demi diri mereka sendiri..Pemimpin-pemimpin yang hati-hati adalah pemimpin yang menghindarkan pemanfaatan anggota-anggota kelompok untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka sendiri dan untuk mendukung ego mereka sendiri.
f) Kesungguhan/ketulusan. Salah satu kualitas pemimpin yang paling penting adalah minat yang tulus/sungguh-sungguh pada kesejahteraan orang lain dan pada kemampuan mereka untuk berkembang menurut cara-cara yang konstruktif. Karena ketulusan hati menyangkut diri yang langsung, itu juga menyangkut pemberitahuan pada anggota-anggota apa yang mereka tidak perlu ingin untuk dengar. Bagi pemimpin kelompok, yang menyukai cara-cara yang menantang anggota untuk melihat bagian-bagian kehidupan mereka yang mereka mungkin kehendaki terhadap nasib dan bentuk tertentu yang mengecilkan hati karena perilaku yang tidak jujur dalam kelompok.
g) Keaslian(authenticity). Ciri ini berhubungan erat dengan ketulusan.Keefektifan menuntut bahwa pemimpin menjadi seorang pribadi yang asli, yang nyata atau riil, kongruen dan jujur.Sebagai pribadi tidak hidup dengan berpura-pura dan tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng, pertahanan/pembelaan-pembelaan, peranan-peranan yang mandul, dan tedeng aling-aling.Keaslian juga memerlukan kemauan untuk memperlihatkan diri sendiri dengan tepat dan bersama membagi perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi terhadap yang berlangsung dalam kelompok.

h) Mengerti Indentitas. Kalau pemimpin-pemimpin kelompok akanmembantu orang lain menemukan siapa mereka, mereka perlu memilikipengertian yang jelas tentang identitas mereka sendiri. Ini maksudnyauntuk mengetahui apakah sesuatu nilai dan kehidupan berdasarkanstandar yang berasal dari diri dan bukan dengan apa yang diharapkanoleh orang lain dari diri sendiri. Ini juga berarti menjadi sadar tentangketerbatasan-keterbatasan, kekuatan-kekuatan, kebutuhan-kebutuhan,ketakuatn-ketakutan, motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan seseorangitu sendiri. Akhirnya, itu berarti mengetahui apakah seseorang mampuuntuk menyelaraskan, apa yang orang inginkan dari kehidupan, danbagaimana seseorang akan mendapatkan apa yang diinginkan.
i) Keyakinan/kepercayaan dalam proses kelompok. Keyakinan pemimpinyang mendalam akan nilai proses kelompok adalah esensial bagikeberhasilan proses kelompok. Bagaimana anggota-anggota kelompokpercaya bahwa pengalaman kelompok akan bernilai bagi mereka kalau pemimpin tanpa ada gairah atau tidak percaya terhadap kekuatan terapeutik dari kelompok? Disini tidak dianjurkan bahwa pemimpin-pemimpin sebaiknya tidak memberikan kritik tentang kelompok-kelompok atau bahwa mereka harus menganggap kelompok sebagai satu-satunya cara yang mencapai pertumbuhan pribadi, tetapi kelompok adalah esensial dan mereka yakin akan nilai-nilai pekerjaan terapeutik.
j) Kegairahan (antusiasme). Kalau pemimpin-pemimpin kelompok sangat bergairah atas apa yang sedang mereka lakukan, tidak mungkin bagi mereka itu untuk mengilhami /membangkitkan semangat anggota kelompok dan memberikan mereka dengan suatu rangsangan untuk bekerja/bergerak. Ini tidak mengatakan bahwa pelaksana-pelaksana harus mengangkat gaya "cheerleading". Pemimpin perlu menunjukan bahwa mereka menyenangi pekerjaan mereka dan senang bersatu dengan kelompok-kelompok mereka.Seorang pemimpin tanpa kegairahan cenderung menjadi rutinisasi.Juga yang lebih penting lagi kekurangangembiraan anggota mengenai kehadiran dalam sesion-sesion kelompok dan dengan penolakan mereka untuk melakukan pekerjaan yang berarti.
k) Daya cipta dan kreativitas. Kesanggupan secara spontan menjadi kreatif dan untuk mengancang suatu kelompok dengan ide-ide yang segar banyak mengungkapkan mengenai keefektifan potensial dari seorang pemimpin. Pemimpin perlu menghindarkan memasuki jebakan di antara teknik-teknik ritual dan presentasi-presentasi sebelum program yang tanpa semangat.Tidak mungkin mudah untuk mengancang setiap kelompok dengan ide-ide baru terutama kalau seseorang melakukan banyak kerja kelompok. Sisa kreatif dalam kehidupan pribadi seseorang adalah ingin terbuka dengan diri mereka sendiri dan dengan orang lain dalam kelompok, terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, dan terbuka terhadap gaya-gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dari diri mereka sendiri.
I) Daya tahan (stamina).Sejak kelompok mulai berjalan pelan-pelan secara fisik dan secara psikologis, pemimpin harus menemukan cara-cara agar tetap hidup seluruh bagian dari kelompok.Jadi, mereka perlu sadar tentang energi mereka sendiri dan memiliki sumber-sumber makanan psikologis. Tuntutan-tuntutan dari profesi-profesi mereka membuatnya sangat penting agar mereka menjaga diri mereka sendiridengan baik, ataukah mereka mungkin dapat menemukan diri mereka "mati" (burnt-out) dengan sedikit memberi kepada siapapun. 
       2. Pemimpin sebagai seorang profesional
Sebagaimana telah dikatakan bahwa syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilannya dalam memimpin kelompok. Ini tidak hendak mengabaikan hal-hal lain yang penting, tetapi pada hematnya segala aspek kognitif dan afektif dari pemimpin akan nampak dalam keterampilan yang diperlihatkannya dalam praktek. Lewat keterampilannya pula akan terlihat keeefktifannya sebagai pemimpin, gaya-gaya kepemimpinannya, dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.
Dalam membahas subjudul ini akan didahului dengan pendapat dari Jacobs, Harvill & Masson (1994) tentang keterampilan-keterampilan dasar bagi pemimpin kelompok, kemudian diakhiri dengan pendapat Corey (1981) tentang deskripsi pandangan integratif mengenai keterampilan kepemimpinan kelompok yang disajikan dalam bentuk skema.
Beberapa keterampilan dasar relasi-relasi manusia yang anda mungkin anda telah kembangkan pada diri anda atau melalui latihan-latihan khusus. Kalau anda telah melakukan beberapa latihan dalam konseling, anda akan mengenal nama-nama dari banyak keterampilan berikut: 1) aktif mendengar, 2) refleksi, 3) menguraikan/menjelaskan, 4) meringkas, 5) penjelasan singkat dan pemberian infromasi, 6) mendorong dan mendukung, 7) mengatur suara, 8) memperagakan dan mengungkapkan diri, 9) penggunaan mata, 10) penggunaan suara, 11) penggunaan energi pemimpin, 12) mengidentifikasi allies (Jacobs, Harvill, & Masson. 1994: 108).



DAFTAR REFERENSI

Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta.
Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Mugiarso, Heru dkk. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT UNNES PRESS.
Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Romlah, Tatik. 2001. Teoridan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
Santosa ,Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT . Bumi Aksara.
W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

3 comments:

  1. Seorang pemimpin merupakan seorang yang memperlancar tindakan atau perubahan (Ohlsen,1970:52). Karena" itu,pemimpin kelompok perlu menguasai keterampilan-keterampilan dalam memimpin kelompok. itu sumbernya yg dr mana kak ?

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Mantap banget.. Sangat membantu saya dalam pengerjaan tugas.. Sangat lengkap.. Maju terus.. Semangat terus..

    ReplyDelete