Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Monday, 1 April 2013

Konsep Psikologis Manusia

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subyek dan
obyek sekaligus. Menusia berfikir dan merenung, kemudian menjadikan
dirinya sebagai obyek fikiran dan renungan.. Manusia sangat menarik
di mata manusia itu sendiri. Terkadang manusia dipuja, tetapi di kala
yang lain ia dihujat. Scara internal manusia sering merasa bangga dan
bahagia menjadi manusia, tetapi di mata orang lain atau di waktu yang
lain, ia terkadang menyesali diri sendiri, menyesali keberadaannya
sebagai manusia.


Ada manusia yang perilakunya berada di luar batas perikemanusiaan,
tetapi ada juga manusia yang begitu tinggi tingkat kemanusiaannya
sehingga ia disebut sebagai "manusia suci". Pada umumnya manusia
tertarik untuk bertanya tentang dirinya ketika berada dalam puncak-
puncak kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keberhasilan dan puncak
kegagalan. Ada kesepakatan pandangan, bahwa betapapun manusia terdiri
dari jiwa dan raga, tetapi penilaian tentang kualitas manusia
terfokus pada  jiwanya, terkadang disebut hatinya, karena hakikat
manusia adalah jiwanya..

Dalam sejarah keilmuan, lahirnya filsafat, antropologi, psikologi,
ekonomi dan politik sesungguhnya juga merupakan upaya mencari jawaban
tentang manusia, tetapi  khusus tentang jiwa manusia,  ia dibahas
oleh filsafat, psikologi  dan agama.

Psikologi sebagai disiplin ilmu baru lahir pada akhir abad 18 Masehi,
tetapi akarnya telah menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitip
ummat manusia. Plato sudah mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya,
tubuhnya hanya sekedar alat saja. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa
adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan  adalah fungsi dari
mata. Hinga kini sekurang-kurangnya ada empat mazhab psikologi, yakni
(1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme.
Empat mazhab itu menggambarkan adanya dinamika pemahaman terhadap
manusia yang sifatnya trial and error.

Freud dengan teori psikoanalisanya  memandang manusia sebagai homo
volens, yakni makhjluk yang perilakunya dikendlikan oleh alam bawah
sadarnya. Menurut teori ini, perilaku manusia  merupakan hasil
interaksi dari tiga pilar kepribadian; id, ego dan super ego, yakni
komponen biologis, psikologis dan social, atau komponen hewani,
intelek dan moral.

Teori ini dibantah oleh Behaviorisme yang memandang perilaku manusia
bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi
sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang nampak,y ang terukur,
dapat diramal dan dapat dilukiskan. Menurut teori ini manusia disebut
sebagai homo mechanicus, manusia mesin. Mesin adalah benda yang
bekerja tanpa ada motiv di belakangnya, sepenuhnya ditentukan oleh
factor obyektip (bahan baker, kondisi mesin dsb). Manusia tidak
dipersoalkan apakah baik atau tidak, tetapi ia sangat plastis, bisa
dibentuk menjadi apa dan siapa sesuai dengan lingkungan yang dialami
atau yang dipersiapkan untuknya.

Teori ini dibantah lagi oleh teori Kognitip yang menyatakan bahwa
manusia tidak tunduk begitu saja kepada lingkungan, tetapi ia bisa
aktip bereaksi  secara aktip terhadap lingkungan dengan cara
berfikir. Manusia berusaha memahami  lingkungan yang dihadapi dan 
merespond dengan fikiran yang dimiliki. Oleh karena itu menurut teori
Kognitip, manusia disebut sebagai homo sapiens, makhluk yang berfikir.

Teori Kognitip dilanjutkan oleh teori Humanisme. Psikologi Humanistik
memandang manusia sebagai eksistensi yang positip dan menentukan.
Manusia adalah makhluk yang unik, memiliki cinta, krestifitas, nilai
dan makna serta pertumbuhan pribadi. Oleh karena itu teori Humanisme
menyebut manusia sebagai homo ludens, yakni manusia yang mengerti
makna kehidupan.

Psikologi lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak
mengenal Tuhan, dosa maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi
adalah sehat psikologis dan sakit psikologis. Meski demikian dewasa
ini Psikologi Humanistik sudah mulai meraba-raba wilayah yang
sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual
dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.


No comments:

Post a Comment