Penelitian korelasional
mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki
hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan
Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat
(kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010).
Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini
berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan,
ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki
beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat
melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. Selanjutnya,
Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi,
sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa
variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan
analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Kelebihan-kelebihan
penelitian korelasional juga mengandung, antara lain:
1. Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara
bersama-sama (simultan).
2. Penelitian korelasional dapat memberikan informasi tentang derajat
(kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Sedangkan, kelemahan
penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa
sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).
Kelemahan-kelemahan
penelitian korelasional antara lain.
1. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti
menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal;
2. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebas;
3. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
4. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna.
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh
peneliti dalam penelitian korelasional adalah sebagai berikut.
Ø Peneliti
berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
Ø Peneliti
bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
Ø Peneliti
memilih statistik yang tidak tepat
Ø Peneliti
menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
Ø Peneliti
tidak melakukan studi validitas silang
Ø Peneliti
menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
Ø Peneliti
gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis
jalur
Ø Peneliti
salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
DESAIN
PENELITIAN
Penelitian korelasional mempunyai
bermacam jenis rancangan, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi
(3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang
digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy &
Zechmeister,2000:2-5)
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi
bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara dua variabe;. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan
tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya
diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi.
Korelai zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang
bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah
hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin
tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi
dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan antara sres
dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
2. Regresi dan
Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua
variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel
kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat
membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun
+1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara
stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres kita, kita dapat
memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
3. Regresi
Jamak (Multiple Regression)
Regresi jamak merupakan perluasan
regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi
beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk
membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel
kriteria (criterion variabel). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi,
variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor
variables).
Jika saya tidak hanya mengetahui
skor stres, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan(seberapa baik saya
memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini (baik saya
secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat memprediksikan secara
tepat status kesehatan saya. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor
stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel
kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
4. Analisis
faktor
Prosedur statistik ini
mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan
dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting
yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan
fisik, emosi, mental,dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada
kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara
beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum.
Banyak pertanyaan berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional.
Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang
marah, cemas, depresi, danseterusnya. Atau di pihak lain, jika masing-masing
pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara
pertanyaan yang berhubungan dengan marah, cemas, depresi, dan seterusnya.
5. Rancangan
Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat
digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat
menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis
jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged
panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari
sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat hubungan antara stres dan kesehatan.
Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil
melaluipsikologi, jalur utama yang berhubungan dengan stres dan kesehatan
melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi
faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga
mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri
kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan
yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara
stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi
untuk menggambarkan kesimpulan ini.
Desain panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada
dua titik sekaligus. Itu digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa
menonton kekerasan di TV lebih mengarah pada kekerasan perilaku daripada cara
lain.
6. Analisis
Sistem (System Analysis)
Desain ini
melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks/rumit untuk menentukan
proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta
unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk
menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang
tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap
performasi siswa, usaha pengajaran, dan performasi siswa. Masing-masing unsur
ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
PROSEDUR PENELITIAN KUANTITATIF KORELASIONAL
1. Populasi
Populasi merupakan sumber asal
sampel diambil.Beberapa memahami populasi sebagai sebuah keseluruhan. Menurut
Sugiyono, populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Batas populasi
bukannya tempat dan waktu penelitian, tetapi karakteristik elemen atau individu
populasi. Misalnya, bila populasinya adalah mahasiswa Surakarta yang orang
tuanya berprofesi sebagai pedagang, maka mahasiswa perguruan tinggi di
Surakarta yang orang tuanya tidak berprofesi sebagai pedagang bukan populasi
walaupun mengambil kuliah di Surakarta.
2. Sampel
Menurut Soenarto, sampel adalah
suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan
kelompok populasi. Dengan kata lain, sampel yang diambil dari populasi bukan
semata-mata sebagin dari populasi, tetapi haruslahre presentatif. Supaya sampel representatif, maka
sampel diambil sebagian dari populasi dengan cara tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan. Bila sampel yang dipilih tiak representatif maka kesimpulan yang dibut atas populasi
menjadi salah.
3. Teknik penarikan sampel
Ada dua jenis teknik penarikan sampel yaitu
teknik penarikan sampel probabilitas dan teknik penarikan sampel
nonprobabilitas.Teknik penarikan sampel probabilitas adalah suatu teknik
penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memilki
kesempatan yang sama untuk di pilih sebagai sampel.
Sementara itu teknik penarikan
sampel nonprobabilitas adalah sutu teknik penarikan sampel yang mendasarkan
pada setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama.Anggota yang
satu memiliki kesempatan yang lebih besar dibandingkan anggota yang lain.
Ada beberapa teknik penarikan sampel
probabilitas yaitu teknik acak sederhana (simple random sampling), teknik acak
sistematis (sistematic random sampling), teknik acak berlapis (stratified
random samping), dan teknik acak berkelompok (cluster random sampling). Teknik
acak sederhana (simple random sampling)
a) Teknik acak
sederhana (simple random sampling)
Syarat yang harus dilakukan untuk
teknik ini adalah jika populasi dari suatu penelitian homogen dan tidak terlalu
banyak jumlahnya. Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel ini adalah:
o Membentuk
kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut seluruh unsur yang ada dalam
kerangka sampel
o Memilih
unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian dan menggunakan Tabel Angka
Acak.
b) Teknik acak
sistemtis (systematis random sampling)
Jika jumlah populasi sangat banyak
dan homogen, dan jumlah sampel yang akan diambil juga banyak, teknik penarikan
sampel acak sederhana akan menyulitkan karena merepotkan. Untuk itu, jika
syarat populasi homogen, dapat digunakan cara yang lain yaitu teknik penarikan
sampel acak sistematis (systematic random sampling).
Tahapan yang dilakukan untuk menarik sampel ini adalah
sebagai berikut:
o
Susunlah kerangka sampel (daftar
nama populasi) dalam kelompok dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah
responden.
o
Pilihlah satu kelompok yang ada
dengan cara acak.
c)
Teknik acak terlapis (stratafied
random sampling)
Teknik ini dilakukan apabila
populasinya heterogen. Teknik penarikan sampel ini harus melihat pada perbedaan
sifat dari populasi. Ada dua jenis stratified random sampling, yaitu
proporsional-sample sebanding dengan jumlah populasi dan nonproporsional-sample
tidak sebanding dengan populasi.
Tahapan yng dilakukan pada teknik ini adalah:
o
Tentukan
karakteristik/lapisan/kelompok populasi
o
Tentukan sampel dari setiap
sampel/lapisan
o
Pilihlah anggota sampel dari setiap
lapisan/kelompok dengan bantuan teknik penarikan sampel acak sederhana atau
sistematis.
d)
Teknik acak berkelompok
Teknik ini digunakan jika kita
memiliki keterbatasan kren ketiadaan kerngka sampel (daftar nama seluruh
anggota populasi), namun kita memiliki data yang lengkap tentang kelompok.
Ada dua jenis teknik penarikan
sampel acak berkelompok yaitu penarikan sampel kelompok satu tahap ( a stage
cluster random sampling) jika karakteristiknya homogen dan penarikan sampel
kelompok banyk tahap (multistages cluster random sampling) jika karateristiknya
heterogen.
Selanjutnya, teknik penarikan sampel nonprobabilita
terdapat beberapa jenisnya yaitu teknik penarikan sampel aksidental, teknik
penarikan sampel purposive, teknik pennarikan sampel kuota, teknik penarikan
sampel bola salju. Teknik penarikan sampel ini mempunyai kelemahan yaitu tidak
adanya kesempatan yang sama bagi anggota sehingga hasil penelitian dengan
menggunakan teknik ini tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan kondisi pada
populasi.
4. pengembangan instrumen penelitian
Pengumpulan data penelitian
kuantitatif dilakukan dengan mengukur. Pengkukuran dilakukan menggunakan alat
ukur atau instrumen. Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Dalam
penelitian alam udh banyak alat ukur yang bisa digunakan seperti timbangan,
mistar, termometer, arloji dan lain sebagainya. Dalam penelitian sosial,
pengukuran variabel juga dapat dilakukan enggunakan alat ukur yang telah dibakukan.
Sayangnya, dalam ilmu sosial banyak vriabel yang belum dikembangkan alat
ukurnya. Adapun proses atau prosedur dalam pemabakuan alat ukur atau instrumen
dalam ilmu sosial yaitu:
a.
Identifikasi varibel
Variabel merupakan gejala yang
dipersoalkan dalam masalah penelitian. Gejla itu sifat atau karakter yang
membedakan (discriminating). Gejala itu nilainya bervariasi. Contohnya yaitu
berbagai variabel terbuka dalam pendidikan dengan sumber data: guru, kepala
sekolah, buku teks, murid, kurikulum, media, evaluasi, lingkungan, metode
pembelajaran dan lain sebagainya.Dari murid misalnya dapat diteliti variabel:
jenis kelamin, latar pendidikan, motivasi belajar, prestasi belajar,
kreatifitas berpikir, sikap terhadap bidang studi tertentu, status sosial ekonomi,
penilaian terhadap kinerja guru, dan sebagainya. Dari kepala sekolah dapat
diteliti variabel: jenis kelamin, penghasilan, jumlah keluarga, pendidikan,
lama kerja, produktifitas kerja, kemampuan manajerial, pola kepemimpinan, dan
sebagainya.
b.
Deskripsi teori atau materi
Dalam penelitian kuantitatif
korelasional, teori atau materi sangat menentukan dalam pengembangan
instrumendata variabel yang ingin dikumpulkan didasarkan pada informasi
mengenai variabel yang telah didiskusikan dalam teori, sehingga macam data
sangat ditentukan oleh definisi teori tentang variabel yang akan diukur
datanya.
c.
Pengembangan spesifikasi
Spesifikasi dikembangkan agar dua
atau lebih pengembang instrumen menghasilkan instrumen yang sama kualitasnya
karena bekerja atas dasar spesifikasi yang sama. Spesifikasi yang dikembangkan
menyangkut penentuan jenis instrumen, banyak butir, waktu uji coba, peserta uji
coba, aturan skoring, kriteria uji coba, definisi konseptual, definisi
operasional, dan menyusun kisi-kisi instrumen.
d.
Menuliskan butir-butir test.
e.
Uji coba atau kalibrasi
Butir yang ditulis berdasarkan
kisi-kisi adalah yang baik secara teori juga baik secara empiris dan perlu
dilakukan uji coba. Uji coba ,melibatkan pengujian reliabilitas dan validitas.
Reliabilitas adalah kemampuan suatu alat ukur memberikan hasil pengukuran yang
relatif tetap. Sedang validitas adalah mencerminkan kemampuannya mengukur
secara tepat gejala yang diukur.
f.
Kompilasi instrumen
Menyusun kembali butir setelah uji coba dengan
membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik. Butir kompilasi adalah
butir yang siap digunakan untuk mengumpulkan data.
5. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat
digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti
angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut
harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel
dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian
prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum
variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria
tersebut tidak ada artinya.
6. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam
penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran
suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian
korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan
untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.
Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi
untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap
variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa
bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel,
misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat
digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan
secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau
analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya
dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta
tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian
korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen
korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan
nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang
variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif
yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama.
7. Langkah- langkah dalam penelitian
Ada beberapa langkah yang dilakukan
dalan penelitian kuntitatif korelsional, yaitu:
a. Identifikasi
masalah, yaitu proses pengamatan, pencatatan, dan pengenalan masalah
b. Menyusun
kerngka teori dan mengajukan hipotesis
c. Mengembangkan
instrumen berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya untuk pengumpulan data
d. Menganalisis
data untuk menguji hipotesis dan menjawab masalah.
CIRI-CIRI
PENELITIAN KORELASIONAL
Ada beberapa
ciri utama penelitian korelasional yang harus diketahui oleh seorang calon dan
peneliti korelasional (Damin, 2002; Creswell, 2008).
1. Variable yang diteliti relative rumit; tidak dapat dieksperimentasikan
dan dimanipulasikan.
2. Mengukur variable yang berhubungan secara serentak dalam situasi
realistic
3. Koefisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negative,
sigifikan atau tidak signifikan.
4. Satu atau lebih variable disebut variable bebas (independent
variable/s) dan satu atau lebih variable terikat (dependent variable/s).
Penelitian macam ini cocok
dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan atau tak
dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
Studi macam ini memungkinkan
pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam
keadaan realistiknya.
Output dari penelitian ini
adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak
adanya saling hubungan tersebut. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel
tertentu berdasarkan variabel bebas.
D. Macam
Penelitian Korelasional
1. Penelitian
Hubungan
Penelitian hubungan, relasional,
atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan
untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
tingkat atau derajat hubungan
antara sepasang variabel
(bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari
penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang
kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti
hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan
penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel
tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi
sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang
digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut.
Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan
teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing
variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian
hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel
dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya.
Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti
menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya.
Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil
penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin
berhubungan.
2. Penelitian
Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang
pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau
peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena
keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan
diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini
memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat
dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau
variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana
penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola
tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau
yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang
diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk
memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat
prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara
penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang
mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,
peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah
atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel
mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih
awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam
waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan
bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan
satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel
diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum
variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi
Multivariat
Teknik untuk mengukur dan
menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih
disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple
regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda.
Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor
(variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat.
Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat
prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010),
yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi
terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan
masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian,
penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada
dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan
untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda
yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih
dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan,
bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel
kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai
perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap
sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2008). Seringkali
korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk
meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang
serupa atau berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional
Emzir. 2009.
Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sukardi.
2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Khusus Analisis Dengan Software STATA, Banxia Frontier Analysis (BFA)
ReplyDeleteFrontier 4.1, DEAP 2.1, SPSS, AMOS, LISREL, EVIEWS, SMARTPLS, Software R
WA : +6285227746673
IG : @olahdatasemarang