Serangkaian teori pendekatan karir yang ada
perlu konselor pahami dalam aplikasinya untuk memeberikan layanan bimbingan dan
konseling karir yang efektif. Dimana output
dari sekolah yang dibina masing-masing konselor mampu menjadi outcome bagi pengguna mereka dengan
kualitas yang diharapkan masyarakat. Misalnya saja dalam penmgambilan keputusan
terkait dengan jurusan. Masih banyak ditemui siswa yang salah ambil jurusan
bahkan salah masuk perguruan tinggi. Dalam ranah ini konselor harus memberikan
intervensi yang tepat guna membantu siswa agar tidak sampai salah pilih terkait
dengan jurusan maupun perguruan tinggi yang akan dia masuki. Masih banyak
contoh lainnya yang menngambarkan bahwa individu gagal dalam karir karena tidak
tahu bagaimana memilih arah pilih karir yang sesuai dengan minat, bakat,
potensi dan kepribadiannya.
Maka dari itu dalam
penyusunan makalah ini penyusun akan mencoba memaparkan beberapa teori
endekatan karir yakni dalah teori pendekatan karir kognisi, konstruktivisme,
ekonomi, kompromi, belajar sosial, dan kepribadian.
A.
Teori Kognitif Sosial dalam Glading, 415
Teori
karir kognitif sosial –social cognitive
career theory (SCCT)- pertama kali dipublikasikan pada tahun 1994 dan telah
memberikan dampak yang besar pada penelitian terkait masalah pemilihan karir
(Glading, 2011:415. Landasan utama untuk pendekatan ini terletak di teori
kognitif sosial Bandura (1986) yang umum yang menekankan cara kompleks di mana
perilaku dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain. Mengambil isyarat
dari teori Bandura's, SCCT menyoroti kapasitas orang untuk mengarahkan perilaku
karier mereka sendiri tapi juga mengakui pengaruh lingkungan (misalnya,
hambatan dan dukungan socio structural, budaya, cacat status) yang berfungsi
untuk memperkuat, memperlemah, atau, dalam beberapa kasus, bahkan
mengesampingkan manusia dalam pengembangan karir.
Teori
Kognitif Sosial Karir (SCCT; Lent, Brown, & Hackett, 1994) adalah
pendekatan baru untuk memahami teka-teki karir. Hal ini dimaksudkan untuk
menawarkan pemersatu kerangka kerja untuk menyatukan potongan umum, atau
unsur-unsur, yang sebelumnya diidentifikasi oleh teoretisi karir, seperti
Super, Holland, Krumboltz, dan Lofquist dan Dawis-dan mengatur mereka dalam
sebuah novel render bagaimana orang (1) mengembangkan kepentingan kejuruan, (2)
membuat (dan membuat kembali) pilihan pekerjaan, dan (3) mencapai berbagai
tingkat keberhasilan dan stabilitas karir.
Proposisi
dari SCCT yang paling utama adalah sebagai berikut (Glading, 2011:415):
1. Interaksi antara orang dan lingkungannya
sengatlah dinamis. Misalnya mereka saling memengaruhi
2. Perilaku yang berhubungan dengan karir
dipengaruhi oleh empat aspek dari seseorang perilaku, efisiensi diri, hasil
yang diharapkan, dan tujuan selain karakteristik yang ditentukan secara
genetik.
3. Keyakinan akan efisiensi diri dan hasil
yang diharapkan berinteraksi secara langsung untuk memengaruhi perkembangan
minat.
4. Sebagai tambahan dari hasil yang
diharapkan, faktor-faktor seperti jenis kelamin, ras, kesehatan fisik,
kecacatan, dan variabel lingkungan mempegaruhi perkembangan efisiensi diri.
5. Pilihan karir aktual dan penerapannya
dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang langsung dan tidak langsung selain
efisiensi diri, harapan, dan tujuan. Misalnya, diskriminasi, variabel ekonomi dan kesempatan yang
terjadi.
Asumsi
penting dari SCCT adalah “efisiensi diri dan minat saling berhubungan”. Efektivitas
diri mungkin merupakan faktor penentu berpengaruh lebih dalam banyak situasi
bahwa panggilan untuk keterampilan yang kompleks atau berpotensi mahal atau
program sulit tindakan (misalnya, apakah untuk mengejar karir medis). Dalam
situasi seperti itu, orang dapat terus positif hasil harapan (misalnya,
"Sebuah karir medis dapat menyebabkan hadiah menarik"), tetapi
menghindari pilihan atau tindakan jika mereka meragukan mereka memiliki
kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil pada itu (dengan kata lain, di mana
efektivitas diri rendah).
B.
Teori Ekonomi
1.
Teori Ekonomi dari Buku Gibson, Mitchell. Hal. 467
Sudah lama teori-teori ekonomi
menekankan pentingnya faktor-faktor ekonomi dalam pilihan karir. Yang paling
mencolok adalah konsep yang menyatakan bahwa ketersediaan jenis pekerjaan
versus ketersediaan pekerja yang terkualifikasi bagi pekerjaan ini. Selain itu,
seperti yang banyak disuarakan penelitian ekonomi, salah satu faktor utama
dalam pemilihan karir adalah “Apakah jenis pekerjaan yang bisa saya peroleh?”
Dalam kasus semacam ini, pertimbangan yang paling penting adalah kesanggupan
menyediakan minimal kebutuhan dasar bagi dirinya dan keluarga. Keamanan kerja
juga menjadi pertimbangan penting dalam pilihan karir di tahun 1990-an dan
sesudahnya, dan keuntungan pekerja khususnya asuransi kesehatan dan rencana
pensiun, bisa juga menjadi faktor seseorang mencari pekerjaan tertentu.
Kita semua tahu pernah mengalami situasi
yang di dalamnya kebetulan telah mengakibatkan perubahan kita mengalami
rencana, aktivitas bahkan pilihan karir. Bandura (1982) juga menitikberatkan
pentingnya perjumpaan-perjumpaan yang kebetulan (chance encounters) bagi pembentukan arah hidup individu. Teori
pengambilan keputusan, bagaimana pun, memiliki akar-akarnya di bidang ekonomi
dan mengimplikasikan kalau karir dipilih dari sejumlah alternatif berdasarkan
pilihan mana yang dapat menjanjikan penghargaan atau nilai tertinggi bagi
inidividu (jadi bukan melulu dalam pengertian keuntungan uang).
2.
Teori Sosial Ekonomi, Bpk. Uman Suherman. Hal. 56
Menurut Sharf (1992) dalam Uman
(2013:56) mengklasifikasikan teori sosial ekonomi terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu teori pencapaian status (status
attainment theory), teori modal manusia (human capital theory), dan teori ekonomi rangkap (dual economy theory). Ahli lain seperti
Paulston menambahkan teori fungsi (functional
theory), dan teori gerakan masyarakat (social
movement theory). Berikut penjabarannya:
a.
Teori
Pencapaian Status (Status Attainment
Theory)
Teori
ini menyangkut peranan prestasi dan status sosial keluarga dalam mempengaruhi
pemilihan pekerjaan. Kebanyakan penelitian tentang teori pencapaian status
meneliti perubahan antar generasi
yang kadangkala disebut mobilitas vertikal, dan memusatkan perhatiannya dalam
memprediksi peranan pekerjaan seseorang dari pekerjaan ayahnya. Hal tersebut
berdasarkan kepada beragam catatan yang sebelumnya sudah dilakukan. Para peneliti
di bidang ini menemukan bahwa mereka dapat memprediksikan status sosial ekonomi
dari pekerjaan pertama seseorang, yang kemudian dapat memprediksikan pekerjaan
saat ini, dari pendidikan dan pekerjaan ayahnya.
Analog
dengan pernyataan tersebut, Okiishi (1987) berusaha mengembangkan genogram
dalam konseling karir. Okiishi berasumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain
yang berarti (significant other),
baik orangtua maupun orang lain di sekitarnya terhadap individu dalam
perencanaan dan pemilihan karir. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan
(pembelajaran sosial) dalam pengambilan keputusan karir individu.
Teori
pencapaian status menyebut perhatian sebagai variabel penting yang cenderung
diabaikan oleh teori-teori psikologis. Dari teori-teori yang didiskusikan,
hanya teori Gottfredson (Sharf, 1992) yang berhubungan langsung dengan variabel
sosiologis dari teori perkembangan karir. Teori pencapaian status menekankan
pentingnya prestise, status keluarga, dan doroongan mencapai pendidikan yang
lebih tinggi. Meskipun Amerika Serikat dianggap sebagai lahan yang luas untuk
memperoleh kesempatan yang sama, teori pencapaian status mengatakan bahwa dalam
kenyataannya, posisi pekerjaan seseorang ke tingkat yang lebih luas ditentukan
oleh keluarganya (dan khusunya lagi oleh pekerjaan ayahnya). Pengetahuan ini
barangkali membantu berfikir konselor yang bekerja dengan konseli dari tingkat
sosio-ekonomi rendah tentang beberapa faktor yang diperlukan untuk mencapai
status pekerjaan yang lebih tinggi daripada pekerjaan ayah konselinya.
Salah
satu faktor yang berhubungan dengan status adalah tingkat dorongan orang tua
untuk berhasil. Remaja dari tingkat sosio-ekonomi rendah barangkali kekurangan
dorongan dari orangtua, teman, dan guru untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
tinggi. Lebih jauh, latar belakang ini menghambat cita-cita dalam pekerjaan.
b. Teori Modal Manusia (Human Capital Theory)
Teori
modal manusia memiliki asumsi dasar bahwa manusia merupakan sumber daya utama
sebagai subjek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam
melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori ini konsep-konsep
pendidikan dan karir harus didasarkan atas asumsi bahwa modal yang dimiliki
manusia itu terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Modal itu meliputi sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan aspirasi. Artinya modal utama bagi manusia itu
ada dalam dirinya sendiri dan modal yang paling utama adalah pendidikan dan
pelatihan (termasuk pendidikan dan pelatihan karir). Aktualisasi modal yang
terdapat di dalam diri manusia itu memerlukan masukan lain dari luar dirinya
sebagai sumber daya alam, lapangan kerja, dunia usaha, dana dan informasi.
Individu
berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan agar dapat menerima penambahan
penghasilan. Penghasilan tetap dipandang sebagai suatu manfaat dari keahlian,
pendidikan, dan pelatihan, digabungkan dengan usaha berproduksi secara efektif.
Pendidikan dipandang sebagai investasi yang ketika digabungkan dengan
pengalaman kerja yang tepat, akan menghasilkan pendapatan yang diinginkan. Seseorang
(dan keluarganya) menginvestasikan uang untuk kuliah atau pendidikan lainnya
pada titik awal dalam karirnya. Investasi ini direalisasikan beberapa tahun
kemudian ketika dia mulai memperoleh gaji dari pekerjaannya. Perbedaan dalam
pilihan dan keahlian individu akan mengahasilkan pendapatan yang berbeda pula.
Dalam
teori modal manusia, agaknya individu dipandang seperti sebuah firma atau
perusahaan: jika perawatan kesehatan dan biaya pindahan akan membantu
memperoleh penghasilan besar, maka biaya pendidikan misalnya, dapat dipandang
sebagai investasi dalam penghasilan akhir seumur hidup seseorang.
c. Teori Ekonomi Rangkap (Dual Economy Theory)
Teori
ekonomi rangkap menganggap bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama
untuk bersaing di pasar tenaga kerja. Sosiolog dan psikolog sudah lama
menyadari hal ini tidak benar. Terutama kelompok yang kurang mampu dan
dirugikan cenderung memasuki jenis-jenis pekerjaan yang berbeda dari kalangan
atas. Teori ekonomi rangkap dua mengklasifikasikan baik perusahaan maupun pasar
tenaga kerja dalam dua kelompok: primer (inti) dan sekunder (sekeliling).
Meskipun semula digunakan untuk menggambarkan dua jenis perbedaan besar dalam
pasar tenaga kerja, teori dualistik secara berangsur-angsur dikembangkan ke
dalam suatu ragam yang tak terpisahkan dari pasar tenaga kerja.
Semula,
majikan utama dipandang sebagai pemegang tugas sekunder sistem deretan
bertingkat yang dikemukan oleh Piore dan kawan-kawan. Dalam penelitiannya, dia
menemukan bahwa pegawai remaja di pasar tenaga kerja sekunder cenderung bekerja
dalama eceran keci atau dikontrak perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut
cenderung mengembangkan reputasi sebagai penyewaan anak-anak muda. Para remaja
sering mendengar tentang lowongan pekerjaan di bidang ini melalui teman-teman
mereka. Sebaliknya, pekerjaan yang ada di perusahaan primer datangnya
kebanyakan lebih sering melalui keluarga yang bekerja di perusahaan primer
daripada melalui teman-temannya.
d. Teori Fungsi (Functional Theory)
Teori
fungsi menekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara pendidikan (dan
karir) dengan pengembangan sosial ekonomi. Teori ini memberikan makna bahwa
pendidikan ialah upaya sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan mekanisme
keseimbangan antara pelestarian nilai-nilai budaya, kesatuan masyarakat,
kestabilan ideologi, dan perkembangan ekonoi dalam suatu kesatuan wilayah.
e. Teori Gerakan Masyarakat (Social Movement Theory)
Teori
gerakan masyarakat berkaitan dengan upaya masyarakat baik dalam memecahkan
masalah yang dihadapi individu maupun dalam memajukan taraf hidup masyarakat.
Teori ini lebih memberikan tekanan pada peranan pendidikan sebagai bagian
penting dalam ggerakan pembangunan masyarakat. Program-program pendidikan
disusun atas dasar kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat.
Program-program
pendidikan dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dengan program-program
lainnya dalam gerakan pembangunan masyarakat. Fungsi pendidikan adalah untuk
memotivasi individu dan masyarakat dalam mengembangkan sikap, pengetahuan,
keterampilan, aspirasi, dan untuk meningkatkan kemampuan berpartisipasi dalam
upaya bersama guna meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat.
C.
Teori
konstruksi dari buku Career
Development and Counseling, hal. 42
Teori
konstruksi karir menjelaskan interpretif dan interpersonal proses melalui mana
individu-individu memaksakan makna dan perilaku directionon kejuruan mereka.
Teori pembaruan dan kemajuan Super's (1957)
teori pembangunan kejuruan untuk digunakan dalam ekonomi global sosial multikultural.
Ini menggabungkan ide-ide inovatif super ke dalam sebuah visi kontemporer karir
dengan menggunakan konstruksionisme sosial sebagai konsep teori pembangunan
pusat kejuruan. Dalam melihat konsep-konsep tradisional sebagai proses yang
memiliki kemungkinan, melihatnya sebagai realitas yang memprediksi masa depan.
Teori
konstruksi karir menggabungkan ketiga mewakili perspektif-apa, bagaimana, dan
mengapa kejuruan perilaku-bawah rubrik jenis kejuruan kepribadian, kemampuan
adaptasi karir, dan tema kehidupan. Teori konstruksi karir tentang bagaimana karir dunia dilakukan melalui konstruktivisme
pribadi dan konstruksionisme sosial. Hal ini menegaskan bahwa kita mengkonstruksi representasi dari realitas,
tapi kita tidak membangun realitas itu sendiri. Selanjutnya,
teori pandangan karier dari perspektif kontekstualis, yang melihat pembangunan
sebagai didorong oleh adaptasi terhadap lingkungan dan bukan oleh kematangan
struktur batin. Melihat karir dari perspektif kontekstual konstruksionis dan
memfokuskan perhatian pada proses interpretatif, interaksi sosial, dan
negosiasi makna. Karir tidak terungkap, mereka dibangun sebagai individu
membuat pilihan yang mengekspresikan diri mereka-konsep dan memperkuat tujuan
mereka dalam realitas sosial dari peran bekerja.
Karir konstruksi teori, hanya menyatakan, menyatakan
bahwa individu membangun karier mereka dengan memberikan makna pada perilaku
kejuruan dan pengalaman kerja. Sedangkan definisi tujuan karir menunjukkan
urutan posisi yang diduduki oleh orang dari sekolah melalui pensiun, definisi
subjektif yang digunakan dalam teori karir konstruksi bukanlah jumlah
pengalaman kerja melainkan pola ini pengalaman menjadi satu kesatuan yang
kohesif yang menghasilkan bermakna cerita. Sini, karir menunjukkan sebuah
konstruksi subjektif yang menetapkan makna pribadi pada kenangan masa lalu,
pengalaman sekarang, dan masa depan aspirasi oleh tenun mereka ke dalam tema
kehidupan bahwa kehidupan pola-pola kerja individu. Jadi karir subjektif yang
membimbing, mengatur, dan memelihara perilaku kejuruan muncul dari sebuah
proses aktif pembuatan makna, tidak menemukan preexistingfacts. Ini
terdiri dari refleksivitas discursively biografi yang diproduksi dan dibuat
"nyata" melalui perilaku kejuruan.
Dalam
karir bercerita tentang pengalaman kerja mereka, individu-individu secara
selektif menyoroti pengalaman tertentu untuk menghasilkan suatu kebenaran
naratif oleh dimana mereka tinggal. Konselor karir yang menggunakan teori konstruksi mendengarkan cerita klien
'untuk lini kisah kepribadian kejuruan, penyesuaian karir dan tema kehidupan.
Kebanyakan
individu, tanpa memandang status sosial-ekonomi, dapat menemukan kesempatan dalam pekerjaan mereka baik
mengekspresikan diri mereka dan penting bagi komunitas mereka. Namun, daripada
memilih di antara pilihan yang menarik, beberapa individu mungkin harus
mengambil satu-satunya pekerjaan yang tersedia bagi mereka, sering kali
pekerjaan yang menyiksa pada jiwa manusia karena
tugasnya sulit, membosankan, dan melelahkan. Namun demikian, pekerjaan yang
mereka lakukan dapat berarti bagi mereka dan penting bagi mereka masyarakat.
Bekerja dengan klien yang beragam dalam budaya bermacam-macam di seluruh dunia, teori karier konstruksi dapat digunakan untuk membantu individu
yang paling membuat makna lebih dalam dan lebih luas cakupan dalam pekerjaan sehari-hari mereka serta membantu mereka
untuk menemukan cara yang lebih baik untuk menerapkan diri mereka -konsep dan
memajukan proyek-proyek kehidupan mereka meskipun masa lalu yang menyakitkan
dan hambatan sosial untuk adaptasi karir.
D.
Teori Kompromi
Menurut Steven (2005) teori
batasan dan kompromi ini berpusat pada bagaimana remaja secara bertahap
memahami dan menghadapi persiapan untuk memilih pekerjaan yang tersedia di
masyarakat. Teori ini dapat digunakan sebagai garis besar dari sistem bimbingan
dan konseling karir untuk memudahkan perkembangan dan mengurangi resiko selama
masa-masa sekolah. Sistem ini juga bisa
digunakan untuk memperkirakan dan mengatasi masalah-masalah pemilihan jurusan
yang umum pada masa remaja dan membantu orang dewasa yang berharap untuk
meninjau kembali pilihan karir mereka. Beberapa remaja akan mengetahui bahwa
pekerja-pekerja sungguh-sungguh bekerja, kadang-kadang pekerjaan tersebut
sesuai keinginan pekerja. Beberapa pekerja terpaksa menerima pekerjaan tersebut
walaupun tidak sesuai dengan minat mereka.
Kompromi adalah proses di mana seseorang
mulai melepaskan alternatif yang paling disukai tapi kurang sesuai. Ketika
pertimbangan manfaat alternatif yang relatif lebih menarik dalam ruang sosial
individu, maka proses ini disebut pilihan kejuruan. Ketika dipaksa untuk
memilih diantara minimal satu pilihan yang dapat diterima,hal ini mengarah pada
kompromi. Ketika dipaksa mempertimbangkan alternatif yang tidak dapat diterima,
kompromi terasa menyakitkan dan tampaknya tidak lagi soal pilihan, tetapi hambatan dalam memilih.
Ada 3 faktor yang difokuskan dalam
proses kompromi :
1. Alasan remaja kurang mengetahui tentang
aksesibilitas dari pekerjaan yang mereka pilih.
2. Bagaimana perilaku mereka sendiri
menambah atau mengurangi aksesibilitas yang sebenarnya
3. Dimensi kesesuaian orang-pekerjaan yang
paling tidak ingin dilepaskan ketika mereka harus puas dengan alternatif yang
kurang disukai atau tidak dapat diterima
Bagaimanapun juga, kesempatan
individu juga tergantung pada perilaku
mereka sendiri. Pertama, pekerjaan dan program-program pelatihan secara efektif
tidak dapat diakses ketika individu mengabaikan dan bagaimana cara
mengikutinya. Orang-orang belajar lebih
banyak dan memperluas pilihan-pilihan mereka ketika mereka aktif mencari
informasi, tidak hanya menjadi konsumen pasif. Kedua, pekerjaan dapat menjadi
lebih mudah ketika orang-orang mengambil tindakan untuk membuat mereka lebih
kompetitif dibandingkan dengan pelamar lainnya, misalnya, dengan mendapatkan
pengalaman yang relevan atau pelatihan tambahan. Mereka lebih meningkatkan
kesempatan mereka ketika mereka secara aktif menggalang dukungan atau bantuan
dalam mengejar tujuan-tujuan mereka.
Individu-individu sangat berbeda dalam
ciri-ciri pribadi yang mendorong eksplorasi, optimisme, dan ketekunan, terutama
dalam menghadapi oposisi dan kekalahan, tetapi semua individu telah berada
dalam kekuasaan mereka untuk meningkatkan pilihan mereka. Singkatnya, proses
kompromi merupakan wadah lain penciptaan diri, baik memutuskan untuk bertindak
ataupun tidak bertindak.
E.
Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura, Hackett dan Bitz dalam Suherman (2013:53) berpendapat bahwa
keputusan yang tepat tentang kemampuan diri sendiri biasanya diperoleh melalui
perbandingan gambaran kemampuan yang satu dengan yang lain. Pendapat ini sesuai
dengan Okiishi yang dikutip Suherman (2013:53) bahwa ada pengaruh dari orang
lain yang berarti terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan karir.
Artinya ada pengaruh ligkungan dalam pengambilan karir individu.
Menurut Mitcell dan Krumboltz dalam Suherman (2013:53)
terdapat 4 kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir,
yaitu:
1.
Bawaan genetik dan kemampuan-kemampuan khusus
2.
Kondisi-kondisi dan peristiwa lingkungan
3.
Pengalaman-pengalaman belajar
4.
Keteramilan-keterampilan dalam menghadapi tugas
Kemampuan yang penting dalam
pengambilan keputusan karir adalah sebagai berikut:
1.
Mengenai situasi keputusan yang penting
2.
Menentukan keputusan apa atau tugas yang dikelola atau realistis
3.
Memeriksa dan menilai secara cermat dan generalisasi observasi diri dan
generalisasi pandangan atas dunia
4.
Menyusun alternatif yang luas dan beragam
5.
Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu
6.
Menentukan sumber informasi yang handal, cermat dan relevan
7.
Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan
Prosedur yang digunakan konselor dalam proses konseling
dari teori belajar sosial adalah sebagai berikut :
1.
Penguatan (reinforcement) ;
membantu klien dalam hal penyelesaian tujuan dari konseling karir yaitu
alternatif karir yang tepat.
2.
Penggunaan peranan model (role model)
; bertindak sebagai model atau menyediakan model peran terhadap mereka. Dengan
menggambarkan cara mengambil keputusan yang tepat dan strategi pembuatan
keputusan yang efektif.
3.
Simulasi (simulation) ; klien
mensimulasikan suatu pengalaman karir.
Tujuh langkah pengambilan keputusan karir menurut
Krumboltz dalam Suherman (2013: 55) yang disingkat DECIDES, yakni :
1.
Define the problem
(mendefinisikan masalah)
Tujuannya
adalah memperjelas masalah konseli dengan konselor juga untuk mencapai
kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.
2.
Estabilish an action plan (membuat rencana kegiatan)
Konseli
membuat resolusi karir dan belajar menentukan pembuatan proses yang akan
dilakukan
3.
Clarify Values (mengklarifikasi
nilai)
Konselor
mendiskusikan nilai konselinya dengan belajar dari pengalaman yang lalu,
membandingkan nilai tes dengan pengalaman yang nyata dalam pekerjaannya.
4.
Indetify alternative (mengidentifikasi pilihan)
Konselor
memerlukan penilaian diri, penelitian turunan tentang kepentingan dan
kedudukan, selebaran dan pengalaman.
5.
Discover probable outcome (menemukan dampak-dampak masalah)
Konselor tidak
memberikan pengaruh yang berlebihan kepada konseli yang akan dicapai.
6.
Eliminate alternatives systematically (mengeliminasi beberapa alternatif secara sistematis)
Konselor
mengelomokkan berbagai alternatif yang mempunyai kesamaan karakter, dan
kemudian menghapuskan alternatif terakhir jika individu tidak bisa memutuskan
diantara dua pilihan
7.
Start action (mulai
bertindak)
Ketika pilihan
sudah dibuat kemudian individu mulai menentukan langkah konkret untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
Teori ini tidak begitu memperhatikan penggunaan testing
dalam konseling karir, akan tetapi menjadi bagian penting dari beberapa teori
perkembangan karir lainnya. Keyakinan konseli adalah bagian integral dari
proses pembuatan keputusan karir.
F.
Teori Kepribadian
Teori kepribadian dalam
memandang pekerjaan adalah sebagai ekspresi kepribadian. Menurut Gibson
(2011:460) banyak perilaku pencarian karir merupakan sebuah pertumbuhan dari
upaya-upaya untuk menyesuaikan karakteristik individu dengan bidang kerja
tertentu.
John Holland merupakan tokoh
yang mempresentasikan teori kepribadian dalam bidang bimbingan pekerjaan yakni
tentang tipe kepribadian dan model lingkungan. Holland dalam Suherman (2013:46)
menyatakan bahwa ketika seseorang menemukan karir yang cocok dengan
kepribadiannya, maka ia akan menikmati dan bertahan lama dalam pekerjannya.
Sebaliknya ketika individu tidak menemukan karir yang cocok dengan
kepribadiannya, maka ia tidak akan menikmati dan bertahan lama dalam
pekerjaanya.
Konsep yang mendasari pemikiran
Holland dalam Gibson (2011:461) adalah :
1.
Pilihan kerja merupakan ekspresi kepribadian
2.
Inventori minat merupakan inventori kepribadian
3.
Stereotip pekerjaan bisa digunakan, makna psikologis dan sosiologis sangat
penting
4.
Anggota suatu pekerjaan memiliki kepribadian yang mirip dan sejarah
perkembangan pribadi yang mirip
5.
Individu cenderung merespon banyak situasi dan problem dengan cara yang
sama, maka dari itu mereka cenderung menciptakan lingkungan antar pribadi yang
khas
6.
Kepuasan kerja, stabilitas dan prestasi bergantung pada kongruensi antara
kepribadian dan lingkungan dimana individu bekerja
Holland
membagi kepribadian dalam 6 kategori seperti yang ada dalam tabel berikut:
Tipe realistik :
·
Menyukai
pekerjaan yang realistik seperti mengutak-atik mesin mobil, pesawat terbang,
penyurvei, petani, ahli listrik.
·
Memiliki
kemampuan mekanik namun kadang-kadang kurang memiliki kekurangan keterampilan
sosial.
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Asosial
Menyesuaikan diri
Terus terang
Apa adanya
Keras kepala
|
Tidak fleksibel
Materialistik
Alamiah
Normal
Gigih
|
Praktis
Cukup diri
Hemat
Tidak punya ide
Sulit mau
terlibat
|
Tipe
investigatif:
·
Menyukai pekerjaan
seperti biolog, ahli kiimia, fisikawan, antropolog, geolog, dan teknologi
medis
·
Memiliki
kemampuan matematis dan ilmiah, namu sering kurang punya kemampuan
kepemimpinan
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Analaisis
Berhati-hati
Kompleks
Klinis
Penuh ingin tahu
|
Independen
Intelektual
Instrospektif
Pesimis
Tepat
|
Rasional
Antisipatif
Mengundurkan diri
Tidak
berprasangka
Tidak populer
|
Tipe artistik :
·
Menyukai
pekerjaan seperti komposer, musisi, sutradara, penulis, dekorator, artis,
interior
·
Memiliki
kemampuan artistik seperti menulis, bermusik, atau bentk seni lainnya
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Rumit
Tidak teratur
Emosional
Ekspresif
Idealistik
|
Imajinatif
Tidak praktis
Impulsif
Independen
Introspektif
|
Intuitif
Tidak mudah
sepakat
Terbuka
Orisinil
Sensitif
|
Tipe sosial :
·
Menyukai
pekerjaan seperti guru, pekerja rohani, konselor, pekerja sosial,
psikiater/psikolog klinis, terapis, dokter, perawat.
·
Memiliki
keahlian dan talenta sosial yang tinggi, namun sering punya kurang kemampuan
mekanik dan ilmiah
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Berpengaruh
Kooperatif
Empatik
Ramah
Murah hati
|
Siap menolong
Idealistik
Baik hati
Sabar
Persuasif
|
Bertanggung jawab
Mudah bergaul
Bijak
Penuh pengertian
Hangat
|
Tipe pengusaha :
·
Menyukai
pekerjaan seperti sales, manajer, eksekutif bisnis, produser tivi, promotor
olahraga, pialang saham, pekerja iklan
·
Memiliki
kemampuan memimpin dan fasih bicara namun sering kurang punya kemampuan
ilmiah
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Ambisius
Berjiwa petualang
Mudah sepakat
Tidak pernah merasa cukup
Mendominasi
|
Penuh semangat
Riang
Mencari
Ekshibisionistik
Ekstrover
|
Suka merayu
Optimis
Percaya diri
Mudah bergaul
Enak diajak bicara
|
Tipe konvensional :
·
Menyukai
pekerjaan yang konvensional seperti penjaga toko, stenografer, pustakawan,
analisis finansial, bankir, pengestimasi biaya, ahli pajak.
·
Memiliki
kemampuan matematis namun sering kurang punya kemampuan artistik
·
Memiliki
karakteristik sebagai berikut :
|
||
Cermat
Menyesuaikan diri
Penuh kesadaran
Defensif
Efisien
|
Tidak fleksibel
Pandai menahan diri
Metodis
Patuh
Teratur
|
Gigih
Praktis
Sopan
Hemat
Tidak imajinatif
|
Pada
dasarnya asumsi teori Holland dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Individu dapat dikategorikan sebagai salah satu dari 6 tipe di atas
2.
Terdapat 6 jenis lingkungan pula seperti yang sudah disebutkan diatas
3.
Manusia mencari lingkungan pekerjaan yang akan memungkinkan mereka untuk
melatih keterampilan dan bakat, mengekspresikan sikap dan nilai mereka,
mengatasi problem dan peran yang disetujui, dan menghindari hal-hal yang tidak
disetujui
4.
Perilaku seseorang bisa dijelaskan lewat interaksi kepribadian dan
lingkungannya.
Teori kepribadian lainnya
dikembangkan oleh Anne Roe yang didasarkan pada teorinya Maslow mengenai
hirarki kebutuhan manusia. risetnya Roe mempercayai bahwa struktur krbutuhan
individu sangat dipengaruhi oleh pengalaman awal kanak-kanak individu. Pada
gilirannya akan mempengaruhi kategori pekerjaan yang akan dipilih individu.
Pengembangan delapan kelompok pekerjaan menurut Roe adalah:
1.
Layanan
2.
Kontak bisnis
3.
Oraginisasi
4.
Teknologi
|
5.
Aktivitas luar ruangan
6.
Sains
7.
Budaya
8.
Seni dan hiiburan
|
kak boleh nanya, referensi pengambilan keputusan karir darimana?
ReplyDeletebanyak sekali bisa langsung WA saja jika membutuhkan referensi atau ebooknya
Delete