Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Monday, 21 April 2014

Penelitian Korelasi



Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);  dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.

Kelebihan-kelebihan penelitian korelasional juga mengandung, antara lain:
1.      Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan).
2.      Penelitian korelasional  dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).

Kelemahan-kelemahan penelitian korelasional antara lain.
1.      Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal;
2.      Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas;
3.      Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
4.      Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional adalah sebagai berikut.
Ø    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
Ø    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
Ø    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
Ø    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
Ø    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
Ø    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
Ø    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Ø    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.

DESAIN PENELITIAN
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5)



1.      Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabe;. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan antara sres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
2.      Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
3.      Regresi Jamak (Multiple Regression)  
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).
Jika saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan(seberapa baik saya memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini (baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
4.      Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi, mental,dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, cemas, depresi, danseterusnya. Atau di pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, cemas, depresi, dan seterusnya.
5.      Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melaluipsikologi, jalur utama yang berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.
Desain panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus. Itu digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa menonton kekerasan di TV lebih mengarah pada kekerasan perilaku daripada cara lain.
6.      Analisis Sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap performasi siswa, usaha pengajaran, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
PROSEDUR PENELITIAN KUANTITATIF KORELASIONAL

1.      Populasi
Populasi merupakan sumber asal sampel diambil.Beberapa memahami populasi sebagai sebuah keseluruhan. Menurut Sugiyono, populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Batas populasi bukannya tempat dan waktu penelitian, tetapi karakteristik elemen atau individu populasi. Misalnya, bila populasinya adalah mahasiswa Surakarta yang orang tuanya berprofesi sebagai pedagang, maka mahasiswa perguruan tinggi di Surakarta yang orang tuanya tidak berprofesi sebagai pedagang bukan populasi walaupun mengambil kuliah di Surakarta.
2.      Sampel
Menurut Soenarto, sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Dengan kata lain, sampel yang diambil dari populasi bukan semata-mata sebagin dari populasi, tetapi haruslahre presentatif. Supaya sampel representatif, maka sampel diambil sebagian dari populasi dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Bila sampel yang dipilih tiak representatif  maka kesimpulan yang dibut atas populasi menjadi salah.
3.      Teknik  penarikan sampel
             Ada dua jenis teknik penarikan sampel yaitu teknik penarikan sampel probabilitas dan teknik penarikan sampel nonprobabilitas.Teknik penarikan sampel probabilitas adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memilki kesempatan yang sama untuk di pilih sebagai sampel.
Sementara itu teknik penarikan sampel nonprobabilitas adalah sutu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama.Anggota yang satu memiliki kesempatan yang lebih besar dibandingkan anggota yang lain.
Ada beberapa teknik penarikan sampel probabilitas yaitu teknik acak sederhana (simple random sampling), teknik acak sistematis (sistematic random sampling), teknik acak berlapis (stratified random samping), dan teknik acak berkelompok (cluster random sampling). Teknik acak sederhana (simple random sampling)
a)      Teknik acak sederhana (simple random sampling)
Syarat yang harus dilakukan untuk teknik ini adalah jika populasi dari suatu penelitian homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya. Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel ini adalah:
o   Membentuk kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut seluruh unsur yang ada dalam kerangka sampel
o   Memilih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian dan menggunakan Tabel Angka Acak.
b)      Teknik acak sistemtis (systematis random sampling)
Jika jumlah populasi sangat banyak dan homogen, dan jumlah sampel yang akan diambil juga banyak, teknik penarikan sampel acak sederhana akan menyulitkan karena merepotkan. Untuk itu, jika syarat populasi homogen, dapat digunakan cara yang lain yaitu teknik penarikan sampel acak sistematis (systematic random sampling).
Tahapan yang dilakukan untuk menarik sampel ini adalah sebagai berikut:
o   Susunlah kerangka sampel (daftar nama populasi) dalam kelompok dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah responden.
o   Pilihlah satu kelompok yang ada dengan cara acak.
c)      Teknik acak terlapis (stratafied random sampling)
Teknik ini dilakukan apabila populasinya heterogen. Teknik penarikan sampel ini harus melihat pada perbedaan sifat dari populasi. Ada dua jenis stratified random sampling, yaitu proporsional-sample sebanding dengan jumlah populasi dan nonproporsional-sample tidak sebanding dengan populasi.
Tahapan yng dilakukan pada teknik ini adalah:
o   Tentukan karakteristik/lapisan/kelompok populasi
o   Tentukan sampel dari setiap sampel/lapisan
o   Pilihlah anggota sampel dari setiap lapisan/kelompok dengan bantuan teknik penarikan sampel acak sederhana atau sistematis.
d)     Teknik acak berkelompok
Teknik ini digunakan jika kita memiliki keterbatasan kren ketiadaan kerngka sampel (daftar nama seluruh anggota populasi), namun kita memiliki data yang lengkap tentang kelompok.
Ada dua jenis teknik penarikan sampel acak berkelompok yaitu penarikan sampel kelompok satu tahap ( a stage cluster random sampling) jika karakteristiknya homogen dan penarikan sampel kelompok banyk tahap (multistages cluster random sampling) jika karateristiknya heterogen.   
Selanjutnya,  teknik penarikan sampel nonprobabilita terdapat beberapa jenisnya yaitu teknik penarikan sampel aksidental, teknik penarikan sampel purposive, teknik pennarikan sampel kuota, teknik penarikan sampel bola salju. Teknik penarikan sampel ini mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kesempatan yang sama bagi anggota sehingga hasil penelitian dengan menggunakan teknik ini tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan kondisi pada populasi.

4.      pengembangan instrumen penelitian
Pengumpulan data penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengukur. Pengkukuran dilakukan menggunakan alat ukur atau instrumen. Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Dalam penelitian alam udh banyak alat ukur yang bisa digunakan seperti timbangan, mistar, termometer, arloji dan lain sebagainya. Dalam penelitian sosial, pengukuran variabel juga dapat dilakukan enggunakan alat ukur yang telah dibakukan. Sayangnya, dalam ilmu sosial banyak vriabel yang belum dikembangkan alat ukurnya. Adapun proses atau prosedur dalam pemabakuan alat ukur atau instrumen dalam ilmu sosial yaitu:
a.       Identifikasi varibel
Variabel merupakan gejala yang dipersoalkan dalam masalah penelitian. Gejla itu sifat atau karakter yang membedakan (discriminating). Gejala itu nilainya bervariasi. Contohnya yaitu berbagai variabel terbuka dalam pendidikan dengan sumber data: guru, kepala sekolah, buku teks, murid, kurikulum, media, evaluasi, lingkungan, metode pembelajaran dan lain sebagainya.Dari murid misalnya dapat diteliti variabel: jenis kelamin, latar pendidikan, motivasi belajar, prestasi belajar, kreatifitas berpikir, sikap terhadap bidang studi tertentu, status sosial ekonomi, penilaian terhadap kinerja guru, dan sebagainya. Dari kepala sekolah dapat diteliti variabel: jenis kelamin, penghasilan, jumlah keluarga, pendidikan, lama kerja, produktifitas kerja, kemampuan manajerial, pola kepemimpinan, dan sebagainya.
b.      Deskripsi teori atau materi
Dalam penelitian kuantitatif korelasional, teori atau materi sangat menentukan dalam pengembangan instrumendata variabel yang ingin dikumpulkan didasarkan pada informasi mengenai variabel yang telah didiskusikan dalam teori, sehingga macam data sangat ditentukan oleh definisi teori tentang variabel yang akan diukur datanya.
c.       Pengembangan spesifikasi
Spesifikasi dikembangkan agar dua atau lebih pengembang instrumen menghasilkan instrumen yang sama kualitasnya karena bekerja atas dasar spesifikasi yang sama. Spesifikasi yang dikembangkan menyangkut penentuan jenis instrumen, banyak butir, waktu uji coba, peserta uji coba, aturan skoring, kriteria uji coba, definisi konseptual, definisi operasional, dan menyusun kisi-kisi instrumen.
d.      Menuliskan butir-butir test.
e.       Uji coba atau kalibrasi
Butir yang ditulis berdasarkan kisi-kisi adalah yang baik secara teori juga baik secara empiris dan perlu dilakukan uji coba. Uji coba ,melibatkan pengujian reliabilitas dan validitas. Reliabilitas adalah kemampuan suatu alat ukur memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap. Sedang validitas adalah mencerminkan kemampuannya mengukur secara tepat gejala yang diukur.
f.       Kompilasi instrumen
Menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik. Butir kompilasi adalah butir yang siap digunakan untuk mengumpulkan data. 
5.      Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada  artinya.
6.      Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1.  Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama.
7.      Langkah- langkah dalam penelitian
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalan penelitian kuntitatif korelsional, yaitu:
a.       Identifikasi masalah, yaitu proses pengamatan, pencatatan, dan pengenalan masalah
b.      Menyusun kerngka teori dan mengajukan hipotesis
c.       Mengembangkan instrumen berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya untuk pengumpulan data
d.      Menganalisis data untuk menguji hipotesis dan menjawab masalah.

CIRI-CIRI PENELITIAN KORELASIONAL
Ada beberapa ciri utama penelitian korelasional yang harus diketahui oleh seorang calon dan peneliti korelasional (Damin, 2002; Creswell, 2008).
1.      Variable yang diteliti relative rumit; tidak dapat dieksperimentasikan dan dimanipulasikan.
2.      Mengukur variable yang berhubungan secara serentak dalam situasi realistic
3.      Koefisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negative, sigifikan atau tidak signifikan.
4.      Satu atau lebih variable disebut variable bebas (independent variable/s) dan satu atau lebih variable terikat (dependent variable/s).
Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan atau tak   dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
D. Macam Penelitian  Korelasional
1.    Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan
antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2.    Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3.    Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2008). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.




DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.


1 comment:

  1. Khusus Analisis Dengan Software STATA, Banxia Frontier Analysis (BFA)
    Frontier 4.1, DEAP 2.1, SPSS, AMOS, LISREL, EVIEWS, SMARTPLS, Software R
    WA : +6285227746673
    IG : @olahdatasemarang

    ReplyDelete