Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang
berkumpul bersama untuk mencapa suatu tujuan. Kelompok itu ada untuk suatu
alasan. Orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka
capai sendiri. (Johnson, 2012: 7)
Sementara itu menurut Sitti Hartinah dalam bukunya
yang berjudul Konsep Dasar Bimbingan Kelompok menuliskan bahwa Bimbingan
kelompok yang baik adalah apabila dalam kelompok tersebut diwarnai oleh
semangat tinggi, dinamis, hubungan yang harmonis, kerjasama yang baik, dan
mantap, serta rasa saling mempercayai diantara anggota-anggotanya. Namun kenyataannya, dalam proses Bimbingan dan
Konseling terkadang tidak ada terjadi dinamika kelompok. Atau ketika terjadi
dinamika kelompok dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok tidak mengindahkan
sebuah nilai dalam kelompok itu sendiri.
A. Unsur-unsur
budaya dalam kelompok
Budaya dapat
didefinisikan sebagai sebuah sistem terpola dari norma-norma yang berasal dari
tradisi, yang mempengaruhi perilaku. Norma kultural adalah proses sebuah
keadaan perubahan konstan (Nelson, 2012: 334). Budaya adalah sekelompok orang
yang mengidentifikasikan atau berasosialisasi satu dengan yang lain berdasarkan
pada kesamaan tujuan., kebutuhan atau latar belakang. Elemen bersama suatu
budaya adalah pengalaman belajar, kepercayaan dan nilai. Aspek-aspekbudaya seperti ini adalah jejaring
signifikan yang memberi koherensi dan arti terhadap kehidupan. Sementara sebuah
budaya mendefinisikan diri secara parsial dalam kaitannya dengan kesamaan fisik
yang lain mungkin menekankan kesamaan sejarah dan filosofi dan yang lain lagi mungkin
mengkombinasikan keduanya ( Mungin Edddy Wibowo,2013: 6).
Pertemuan antar
individu yang sekaligus antar karakter budaya. Akibatnya adalah persoalan
benturan budaya yang semakin mengemuka dan menuntut perhatian. Persoalan yang
tidak sekedar menuntut pemecahan melainkan lebih kepada pemahaman dan kesadaran
akan keberagaman budaya yang membawa pada kemampuan beradaptasi,menerima
perbedaan,membangun hubungan yang luasdan mengatasi konflik yang berakar pada
perbedaan budaya serta penanganan komunikasi.
Konseling mencakup
bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin bersifat pengembangan
diri, dukungan terhadap krisis, pencegahandanpemecahan masalah. Tugas konseling
adalah memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengeksporasi, menemukan dan menjelaskan cara
hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. Konseling didisain
untuk menolong konseli memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap
kehidupan dan untuk mencapai tujuan penentuan diri mereka melalui pilihan yang
telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka dan melalui
pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal (Burks dan Steffler,
1979: 14 : Mungin Eddy Wibowo, 2013: 5).
Kita hidup di sebuah
masyarakat multibudaya. Sehari-hari kita berinteraksi di banyak lingkungan
kelompok multi budaya. Karena itu, sangat jelas konseling kelompok bagi
populasi multubudaya mestinya diorganisasikan dengan kepekaan terhadap berbagai
budaya yang ditampilkan. Para konselor kelompok juga harus memahami latar
belakang budaya dan nilai mereka sendiri. Dikondisi tertentu, mereka mestinya
menghimbau klien-klien multibudaya untuk berpartisipasi didalam kelompok.
Konseling atau
bimbingan kelompok dapat memberikan bagi konselor tantangan sekaligus peluang
untuk memajukan kesadaran dan kepekaan multibudaya bagi kelompok yang menjadi
klien mereka. Asumsi ini didasarkan kepada pengakuan bahwa: (a). Kesempatan
yang ditawarkan kelompok dapat memajukan hubungan multibudaya yang positif,(
b). Peluang bagi konselor sendiri untuk memodelkan dan dirasakan sebagai
pribadi yang sadar, sensitif dan memahami beragam populasi dengan mendekati
mereka secara tepat. Menunjuk wakil pemimpin kelompok dari salah satu minoritas
budaya akan banyak membantu suksesnya konseling kelompok multibudaya ini (Gibson
& Mitchell, 2011: 311).
Setiap konselor harus
menyadari latar belakang budayanya sendiri dan bagaimana latar belakang itu
memengaruhi persepsi dan perilakunya terhadap klien. Para konselor, apapun
latar belakang budayanya,harus mempersiapkan diri dengan penuh kesadaran untuk
bekerja dengan beragam kelompok budaya yang datang meminta bantuannya. Berikut
adalah unsur-unsur budaya yang harus dipahami dalam situasi kelompok, merujuk
pada suatu bangsa yang majemuk :
1.
Bahasa
Bahasa adalah unsur
pendukung identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang
secara arbiter dibentuk dari unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan
sebagai sarana berinteraksi antar manusia (Mungin Eddy Wibowo, 2013: 9). Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh
pada bahasa yang dipakainya. Setiap daerah,
khususnya Indonesia memiliki beragam bahasa dengan dialek yang khas.
Dalam situasi kelompok yang multikultural, setiap angggota harus mampu memahami
pesan yang disampaikan melalui bahasa yang digunakan. Hal ini penting agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi antar anggota kelompok. Sekali
lagi karena setiap daerah memiliki pola bahasa yang berbeda-beda serta dialek
yang dibawa dari penggunaan bahasa itu sendiri. Contoh: penyampaian pesan
kepada beberapa yang menggunaka bahasa Indonesia bercampur bahasa daerah dalam
situasi kelompok, tentu akan menjadi hal yang membingungkan anggota lain yang
berbeda bahasa apabila bahasa daerah yang digunakan tidak dimengerti. Maka akan
terjadi pengulangan dalam komunikasiyang menyebabkan proses komunikasi menjadi
lambat, karena kelalaian salah satu anggota.
2.
Agama
Bangsa Indonesia dikenal
masyarakat yang agamais. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara
adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Selayaknya
dalam situasi kelompok sadar akan menghormati kepercayaan masing-masing agar
tercipta dinamika kelompok yang damai dan mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.
3.
Gender
Menurut Liliweri (2011: 124)
dalam hal berkomunikasi ada perbedaan pola-pola perilaku yang dibedakan
berdasarkan gender. Komunikasi dalam situasi kelompok dimana etika komunikasi
tiap-tiap daerah yang berbeda-beda
antara laki-laki dan perempuan, mempengaruhi pola tingkah laku dalam
situasi kelompok.
4.
Suku Bangsa
Golongan sosial yang khusus
bersifat askriptif (ada sejak lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur
dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau
kelompok etnis dengan tidak kurang tiga ratus dialek bahasa.
5.
Kebudayaan
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan segabai rujukan atau pedoman
untuk bertindak sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Fokus yang paling menonjol dari
multikulturalisme adalah keunikan dan konsep kelompok yang terpisah yang
memfasilitasi perhatian pada perbedaan individual. Oleh karena itu,
mengharuskan situasi kelompok peka dan tanggap terhadap adanya keberagaman
budaya dan adanya perbedaan budaya antar kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
B. Variari
Kegiatan Kelompok Ditinjau dari Segi Budaya
Budaya memang sudah menjadi
bagian yang banyak dipelajari dan banyak diperbincangkan karena memeberi
pengaruh yang berarti dalam sebuah pelaksanaan tertentu dan termasuk dalam
pelaksanaan bimbingan konseling kelompok, anggota adalah manusia budaya yang
dimana setiap anggota memiliki asupan budaya yang berbeda-beda tergantung
kepada dimana dan bagaimana proses yang ia peroleh sepanjang usianya di
lingkungan dan keluarga.
Kegiatan konseling kelompok
adalah kegiatan yang sangat berpengaruh bagaimana keberfungsian seorang
pimpinan kelompok , bagaimana pimpinan kelompok dalam menjadi driver apakah
cara bawaannya halus atau teliti maka ini akan berdampak bagi hasil dari
pelaksanaannya.
Variasi kegiatan kelompok
memang menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan sebuah kerja
kelompok atau konseling dengan tujuan kenyamanan anggota kelompok dalam
mengikuti kegiatan kelompok menimbang kompleknya karakter, budaya, dan bawaan
individu lainnya kedalam kelompok.
DeLucia-Waack (1996)
menyatakan bahwa konteks multikultural dalam kegiatan kelompok memerlukan
sebuah perhatian untuk digunakan dalam dua hal yaitu: (1) untuk mengaplikasikan
dan memodifikasi teori atau teknik dalam konseling kelompok dalam kaitanya
dengan keberagaman budaya para peserta konseling kelompok, (2) melakukan
pengembangan teori dan praktek kegiatan kelompok yang memiliki keragaman budaya
sebagai cara untuk memfasilitasi perubahan dan pertumbuhan individu.
Keberagaman budaya selalu melekat dalam kegiatan kelompok, dan keunikan manusia
sebagai suatu individu merupakan suatu faktor kunci dalam pelaksanaan kegiatan
kelompok.
Selain pemahaman terhadap
berbagai kesamaan budaya klien serta perbedaannya, kelompok konselor harus
bersedia untuk memahami budaya klien serta mempu mengemasnya dalam tampilan
struktur kelompok, tujuan, teknik, dan dalam praktek. Langkah awal yang bisa
dilakukan oleh konselor adalah dengan mempelajari kembali pengaruh budaya dalam setiap teori utama mengingat
besarnya peranan budaya dalam kesuksesan kegiatan kelompok.
Menurut Corey dalam Richard
(2011) bahwa spesialis multikultural telah menegaskan bahwa teori konseling dan
psikoterapi merupakan pandangan dunia yang berbeda- beda tentang dunia,
masing-masing dengan nilai, bias, dan asumsinya tentang perilaku manusia. Bahwa
terdapat pandangan yang berbeda-beda dan juga tentang pandangannya terhadap
pola tingkah laku manusia, sehingga disini setiap perilaku yang ditampilkan
oleh satu anggota dalam kelompok
memiliki nilai yang berbeda bagi setiap anggota lainnya tergantung kepada
budaya yang dianutnya sehingga bagian ini lah yang menjadi pengetahuan dalam
kelompok.
Faktor budaya memberikan
pengaruh ynag signifikan terhadap proses dan sisi pelayanan konseling, sehingga
dalam pembekalan seorang untuk menjadi pimpinan kelompok dibutuhkan persiapan
materi seperti konseling lintas budaya sehingga dalam pelasanaan konseling
konselor dapat memperhatikan variasi budaya yang melatar belakangi klien
terutama di masyarakat.
Menyelami dunia klien budaya
adalah salah satu perahu yang bisa kita naiki untuk sampai keseberang maka
variasi kegiatan kelompok dari ditinjau dari segi budaya memang menuntut
pimpinan kelompok harus cerdas dalam membawa jalannya kegiatan kelompok
tersebut sehingga bentuk-bentuk dapat dilakukan dengan hal seperti memasukkan
nilai budaya dalam kelompok melalui kegiatan seperti:
1. Mengkaji kembali nilai
–nilai yang sangat dijunjung oleh masyarakat dalam budaya.
2. Memahami beberapa
karakter dalam cerita rakyat
3. Memasukkan istilah atau
kata-kata bijak yang terdapat dalam beberapa budaya suatu etnis tertentu
4. Melakukan praktek atau
contoh permainan tradisional
Memasukkan nilai budaya
dalam kelompok tentunya setelah pimpinan kelompok dapat membentuk kelompok
dengan melakukan serangkaian kegiatan awal.
B. Etika
Dalam Kegiatan Kelompok
Dalam setiap sesi kehidupan ini memang sudah
memiliki aturan dan ketetapannya masing-masing sejak kehidupan ini dimulai. Etik
meliputi “ membuat keputusan yang bersifat moral tentang manusia dan dan
interaksi mereka dalam masyarakat”kitchener(dalam Galading, 2012), dalam etik
terdapat aturan yang mengikat manusia dalam interaksi dan perilakunya.
Selanjunta atik secara umum didefinisikan sebagai “ilmu filsafat mengenai
tingkah laku manusia dan pengambilan keputusan moral” Van Hoose dan Kottler
dalam Galding (2012, 66).
Etik bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-prinsip dan standar yang
mengatur hubungan antara individu. Sehingga dalam konteks ini yaitu hubungan
konselor dengan klien. Kode etik erat kaitannya dengan moralitas, menentukan
baik atau tidak, benar atau salah, dan layak atau tidaknya tingkah laku yang
dilakukan seseorang. Disamping itu kode etik tidak hanya bisa melindungi sebuah
profesi tetapi juga menjadi pedoman tingkah laku bagi para anggotanya, jika
bertanya apa penting etika dalam profes ? Maka jawaban adalah “sangat penting”. Menurut Van Hoose
dan Kottler dalam Galding (2012, 68) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan dari
keberadaan kode etik:
1. Melindungi dari pemerintah, dalam
artian profesi bisa mandiri dan dan menghindari kendali oleh pihak lain seperti
UUD.
2. Memelihara kestabilan dalam
profesi untuk menghindari dari hal-hal yang membuat pertengkaran, dan
lain-lain.
3. Kode etik melindungi praktisi dari
publik, khususnya tuduhan malpraktek.
Kode etik profesi merupakan salah satu aspek standarisasi profesi BK
sebagai kesepakatan profesional mengenai rujukan etika perilaku. Pekerjaan
bimbingan dan konseling tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang berlaku. Atas
dasar nilai yang dianut oleh Pembimbing/konselor dan terbimbing/klien, maka
kegiatan layanan bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan atas
keputusan-keputusan yang berlandaskan nilai-nilai. Para pembimbing/konselor
seyogianya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan
profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para
pembimbing/konselor seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan dan
konseling.
Konseling kelompok bukan seperti kelompok kecil
biasa yang sama seperti kelompok kerja lainnya. Oleh sebab itu untuk membedakan
ini dengan kelompok lainnya ada total disiplin kerja kelompok. Sehingga dalam
disiplin ini akan terjadi hal-hal yang bersifatnya mencegah, memperbaiki dan
adanya rangkaian kesatuan dalam kelompok. Disamping itu dalam kelompok ini
terdapat yang namanya kerja kelompok menurut Mungin (2005, 341) kerja kelompok
mengacu pada interaksi dinamis antar sekumpulan individu untuk mencegah atau
memperbaiki kesulitan –kesulitan atau untuk untuk peningkatan pengembangan diri
melalui interaksi antar mereka yang saling bertemu dalam waktu tertentu dan
mempunyai tujuan. Interaksi yang menjadi peran penting dalam kelompok ini
menjadi langakah yang tidak bisa dihentikan dalam menacapi tujuan- tujuan.
Setelah kita mengenal kerja kelompok maka ada etika
dalam kerja kelompok , Menurut Mungin (2005,341) etika kerja kelompok adalah
etika-etika yang disetujui yang konsisten dengan komitmen atika dalam arti yang
lebih luas (politik, moral, dan agama) yang kita anggap masuk akal dan yang
bisa diterapkan oleh klien maupun pihak pemberi bimbingan. Corey (2009)
menjelaskan beberapa bahasan penting dalam etika konseling, diantaranya:
- Etika dalam menggunakan tape recorder dalam proses wawancara. Beberapa konselor kadang tidak menggunakan tape recorder karena befikiran akan menimbulkan ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan pada klien. Hasil rekaman wawancara yang dihasikan dapat membantu klien dalam menurunkan sedikit kecemasan yang dialaminya.
- Adanya kecenderungan pihak tertentu untuk lebih mengutamakan perlindungan hukum terhadap klien dibanding berusaha secara baik untuk membantu mereka melewati krisis. Pada poin ini sebetulnya menegaskan bahwa sebaiknya konselor mengkomunikasikan batasa-batasan proses konseling, sehingga klien dapat memutuskan sejauh mana informasi yang akan diberikan.
- Proses konseling yang dijalani oleh klien sebaiknya dilakukan karena kemauan klien itu sendiri, tanpa ada unsur perintah ataupun paksaan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh konselor agar klien bersedia bekerjasama dengan baik dalam proses konseling yakni menghadirkan kemungkinan-kemungkinan kepada klien akan sesuatu yang akan dicapai dalam konseling.
Etika tidak bersifat statis tetapi dinamis dimana
suatu saat bisa berubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan budaya.
Namun terdapat beberapa etika yang tetap
bersifat statis dalam konseling kelompok dimana kode etik terseput dapat
diterima disepanjang waktu yaitu:
a.
Etika Kepemimpinan Kelompok
Pimpinan
kelompok dapat diibaratkan sebagai drive yang membawa arah dan tujuan sehingga
pimpinan harus mengacu pada kompetensi yang bisa membantu bagi semua anggota
menurut Mungin (2005)dimana petunjuk tersebut adalah:
1.
PK harus mempunyai
kode etik yang dapat dietrima secara umum
2.
Pimpinan kelompok layaknya memiliki bukti telah
memiliki pelatihan yang terkait
3.
Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai bukti bahwa
kepemimpinannya efektif
4.
Pimpinan kelompok seharusnya mempunya model konseptual
yang baik untuk menjelaskan perubahan –perubahan tingkah laku.
5.
Pimpinan kelompok yang tidak mempunyai surat mandat kerja (profesional credentials)
6.
Pimpinan kelompok memiliki sertifikat atau surat ijin
bukti kualifikasi.
7.
Pimpinan kelompok layaknya tetap harus melakukan
pembaharuan yang seperti mengikuti kursus atau berupa seminar.
8.
Pimpinan kelompok mempunyai serangkaian dasar aturan
dasar yang jelas yang menuntunya dalam melaksanakan tugas
9.
Pimpinan kelompok harus mengetahui hukum dan UUD yang
mengatur tentang hal yang bersifat rahasia dan mengetahui batasan-batasan dalam
rahasia
10. Pimpinan
kelompok mampu bersikap adil
11. Pimpinan
kelompok memiliki pemahaman yang jelas tentang hak-hak klien sehingga bisa
melindungi anggota drai berbagai ancaman.
12. Pimpinan
kelompok mengetahui harapan dan permintaan dari anggota dengan mempehatikan
loyalitas dan kerahasiaan.
13. Pimpinan
kelompok memiliki rencana yang jelas terhadap intervensi dan identifikasi bagi
pasien yang berbahaya ex bunuh diri.
Demikian
kode etik yang diperuntukkan wajib untuk dimiliki oleh seorang Pimpinan
kelompok sehingga layanan ini benar sebuah kerja yang profesional.
b.
Rekrutmen Peserta Kelompok
Berikut etika dalam rekrutmen peserta kelompok
menutut Mungin (2005)
1.
Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan ekplisit
tujuan kelompok, rentang waktu, jangka waktu program serta jumlah partisipan
yang bisa ikut.
2.
Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan ekplisit
tentang kualifikasi pimpinan untuk memimpin kelompok yang dimaksud
3.
Pengumuman seharusnya mencantumkan juga jasa atau
honor secra ekplisit dan juga untuk jasa lanjutan.
4.
Anggota kelompok seharusnya dipaksa untuk masuk dalam
satu kelompok oleh para superior (senior) atau Pimpinan kelompok.
5.
Pernyataan tidka puas yang tidka bisa ditunjukkan
dengan bukti ilmiah seharusnya tidak dibuat.
6.
Persyaratan dalam kode etik ini lebih mengacu pada
pengumuman yang bersifat iklan umum.
c. Penyaringan Peserta
Kelompok.
1.
Calon anggota
kelompok seharusnya dihargai atas kemampuannya mendapatkan keuntungan
tententu dari program yang diikuti.
2.
Calon anggota
kelompok seharusnya diinformasikan bahwa keikutsertaannya haruslah
bersifat sukarela
3.
Calon anggota
kelompok diberitahu tentang apa yang diharapkan dari mereka, resiko yang
mungkinmuncul, dan teknik apa yang akan pimpinan gunakan.
4.
Calon anggota
kelompok diberitahukan bahwa bisa tetap lanjut atau keluar dari
kelompok.
5.
Calon anggota
kelompok berhak menerima atau menolak nasehat dari pimpinan kelompok
6.
Calon anggota
kelompok diberitahukan bahwa apakah kerahasiaan merupakan suatu syarat
untuk kenaggotaan kelompok atau tidak.
7.
Calon anggota
kelompok menyampaikan terlebih dahulu tentang hal apa saja yang menjadi
bahan yang tidak rahasia dalam kelompok
8.
Calon anggota
kelompok seharunya diberitahukan tentang riset apapun yang mungkin diselenggarakan
berdasarkan kelompok tersebut dan pernyataaan atas kesediaannya dinyatakan
secara tertulis
9.
Calon anggota
kelompok diberitahukan rekaman session dan agar bisa fokus pada session
tersebut
10. Calon
anggota kelompok memberitahukan bahwa
akan ada pemindahan anggota jika mereka mengganggu yang lain.
11. Calon
anggota kelompok seharusnya disnagsikan
untuk menentuka apakah mereka dalam perlakuan yang sama
12. Biasanya
senior tidak ditempatkan dalam kelompok yunior
13. Literatur
menyerankan pemberitahuan tentang kapan anggota berfokus penuh untuk bisa
mencapai tujuan yang diharapkan, mengenali resiko sehingga mengurangi kesalah
pahaman
14. Jika
anggota kelompok tersebut terdiri dari orang yang belum dewasa, pimpina
kelompok seharusnya paham betul akan UUD dan hukum yang berkaitan dengan
perlunya peranan orang tua dan cir-ciri khusus
tentang orang yang belum dewasa. Peranan orang
tua sebagai alasan etika.
d. Kerahasiaan.
Ada kesepakatan umum diantara pimpinan kelompok
bahwa kerahasiaan merupakan suatu syarat untuk pengembangan kepercayaan,kohesi
dan kerja produktif dalam konseling kelompok . Berikut petunjuk dalam
kerahasiaan :
1.
Pimpinan kelompok seharus menahan diri dan membuka
data identitas anggota-anggota kelompok yang tidak perlu ketika mencari
konsultasi. Bahasan yang hanya mencakup tentang tujuan kerja kelompok atau
individu.
2.
Semua data yang didapat dari anggota kelompok untuk
tujuan riset harus didapat hanya setelah anggota-anggota kelompok tersebut
memberikan ijin tertulisnya
3.
Pimpinan kelompok harus menyamarkan semua data yang
menginditifikasi anggota kelompok jika itu dipakai dalam publikasi
4.
Pimpinan kelompok secara berkala seharusnya mengingat
anggota kelompok tanntang pentingnya kerahasiaan dalam kelompok konseling.
5.
Pimpinan kelompok seharusnya memberitahu anggota
kelompok tentang batasan-batasan hukum kerahasiaan pimpinan dan anggota
kelompok lainnya.
6.
Pimpinan kelompok seharusnya tahu bagaimana rekaman
klien ditangani , oleh siapa, berapa lama rekaman tersebut harus disimpan,
dimana rekaman bisa disimpan, siapa yang bisa memebrikan nilai terhadap rekaman
dan apa saja yang akan terjadi suatu saat dikemudian hari tentang rakaman
tersebut.
7.
Pimpinan kelompok mengetahui apakah klien telah
membuat actatan tertulis dan prosedur apa yang digunakan klien dalam membuat
catatan.
8.
Catatan tidak disebarluaskan tanpa sepengetahuan dan
ijin klien
9.
Pimpinan kelompok harus berhati-hati dalam penyimpanan
data dalam perangkat komputer.
10. Jika
sistem ganti rugi pihak ketiga digunakan, beri informasi seminim mungkin.
Jangan pernah memebrikan catatan lengkap dan informasikkan klien tentang
pemberian informaasi yang ada pada perusahaan asuransi.
11. Pastikan
untuk merusak atau menghapus audiotape dan atau videotape.
12. Pimpinan
kelompok harus memahami tingkat kerahasisaan yang mereka janjikan pada anak
yang belum menginjak dewasa.
e. Penghentian dan
Tindak Lanjutan
Dalam pelaksanaan konseling kelompok tidak selamanya
selalu begitu saja hingga akhir pertemuan selesai tetapi akan ada saatnya
pelaksanaan konsleing kelompok terpaksa harus terjadi penghentian dan tindak
lanjut, hal ini bisa dikarenakan kondisi pimpinan kelompok jarak yang berjauhan
dan sebagainya oleh sebab itu perlu dikathui bahwa penanganan situasi semacam
ini berikut petunjuknya:
1.
Pimpinan kelompok seharusnya merencanakan upaya tindak
lanjut bagi kelompok jangka pendek yang mempunyai keterbatasan waktu.
2.
Pimpinan kelompok seharusnya tahu dan mempunyai
komitmen dari seorang profesional yang berkualitas keoada siapa ia bisa
mengarahkan para peserta kelompok apabila pimpinan tersebut tidak dapat
melanjutkan keterlibatanya secara profesional.
3.
Para peserta kelompok seharusnya diberitahu tentang
nara sumber yang kompeten sehingga mereka bisa datang menemuinya apabila mereka
membutuhkan bantuan.
f. Kelompok tanpa pemimpin
Melaksanakan
kerja kelompok, pertemuan kelompok dimana disana adalah pertemuan budaya
sehingga sangat diharapkan diminimalkan tanpa pimpinan klompok ini.
g.
Prosedur Umum Untuk menangani Tindakan Yang tercela, yang tidak sesuai dengan Kode Etik.
Kode etik tidak hanya mengatur tentang arah dan
prosedur tetapi juga merupakan kriteria hukum, maka dari itu kode etik mampu
mengatur para profesional untuk mengetahui tanggung jawab etikanya dan
menjalankan dengan baik.
Pada dasarnya pimpinan kelompok layaknya mampu
menjaga kliennya dari pengaruh tindakan ynag tercela sesuai yang tercantum
dalam funsi Bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu pencegahan dari hal yang
bersifat merusak, sehingga dalam pelaksanaan konseling kelompok pimpinan
kelompok dapat memberikan peringatan tentang apa saja perbuatan klien ynag
bersifat tidak etis untuk dapat memperbaikinya, dan membuat catatan kusus.
C. Dinamika
Kelompok
Dinamika kelompok
adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada
pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang menunjukkan kemajuan.
(Johnson, 2012: 4)
Robert L. Baker dalam The Social Work Dictionary
mendefinisikan Group dynamic: the flow of
information and exchanges of influence between members of a social collective.
These exchange can be modified by group leaders or helping professionals and
used to achieve certain predetermined objectives that may benefit the members (Dinamika
kelompok adalah arus informasi dan pertukaran-pertukaran ini dapat diubah oleh
para pemimpin kelompok atau para ahli pertolongan dan digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang telah menguntungkan bagi
anggota-anggotanya).
Sementara itu W.S
Wingkel dalam buku bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan mengatakan
bahwa dinamika kelompok adalah beberapa cara, antara lain dengan studi tentang
kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau menghambat
proses kerjasama dalam kelompok, metode-metode dan teknik-teknik yang dapat
diterapkan apabila jumlah orang bekerjasama dalam kelompok, misalnya bermain
berperan (role playing) dan
observasi, terhadap jalannya proses kelompok dan pemberian umpan balik (feed back), serta cara-cara mengenai
organisasi dan pengelolaan kelompok-kelompok. Sedangkan Eysenck mengatakan
dinamika kelompok adalah berkaitan dengan konteks sosial-budaya suatu
masyarakat yang berfungsi untuk membantu individu dan kelompok, sehingga
memungkin mereka secara bersama memiliki pola-pola merasakan, menilai,
berpikir, dan bertindak.
Selanjutnya Cartwright
dan Zander mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu cara yang
berkaitan dengan ideologi politik dimana kelompok harus diorganisasikan dan
dikelola. Ideologi ini menekankan pentingnya kepemimpinan demokrasi,
partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan serta mewujudkan aktivitas
kerja sama antara individu dengan masyarakat dalam kelompok. (Huraerah,
Purwanto. 2010: 34)
Bimbingan kelompok yang
baik adalah apabila dalam kelompok tersebut diwarnai oleh semangat tinggi,
dinamis, hubungan yang harmonis, kerjasama yang baik dan mantap, serta ras
saling mempercayai di antara anggota-anggotanya. Kelompok yang seperti ini akan
terwujud apabila para anggota saling besikap sebagai kawan menghargai,
mengerti, dan menerima tujuan bersama secara positif, setia ada kelompok, serta
mau bekerja keras dan berkorban untuk kelompok. (Hartinah, 2009: 61)
Dinamika kelompok
merupakan pengetahuan yang mempelajari gerak atau tenaga yang menyebabkan gerak
tersebut. Biasanya, perkataan dinamika digunakan untuk menggambarkan hubungan
sebab akibat. Dinamika kelompok adalah pengetahuan yang mempelajari
masalah-masalah kelompok. Oleh karena itu, dinamika kelompok mencoba
menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok dan mencoba
menemukan serta mempelajari keadaan dan gaya yang dapat mempengaruhi kehidupan
kelompok. Dinamika kelompok adalah suatu studi dalam mengembangkan berbagai
kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang
menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditentukan.
Dinamika merupakan
suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau perkembangan dari suatu
bidang tertentu, atau suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi antara unsur yang satu dengan unsur yang lain karena adanya
pertalian yang langsung diantara unsur-unsur tersebut. Artinya, apabila salah
satu dari sebuah organ mengalami gangguan atau perubahan, akan membawa
perubahan pula pada unsur-unsur lainnya sehingga terjadi perubahan pada sistem
atau kelompok secara keseluruhan.
Pengertian dinamika
lebih menekankan pada gerakan dalam dirinya sendiri. Artinya, sumber
geraknya berasal dalam kelompok itu
sendiri, bukan dari luar kelompok. (Hartinah, 2009: 63).
Kurt Lewin adalah inti
dari perkembangan dinamika kelompok dan menjadi psikolog yang paling penting
diabad dua puluh satu. Lewin dilahirkan pada tanggal 9 september 1890, di desa
kecil Mogilno di Prussian provinsi Posen, dan sekarang termasuk bagian dari
Polandia. Pada tahun 1914 Lewin menyelesaikan studi doktornya tentang filsafat
dan psikolog di Universitas Berlin. Lewin kemudian bergabng dengan tentara
kaiser sebagai prajurit infanteri dan berperang dalam perang dunia I, selama
empat tahun.
Pada saat perang
berakhir ia kembali ke Universitas Berlin untuk mengajar dan menjadi bagian
dari Institusi Psikologi.
Dalam anjurannya
tentang dinamika kelompok, lewin mencatat tiga hal: pengembangnnya terhadap
teori yang ada, perjuangan awalnya dengan menggunakan metodologi penelitian,
dan pertahanannya bahwa teori dan penelitian berpengaruh terhadap praktik
sosial.
Kurt Lewin mengungguli
semua penulis teori, masukan Lewin tentang teori Dinamika Kelompok termasuk:
(1) suatu penekanan dalam membangun sistem yang terkonsep yang menjelaskan
dinamika dalam kelompok dan (2) menciptakan suatu analisis teori dasar tntang
bidang tersebut.
Lewin adalah seorang
peneliti yang inovatif yang mempunyai pemikiran jenius tentang cara untuk
meneliti idenya dengan melakukan percobaan. Dia yakin bahwa penggunaan metode
percobaan dalam penelitian dinamika kelompok akan mengubah dasarnya.
Lewin melihat bahwa
teori dinamika kelompok adalah satu cara untuk menjebatani perbedaan antara
ilmu yang teoritis, kebijaksanaan umum dan praktik demokratis. (Johnson, 2012:
41)
Berikut ini akan
dijelaskan beberapa aspek dinamika kelompok, yaitu komunikasi di dalam
kelompok, konflik di dalam kelompok, kekuatan di dalam kelompok, kohesi
kelompok, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
Ø Komunikasi
Kelompok
Faktor
komunikasi di dalam kelompok sangatlah berperan pada dinamika yang terjadi
dalam kelompok. Hal ini karena di dalam komunikasi, akan terjadi perpindahan
ide atau gagasan yang di ubah menjadi simbol oleh seorang komunikator kepada
komunikan melalui media. (Huraerah, Purwanto, 2010: 34)
1. Tipe
Komunikasi Formal
Pola
komunikasi yang digunakan dalam suatu kelompok dapat pula mempengaruhi
keberhasilan penyampian ide atau gagasan.
Tipe
komunikasi dua arah merupakan proses timbal balik dimana setiap anggota
kelompok mulai dengan mengirim berita dan berusaha untuk mengerti berita yang
dikirim oleh anggota lain. Di dalam proses ini kedua belah pihak bebas saling
bertukar ide dan informasi melalui diskusi yang produktif.
2. Mengirim
Berita Secara Efektif
Ada
beberapa tindakan yang dapat menciptakan pengiriman berita secara efektif,
yaitu:
a. Menyusun
berita secara sempurna dan spesifik. Penerima berita membutuhkan berita yang
diterimanya secara komprehensif.
b. Mengirimkan
berita verbal dan nonverbal yang berhubungan satu dengan yang lainnya, artinya
jangan sampai keduanya kontradiksi.
c. Menggunakan
lebih dari stu macam “channel” dan melakukan pengulangan pengiriman berita.
Mengunakan lebih dari satu macam “channel” (misalnya berita dalam bentuk gambar
dan suara) dan pengulangan pengiriman berita dapat membantu penerima berita. Lebih
cepat dan lebih tepat berita yang diterimanya.
d. Memperhatikan
umpan balik dari berita yang dikirimkannya. Di dalam komunikasi yang efektif,
pengirim berita harus menyadari dan memahami bagaimana penerima berita
menginterpretasikan dan memproses berita yang diterimanya. Satu-satunya cara
untuk menyadari dan memahami hal ini adalah melalui umpan balik.
e. Menyusun
berita sesuai dengan kerangka referensi penerima berita. Informasi yang sama
dikirimkan dengan cara yang berbeda, apabila kerangka referensi penerima berita
berbeda.
3. Menerima
Berita Secara Efektif
Ada
dua keterampilan dasar di dalam menerima berita, yaitu:
a. Mengerti
ide dan perasaan pengirim berita.
b. Mengerti
dan menginterpretasikan ide dan perasaan pengirim berita.
Menerima
berita dalam komunikasi adalah memahami dengan benar, bukan melakukan evaluasi
berita. Hambatan prinsipal dalam bentuk komunikasi yang efektif adalah adanya
kecenderungan dari semua orang untuk memutuskan, mengevaluasi, menyatakan
setuju atau tidak setuju terhadap berita yang diterimanya.
4. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut:
a. Tingkat
kecerdasan
Tingkatan
kecerdasan seseorang dapat berperan dalam mengolah dan mengubah ide ke dalam simbol
yang dapat digunakan dalam situasi komunikasi yang sedang berlangsung.
b. Kepribadian
Faktor
kepribadian seperti motivasi, emosi dan sebagainya turut pula mempengaruhi
dalam berkomunikasi, sehingga pengolahan terhdap ide dan pesan dapat pula sesuai
dengan situasi komunikasi.
c. Latar
belakang pendidikan
Tingkat
pendidikan juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang dapat mengolah
simbol-simbol komunikasi. Namun, hal ini bukanlah merupakan hubungan yang
linier. Artinya, tidaklah berarti bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka akan lebih baik dalam menggunakan simbol-sibol komunikasi.
d. Pengalaman
masa lalu
Pengalaman
masa lalu sangat berperan pula dalam komunikasi. Karena dengan pengalamannya ia
dapat menggunakan simbol-simbol yang sesuai dalam komunikasi seseorang.
e. Sosial-Budaya
Faktor
Sosial-Budaya akan mempengaruhi pula proses dan situasi komunikasi. Pada siuasi
tertentu, atau pada suatu organisasi ditentukan pula cara berkomunikasi yang
seharusnya dilakukan. Dengan demikian hal tersebut menjadi norma dalam
berkomunikasi pada masyarakat tersebut.
Ø Konflik
di Dalam Kelompok
Konflik
adalah suatu proses sosial di mana individu-individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan. (Huraerah, Purwanto, 2010: 39)
Sedangkan
sebab-sebab terjadinya konflik, antara lain:
1. Adanya
perbedaan pendirian atau perasaan antara individu, sehingga terjadi konflik di
antara mereka.
2. Adanya
perbedaan kepribadian diantara mereka yang disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang kebudayaan.
3. Adanya
perbedaan kepentingan individuatau kelompok diantara mereka.
4. Adanya
perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya
perubahannilai/ sistem yang berlaku.
Ø Kekuatan
di Dalam Kelompok
Di
dalam interaksi ada kekuatan atau pengaruh. Anggota kelompok menyesuaikan satu
dengan yang lainnya dengan berbagai cara. Mereka mempercepat dan memperlambat
aktivitasnya untuk dapat berkoordinasi di antara mereka. Anggota kelompok yang
berinteraksi, secara teta mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penggunaan kekuatan
untuk mencapai tujuan dan memelihara kelompok. Keputusan tidak mungkin
ditetapkan tanpa kekuatan anggota-anggota kelompok. Minat-minat yang
bertentangan dan konflik tidak mungkin dapat diatur tanpa menggunakan kekuatan.
Tidak ada komunikasi tanpa pengaruh, yang berarti tidak ada komunikasi tanpa
kekuatan. Dengan demikian, kekuatan merupakan hal yang esensi bagi semua aspek
keberfungsian kelompok.
Kekuatan
tercermin pada kemampuan seseorang untuk membuat orang lain bertingkah laku
tertentu. Jadi kekuatan itu adalah pengaruh. Apabila di dalam kelompok ada
kondisi kooperatif dan tujuan kelompok memungkinkan untuk di capai, para
anggota kelompok menggunakan kekuatannya ke arah yang sama, dan hanya ada
sedikit atau bahkan tidak ada perlawanan untuk menerima pengaruh dari anggota
lain.
Akan
terjadi konflik dan adanya perlawanan untuk menerima pengaruh anggota lain.
Perlawanan adalah kekuatan psikologis pada diri seseorang yang menolak pengaruh
lain. (Huraerah, Purwanto, 2010: 41)
1. Kekuatan
personal
Kebutuhan
dasar setiap anggota kelompok adalah memiliki pengaruh terhadap kelompok.
Ada
beberapa langkah di dalam proses dimana kekuatan personal dimobilisasi untuk
mencapai tujuan.
Langkah
pertama di dalam memanfaatkan kekuatan anggota kelompok adalah menentukan
terlebih dahulu tujuan personal yang ada pada dirinya.
Langkah
kedua adalah menentukan sumber-sumber personal.
Langkah
ketiga adalah menentukan kebutuhan gabungan yaitu menilai informasi dan
sumber-sumber mana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Langkah
keempat adalah melakukan kontrak, yaitu baim secara formal maupun tidak formal
anggota kelompok menyusun rencana untuk mencapai tujuan.
2. Basis
kekuatan
Ada
enam kemungkinan yang dapat mendasri kekuatan sseorang, yaitu:
a. Kemampuan
untuk memberikan ganjaran dan atau memaksa.
b. Posisi
di dalam kelompok atau organisasi
c. Sebagai
referensi
d. Mempunyai
keahlian
e. Informasi
3. Kekuatan
dan pemecahan masalah
Kelompok
yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah dapat meningkatkan keefektifannya,
apabila: (a) kekuatan anggota kelompokrelatif seimbang, (b) kekuatan
berdasarkan pada kompetisi, keahlian dan informasi.
Ø Kohesi
Kelompok
Aspek
penting dari kelompok yang efektif adalah kohesi yang merupakan faktor utama
dari keberadaan kelompok. Ketertarikan pada keanggotaan kelompok dari setiap
anggota kelompok menggambarkan kohesi kelompok. Jadi kohesi kelompok dapat
didefinisikan sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk
tetap menjadi anggota kelompok tersebut. (Huraerah, Purwanto, 2010: 44)
Ø Pengambilan
keputusan
Kelompok
yang efektif dapat menghasilkan keputusan dengan kualitas baik. Keputusan yang
dihasilkan merupakan produk kesepakatan anggota-anggota kelompok untuk
melakukan sesuatu yang biasanya merupakan hasil pemilihan dari beberapa
kemungkinan yang berbeda. Tidak semua keputusan berasal dari masalah yang
sangat berat, beberapa masalah kecil pun menuntut penentuan keputusan
(Huraerah, Purwanto, 2010: 47).
Ø Pemecahan
Masalah
Pemecahan
masalah merupakan fokus utama dari keterampilan kelompok. Masalah adalah
pertentangan atau perbedaan antara yang seharusnya terjadi dengan yang
sesungguhnya.
Pemecahan
masalah adalah suatu proses menetukan jawaban atau sesuatu yang tidak
diinginkan. Ada lima langkah di dalam proses memecahkan masalah (Huraerah,
Purwanto, 2010: 52):
1. Mendefinisikan
masalah
2. Melakukan
diagnose besarnya masalah dan penyebabnya
3. Merumuskan
alternatif strategi atau merencanakan pemecahannya
4. Menentukan
dan melaksanakan strategi yang paling dikehendaki
5. Mengevaluasi
keberhasilan strategi yang digunakan.
Ø Unsur-unsur
Dinamika Kelompok
Pada
bagian ini akan dibahas mengenai unsur-unsur dinamika kelompok, yang juga
disebut dengan variabel-variabel dinamika kelompok atau juga disebut dengan
dimensi-dimensi dinamika kelompok. Unsur-unsur dinamika kelompok tersebut,
yaitu: (1) tujuan kelompok, (2) kekompakan kelompok, (3) struktur kelompok, (4)
fungsi tugas kelompok, (5) pengembangan dan pemeliharaan kelompok, (6) suasana
kelompok, (7) efektivitas kelompok, (8) tekanan kelompok, (9) maksud
terselubung. (Hartinah, 2009: 75)
1. Tujuan
Kelompok
Setiap
kelompok, apapun bentuknya tetap memiliki tujuan yang hendak dicapai dari
aktivitas berkelompok tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Johnson dan
Johnson mengemukakan pengertian tujuan kelompok sebagai suatu keadaan di masa
mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok dan oleh karena itu
mereka melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka mencapai keadaan
tersebut.
Suatu
tujuan kelompok yang efektif harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
a. Tujuan
tersebut dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur, dan dapat
diamati.
b. Tujuan
tersebut mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan realistik, dapat
diterima, dan dapat dicapai.
c. Anggota-anggota
kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
d. Adanya
keseimbangan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dalam mencapai tujuan individu
dan tujuan kelompok.
e. Terjadinya
konflik yang berkaitan dengan tujuan dan tugas-tugas kelompok yang dapat
diselesaikan dengan baik.
f. Tujuan
tersebut bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang
kecil dalam mencapainya.
g. Tercapainya
tingkat koordinasi diantara anggota-anggota.
h. Tersedianya
sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas dan tujuan-tujuan
kelompok.
i.
Adanya kemudahan
untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok.
j.
Berapa lama
waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
(Hartinah, 2009: 76)
2. Kekompakan
Kelompok
Cartwright
dan Zander merumuskan pengertian kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua
tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal berada dalam
kelompok. (Huraerah, Purwanto, 2010: 58)
3. Struktur
kelompok
Shaw
mengemukakan bahwa struktur kelompok adalah pola-pola hubungan diantara berbagai
posisi dalam suatu susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur kelompok
terdapat tiga unsur penting yang terbaik dalam struktur kelompok yaitu, posisi,
status, dan peranan pelu ditelaah.(Hartinah, 2009: 77)
4. Fungsi
tugas kelompok
Berkaitan
dengan hal-hal yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan oleh kelompok dalam
usaha mencapai tujuan kelompok, maka kiranya perlu dijelaskan hal-hal yang
perlu dilakukan oleh kelompok.
5. Pengembangan
dan pemeliharaan kelompok
Pengembangan
dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam
kelompok. Antara lain:
a. Pembagian
tugas yang jelas
b. Kegiatan
yang terus menerus dan teratur
c. Ketersediaan
fasilitas yang mendukung dan memadai
d. Peningkatan
partisipasi anggota kelompok
e. Adanya
jalinan komunikasi antar anggota kelompok
f. Adanya
pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok
g. Timbulnya
norma-norma kelompok
h. Adanya
proses sosialisasi kelompok
i.
Kegiatan untuk
menambah anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama.
6. Suasana
Kelompok
Suasana
kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari
berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota
kelompok.
7. Efektivitas
kelompok
Pedoman
untuk menciptakan kelompok yang efektif:
a. Ciptakan
tujuan kelompok yang jelas
b. Ciptakan
komunikasi dua arah yang efektif
c. Patikan
bahwa kepemimpinan dan keikutsertaan merata antara anggota kelompok.
d. Pastikan
bahwa penggunaan kekuasaan dibagi antar anggotanya.
e. Sesuaikan
metode pengambilan keputusan dengan: waktu, sumber daya yang tersedia, ukuran
dan pentingnya keputusan, dan jumlah anggota yang hadir.
f. Dorong
perdebatan yang timbul ketika anggota kelompok menyampaikan pandangan mereka.
g. Pastikan
bahwa anggotanya menghadapi konflik dengan menggunakan negosiasi yang
menyatukan dan jalan tengah untuk mmecahkan konflik tersebut secara membangun.
(Johnshon 2012:27)
8. Tekanan
Kelompok
Peranan
kelompok (group pressure) berbeda dengan kelompok tekanan (pressure group).
Group pressure yaitu tekanan/ desakan yang berasal dari kelompok itu sendiri. Sedangkan
presure goup mengacu pad tekanan/ desakan yang berasal dari luar kelompok atau
adanya kelompok tandingan berupa desakan-desakan kelompok lain terhadap suatu
kelompok. Dapat pula dalam bentuk harapan-harapan masyarakat pada anggota
kelompok. (Hartinah, 2009: 82)
9. Maksud
terselubung
Johnson dan Johnson, mengemukakan bahwa maksud-maksud
terselubung adalah tujuan perorangan (pribadi yang tidak diketahui) oleh
anggota-anggota kelompok lainnya dan tujuan tersebut seringkali berlainan atau
berlawanan dengan tujuan kelompok yang dominan. (Hartinah, 2009: 83)
DAFTAR REFERENSI
Hartinah, Sitti. 2009, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok.
Bandung: Refika Aditama.
Huraerah, Abu. Purwanto. 2010, Dinamika Kelompok. Bandung: Refika
Aditama.
Johnson, David. Johnson Frank. Alih
Bahasa: Theresia SS. 2012, Dinamika Kelompok. Jakarta: Indeks.
mas mau tanya, disitu ada beberapa aspek dinamika kelompok sperti komunikasi, konflik dll. itu diambil dari teori tokoh siapa?
ReplyDeleteCoba Dilihat kembali dalam tulisan diatas apakah ada atau tidak dan menurut dari pandangan siapakah yang ada ditulisan jika tidak ada silahkan hubungi saya saja 085291616343 tapi sepertinya sudah saya jelasakn pada teori mau pun penjelasan yang pas dan menurut siapa dengan berbagai sumber yang ada begitu ya jika belum jelas bisa hubungi saya terimakasih
Delete