Selamat Datang dan Semoga Bermanfaat,SILAHKAN ISI BUKU TAMU DAHULU YA,,, Blog Ini Untuk Menambah Wawasan Bimbingan Dan Konseling Lalu Motivasi Diri, Serta Mohon Komentar Agar Selalu Baik Dalam Menampilkanya. Email jatirinkriatmaja04@gmail.com atau 085220363757

Friday, 29 August 2014

Teori Pendekatan Karier




      Serangkaian teori pendekatan karir yang ada perlu konselor pahami dalam aplikasinya untuk memeberikan layanan bimbingan dan konseling karir yang efektif. Dimana output dari sekolah yang dibina masing-masing konselor mampu menjadi outcome bagi pengguna mereka dengan kualitas yang diharapkan masyarakat. Misalnya saja dalam penmgambilan keputusan terkait dengan jurusan. Masih banyak ditemui siswa yang salah ambil jurusan bahkan salah masuk perguruan tinggi. Dalam ranah ini konselor harus memberikan intervensi yang tepat guna membantu siswa agar tidak sampai salah pilih terkait dengan jurusan maupun perguruan tinggi yang akan dia masuki. Masih banyak contoh lainnya yang menngambarkan bahwa individu gagal dalam karir karena tidak tahu bagaimana memilih arah pilih karir yang sesuai dengan minat, bakat, potensi dan kepribadiannya. Maka dari itu dalam penyusunan makalah ini penyusun akan mencoba memaparkan beberapa teori endekatan karir yakni dalah teori pendekatan karir kognisi, konstruktivisme, ekonomi, kompromi, belajar sosial, dan kepribadian.

A.    Teori Kognitif Sosial dalam Glading, 415
Teori karir kognitif sosial –social cognitive career theory (SCCT)- pertama kali dipublikasikan pada tahun 1994 dan telah memberikan dampak yang besar pada penelitian terkait masalah pemilihan karir (Glading, 2011:415. Landasan utama untuk pendekatan ini terletak di teori kognitif sosial Bandura (1986) yang umum yang menekankan cara kompleks di mana perilaku dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain. Mengambil isyarat dari teori Bandura's, SCCT menyoroti kapasitas orang untuk mengarahkan perilaku karier mereka sendiri tapi juga mengakui pengaruh lingkungan (misalnya, hambatan dan dukungan socio structural, budaya, cacat status) yang berfungsi untuk memperkuat, memperlemah, atau, dalam beberapa kasus, bahkan mengesampingkan manusia dalam pengembangan karir.
Teori Kognitif Sosial Karir (SCCT; Lent, Brown, & Hackett, 1994) adalah pendekatan baru untuk memahami teka-teki karir. Hal ini dimaksudkan untuk menawarkan pemersatu kerangka kerja untuk menyatukan potongan umum, atau unsur-unsur, yang sebelumnya diidentifikasi oleh teoretisi karir, seperti Super, Holland, Krumboltz, dan Lofquist dan Dawis-dan mengatur mereka dalam sebuah novel render bagaimana orang (1) mengembangkan kepentingan kejuruan, (2) membuat (dan membuat kembali) pilihan pekerjaan, dan (3) mencapai berbagai tingkat keberhasilan dan stabilitas karir.
Proposisi dari SCCT yang paling utama adalah sebagai berikut (Glading, 2011:415):
1.      Interaksi antara orang dan lingkungannya sengatlah dinamis. Misalnya mereka saling memengaruhi
2.      Perilaku yang berhubungan dengan karir dipengaruhi oleh empat aspek dari seseorang perilaku, efisiensi diri, hasil yang diharapkan, dan tujuan selain karakteristik yang ditentukan secara genetik.
3.      Keyakinan akan efisiensi diri dan hasil yang diharapkan berinteraksi secara langsung untuk memengaruhi perkembangan minat.
4.      Sebagai tambahan dari hasil yang diharapkan, faktor-faktor seperti jenis kelamin, ras, kesehatan fisik, kecacatan, dan variabel lingkungan mempegaruhi perkembangan efisiensi diri.
5.      Pilihan karir aktual dan penerapannya dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang langsung dan tidak langsung selain efisiensi diri, harapan, dan tujuan. Misalnya, diskriminasi, variabel ekonomi dan kesempatan yang terjadi.
Asumsi penting dari SCCT adalah “efisiensi diri dan minat saling berhubungan”. Efektivitas diri mungkin merupakan faktor penentu berpengaruh lebih dalam banyak situasi bahwa panggilan untuk keterampilan yang kompleks atau berpotensi mahal atau program sulit tindakan (misalnya, apakah untuk mengejar karir medis). Dalam situasi seperti itu, orang dapat terus positif hasil harapan (misalnya, "Sebuah karir medis dapat menyebabkan hadiah menarik"), tetapi menghindari pilihan atau tindakan jika mereka meragukan mereka memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil pada itu (dengan kata lain, di mana efektivitas diri rendah).

B.     Teori Ekonomi
1.      Teori Ekonomi dari Buku Gibson, Mitchell. Hal. 467
Sudah lama teori-teori ekonomi menekankan pentingnya faktor-faktor ekonomi dalam pilihan karir. Yang paling mencolok adalah konsep yang menyatakan bahwa ketersediaan jenis pekerjaan versus ketersediaan pekerja yang terkualifikasi bagi pekerjaan ini. Selain itu, seperti yang banyak disuarakan penelitian ekonomi, salah satu faktor utama dalam pemilihan karir adalah “Apakah jenis pekerjaan yang bisa saya peroleh?” Dalam kasus semacam ini, pertimbangan yang paling penting adalah kesanggupan menyediakan minimal kebutuhan dasar bagi dirinya dan keluarga. Keamanan kerja juga menjadi pertimbangan penting dalam pilihan karir di tahun 1990-an dan sesudahnya, dan keuntungan pekerja khususnya asuransi kesehatan dan rencana pensiun, bisa juga menjadi faktor seseorang mencari pekerjaan tertentu.
Kita semua tahu pernah mengalami situasi yang di dalamnya kebetulan telah mengakibatkan perubahan kita mengalami rencana, aktivitas bahkan pilihan karir. Bandura (1982) juga menitikberatkan pentingnya perjumpaan-perjumpaan yang kebetulan (chance encounters) bagi pembentukan arah hidup individu. Teori pengambilan keputusan, bagaimana pun, memiliki akar-akarnya di bidang ekonomi dan mengimplikasikan kalau karir dipilih dari sejumlah alternatif berdasarkan pilihan mana yang dapat menjanjikan penghargaan atau nilai tertinggi bagi inidividu (jadi bukan melulu dalam pengertian keuntungan uang).

2.      Teori Sosial Ekonomi, Bpk. Uman Suherman. Hal. 56
Menurut Sharf (1992) dalam Uman (2013:56) mengklasifikasikan teori sosial ekonomi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu teori pencapaian status (status attainment theory), teori modal manusia (human capital theory), dan teori ekonomi rangkap (dual economy theory). Ahli lain seperti Paulston menambahkan teori fungsi (functional theory), dan teori gerakan masyarakat (social movement theory). Berikut penjabarannya:
a.         Teori Pencapaian Status (Status Attainment Theory)
Teori ini menyangkut peranan prestasi dan status sosial keluarga dalam mempengaruhi pemilihan pekerjaan. Kebanyakan penelitian tentang teori pencapaian status meneliti perubahan antar generasi yang kadangkala disebut mobilitas vertikal, dan memusatkan perhatiannya dalam memprediksi peranan pekerjaan seseorang dari pekerjaan ayahnya. Hal tersebut berdasarkan kepada beragam catatan yang sebelumnya sudah dilakukan. Para peneliti di bidang ini menemukan bahwa mereka dapat memprediksikan status sosial ekonomi dari pekerjaan pertama seseorang, yang kemudian dapat memprediksikan pekerjaan saat ini, dari pendidikan dan pekerjaan ayahnya.
Analog dengan pernyataan tersebut, Okiishi (1987) berusaha mengembangkan genogram dalam konseling karir. Okiishi berasumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yang berarti (significant other), baik orangtua maupun orang lain di sekitarnya terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan karir. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan (pembelajaran sosial) dalam pengambilan keputusan karir individu.
Teori pencapaian status menyebut perhatian sebagai variabel penting yang cenderung diabaikan oleh teori-teori psikologis. Dari teori-teori yang didiskusikan, hanya teori Gottfredson (Sharf, 1992) yang berhubungan langsung dengan variabel sosiologis dari teori perkembangan karir. Teori pencapaian status menekankan pentingnya prestise, status keluarga, dan doroongan mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun Amerika Serikat dianggap sebagai lahan yang luas untuk memperoleh kesempatan yang sama, teori pencapaian status mengatakan bahwa dalam kenyataannya, posisi pekerjaan seseorang ke tingkat yang lebih luas ditentukan oleh keluarganya (dan khusunya lagi oleh pekerjaan ayahnya). Pengetahuan ini barangkali membantu berfikir konselor yang bekerja dengan konseli dari tingkat sosio-ekonomi rendah tentang beberapa faktor yang diperlukan untuk mencapai status pekerjaan yang lebih tinggi daripada pekerjaan ayah konselinya.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan status adalah tingkat dorongan orang tua untuk berhasil. Remaja dari tingkat sosio-ekonomi rendah barangkali kekurangan dorongan dari orangtua, teman, dan guru untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Lebih jauh, latar belakang ini menghambat cita-cita dalam pekerjaan.
b.      Teori Modal Manusia (Human Capital Theory)
Teori modal manusia memiliki asumsi dasar bahwa manusia merupakan sumber daya utama sebagai subjek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori ini konsep-konsep pendidikan dan karir harus didasarkan atas asumsi bahwa modal yang dimiliki manusia itu terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Modal itu meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan, dan aspirasi. Artinya modal utama bagi manusia itu ada dalam dirinya sendiri dan modal yang paling utama adalah pendidikan dan pelatihan (termasuk pendidikan dan pelatihan karir). Aktualisasi modal yang terdapat di dalam diri manusia itu memerlukan masukan lain dari luar dirinya sebagai sumber daya alam, lapangan kerja, dunia usaha, dana dan informasi.
Individu berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan agar dapat menerima penambahan penghasilan. Penghasilan tetap dipandang sebagai suatu manfaat dari keahlian, pendidikan, dan pelatihan, digabungkan dengan usaha berproduksi secara efektif. Pendidikan dipandang sebagai investasi yang ketika digabungkan dengan pengalaman kerja yang tepat, akan menghasilkan pendapatan yang diinginkan. Seseorang (dan keluarganya) menginvestasikan uang untuk kuliah atau pendidikan lainnya pada titik awal dalam karirnya. Investasi ini direalisasikan beberapa tahun kemudian ketika dia mulai memperoleh gaji dari pekerjaannya. Perbedaan dalam pilihan dan keahlian individu akan mengahasilkan pendapatan yang berbeda pula.
Dalam teori modal manusia, agaknya individu dipandang seperti sebuah firma atau perusahaan: jika perawatan kesehatan dan biaya pindahan akan membantu memperoleh penghasilan besar, maka biaya pendidikan misalnya, dapat dipandang sebagai investasi dalam penghasilan akhir seumur hidup seseorang.
c.       Teori Ekonomi Rangkap (Dual Economy Theory)
Teori ekonomi rangkap menganggap bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing di pasar tenaga kerja. Sosiolog dan psikolog sudah lama menyadari hal ini tidak benar. Terutama kelompok yang kurang mampu dan dirugikan cenderung memasuki jenis-jenis pekerjaan yang berbeda dari kalangan atas. Teori ekonomi rangkap dua mengklasifikasikan baik perusahaan maupun pasar tenaga kerja dalam dua kelompok: primer (inti) dan sekunder (sekeliling). Meskipun semula digunakan untuk menggambarkan dua jenis perbedaan besar dalam pasar tenaga kerja, teori dualistik secara berangsur-angsur dikembangkan ke dalam suatu ragam yang tak terpisahkan dari pasar tenaga kerja.
Semula, majikan utama dipandang sebagai pemegang tugas sekunder sistem deretan bertingkat yang dikemukan oleh Piore dan kawan-kawan. Dalam penelitiannya, dia menemukan bahwa pegawai remaja di pasar tenaga kerja sekunder cenderung bekerja dalama eceran keci atau dikontrak perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut cenderung mengembangkan reputasi sebagai penyewaan anak-anak muda. Para remaja sering mendengar tentang lowongan pekerjaan di bidang ini melalui teman-teman mereka. Sebaliknya, pekerjaan yang ada di perusahaan primer datangnya kebanyakan lebih sering melalui keluarga yang bekerja di perusahaan primer daripada melalui teman-temannya.
d.      Teori Fungsi (Functional Theory)
Teori fungsi menekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara pendidikan (dan karir) dengan pengembangan sosial ekonomi. Teori ini memberikan makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan mekanisme keseimbangan antara pelestarian nilai-nilai budaya, kesatuan masyarakat, kestabilan ideologi, dan perkembangan ekonoi dalam suatu kesatuan wilayah.
e.       Teori Gerakan Masyarakat (Social Movement Theory)
Teori gerakan masyarakat berkaitan dengan upaya masyarakat baik dalam memecahkan masalah yang dihadapi individu maupun dalam memajukan taraf hidup masyarakat. Teori ini lebih memberikan tekanan pada peranan pendidikan sebagai bagian penting dalam ggerakan pembangunan masyarakat. Program-program pendidikan disusun atas dasar kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat.
Program-program pendidikan dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dengan program-program lainnya dalam gerakan pembangunan masyarakat. Fungsi pendidikan adalah untuk memotivasi individu dan masyarakat dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, aspirasi, dan untuk meningkatkan kemampuan berpartisipasi dalam upaya bersama guna meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat.

C.    Teori konstruksi dari buku Career Development and Counseling, hal. 42
Teori konstruksi karir menjelaskan interpretif dan interpersonal proses melalui mana individu-individu memaksakan makna dan perilaku directionon kejuruan mereka. Teori pembaruan dan kemajuan Super's (1957)  teori pembangunan kejuruan untuk digunakan dalam ekonomi global sosial multikultural. Ini menggabungkan ide-ide inovatif super ke dalam sebuah visi kontemporer karir dengan menggunakan konstruksionisme sosial sebagai konsep teori pembangunan pusat kejuruan. Dalam melihat konsep-konsep tradisional sebagai proses yang memiliki kemungkinan, melihatnya sebagai realitas yang memprediksi masa depan.
Teori konstruksi karir menggabungkan ketiga mewakili perspektif-apa, bagaimana, dan mengapa kejuruan perilaku-bawah rubrik jenis kejuruan kepribadian, kemampuan adaptasi karir, dan tema kehidupan. Teori konstruksi karir tentang bagaimana karir dunia dilakukan melalui konstruktivisme pribadi dan konstruksionisme sosial. Hal ini menegaskan bahwa kita mengkonstruksi representasi dari realitas, tapi kita tidak membangun realitas itu sendiri. Selanjutnya, teori pandangan karier dari perspektif kontekstualis, yang melihat pembangunan sebagai didorong oleh adaptasi terhadap lingkungan dan bukan oleh kematangan struktur batin. Melihat karir dari perspektif kontekstual konstruksionis dan memfokuskan perhatian pada proses interpretatif, interaksi sosial, dan negosiasi makna. Karir tidak terungkap, mereka dibangun sebagai individu membuat pilihan yang mengekspresikan diri mereka-konsep dan memperkuat tujuan mereka dalam realitas sosial dari peran bekerja.
 Karir konstruksi teori, hanya menyatakan, menyatakan bahwa individu membangun karier mereka dengan memberikan makna pada perilaku kejuruan dan pengalaman kerja. Sedangkan definisi tujuan karir menunjukkan urutan posisi yang diduduki oleh orang dari sekolah melalui pensiun, definisi subjektif yang digunakan dalam teori karir konstruksi bukanlah jumlah pengalaman kerja melainkan pola ini pengalaman menjadi satu kesatuan yang kohesif yang menghasilkan bermakna cerita. Sini, karir menunjukkan sebuah konstruksi subjektif yang menetapkan makna pribadi pada kenangan masa lalu, pengalaman sekarang, dan masa depan aspirasi oleh tenun mereka ke dalam tema kehidupan bahwa kehidupan pola-pola kerja individu. Jadi karir subjektif yang membimbing, mengatur, dan memelihara perilaku kejuruan muncul dari sebuah proses aktif pembuatan makna, tidak menemukan preexistingfacts. Ini terdiri dari refleksivitas discursively biografi yang diproduksi dan dibuat "nyata" melalui perilaku kejuruan.
Dalam karir bercerita tentang pengalaman kerja mereka, individu-individu secara selektif menyoroti pengalaman tertentu untuk menghasilkan suatu kebenaran naratif oleh dimana mereka tinggal. Konselor karir yang menggunakan teori konstruksi mendengarkan cerita klien 'untuk lini kisah kepribadian kejuruan, penyesuaian karir dan tema kehidupan.
Kebanyakan individu, tanpa memandang status sosial-ekonomi, dapat menemukan kesempatan dalam pekerjaan mereka baik mengekspresikan diri mereka dan penting bagi komunitas mereka. Namun, daripada memilih di antara pilihan yang menarik, beberapa individu mungkin harus mengambil satu-satunya pekerjaan yang tersedia bagi mereka, sering kali pekerjaan yang menyiksa pada jiwa manusia karena tugasnya sulit, membosankan, dan melelahkan. Namun demikian, pekerjaan yang mereka lakukan dapat berarti bagi mereka dan penting bagi mereka masyarakat. Bekerja dengan klien yang beragam dalam budaya bermacam-macam di seluruh dunia, teori karier konstruksi dapat digunakan untuk membantu individu yang paling membuat makna lebih dalam dan lebih luas cakupan dalam pekerjaan sehari-hari mereka serta membantu mereka untuk menemukan cara yang lebih baik untuk menerapkan diri mereka -konsep dan memajukan proyek-proyek kehidupan mereka meskipun masa lalu yang menyakitkan dan hambatan sosial untuk adaptasi karir.

D.    Teori Kompromi
Menurut Steven (2005) teori batasan dan kompromi ini berpusat pada bagaimana remaja secara bertahap memahami dan menghadapi persiapan untuk memilih pekerjaan yang tersedia di masyarakat. Teori ini dapat digunakan sebagai garis besar dari sistem bimbingan dan konseling karir untuk memudahkan perkembangan dan mengurangi resiko selama masa-masa sekolah.  Sistem ini juga bisa digunakan untuk memperkirakan dan mengatasi masalah-masalah pemilihan jurusan yang umum pada masa remaja dan membantu orang dewasa yang berharap untuk meninjau kembali pilihan karir mereka. Beberapa remaja akan mengetahui bahwa pekerja-pekerja sungguh-sungguh bekerja, kadang-kadang pekerjaan tersebut sesuai keinginan pekerja. Beberapa pekerja terpaksa menerima pekerjaan tersebut walaupun tidak sesuai dengan minat mereka.
Kompromi adalah proses di mana seseorang mulai melepaskan alternatif yang paling disukai tapi kurang sesuai. Ketika pertimbangan manfaat alternatif yang relatif lebih menarik dalam ruang sosial individu, maka proses ini disebut pilihan kejuruan. Ketika dipaksa untuk memilih diantara minimal satu pilihan yang dapat diterima,hal ini mengarah pada kompromi. Ketika dipaksa mempertimbangkan alternatif yang tidak dapat diterima, kompromi terasa menyakitkan dan tampaknya tidak lagi soal pilihan, tetapi hambatan dalam memilih.
Ada 3 faktor yang difokuskan dalam proses kompromi :
1.      Alasan remaja kurang mengetahui tentang aksesibilitas dari pekerjaan yang mereka pilih.
2.      Bagaimana perilaku mereka sendiri menambah atau mengurangi aksesibilitas yang sebenarnya
3.      Dimensi kesesuaian orang-pekerjaan yang paling tidak ingin dilepaskan ketika mereka harus puas dengan alternatif yang kurang disukai atau tidak dapat diterima
Bagaimanapun juga, kesempatan individu  juga tergantung pada perilaku mereka sendiri. Pertama, pekerjaan dan program-program pelatihan secara efektif tidak dapat diakses ketika individu mengabaikan dan bagaimana cara mengikutinya.  Orang-orang belajar lebih banyak dan memperluas pilihan-pilihan mereka ketika mereka aktif mencari informasi, tidak hanya menjadi konsumen pasif. Kedua, pekerjaan dapat menjadi lebih mudah ketika orang-orang mengambil tindakan untuk membuat mereka lebih kompetitif dibandingkan dengan pelamar lainnya, misalnya, dengan mendapatkan pengalaman yang relevan atau pelatihan tambahan. Mereka lebih meningkatkan kesempatan mereka ketika mereka secara aktif menggalang dukungan atau bantuan dalam mengejar tujuan-tujuan mereka.
Individu-individu sangat berbeda dalam ciri-ciri pribadi yang mendorong eksplorasi, optimisme, dan ketekunan, terutama dalam menghadapi oposisi dan kekalahan, tetapi semua individu telah berada dalam kekuasaan mereka untuk meningkatkan pilihan mereka. Singkatnya, proses kompromi merupakan wadah lain penciptaan diri, baik memutuskan untuk bertindak ataupun tidak bertindak.

E.     Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura, Hackett dan Bitz  dalam Suherman (2013:53) berpendapat bahwa keputusan yang tepat tentang kemampuan diri sendiri biasanya diperoleh melalui perbandingan gambaran kemampuan yang satu dengan yang lain. Pendapat ini sesuai dengan Okiishi yang dikutip Suherman (2013:53) bahwa ada pengaruh dari orang lain yang berarti terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan karir. Artinya ada pengaruh ligkungan dalam pengambilan karir individu.

Menurut Mitcell dan Krumboltz dalam Suherman (2013:53) terdapat 4 kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir, yaitu:
1.      Bawaan genetik dan kemampuan-kemampuan khusus
2.      Kondisi-kondisi dan peristiwa lingkungan
3.      Pengalaman-pengalaman belajar
4.      Keteramilan-keterampilan dalam menghadapi tugas

Kemampuan yang penting dalam pengambilan keputusan karir adalah sebagai berikut:
1.      Mengenai situasi keputusan yang penting
2.      Menentukan keputusan apa atau tugas yang dikelola atau realistis
3.      Memeriksa dan menilai secara cermat dan generalisasi observasi diri dan generalisasi pandangan atas dunia
4.      Menyusun alternatif yang luas dan beragam
5.      Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu
6.      Menentukan sumber informasi yang handal, cermat dan relevan
7.      Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan

Prosedur yang digunakan konselor dalam proses konseling dari teori belajar sosial adalah sebagai berikut :
1.      Penguatan (reinforcement) ; membantu klien dalam hal penyelesaian tujuan dari konseling karir yaitu alternatif karir yang tepat.
2.      Penggunaan peranan model (role model) ; bertindak sebagai model atau menyediakan model peran terhadap mereka. Dengan menggambarkan cara mengambil keputusan yang tepat dan strategi pembuatan keputusan yang efektif.
3.      Simulasi (simulation) ; klien mensimulasikan suatu pengalaman karir.

Tujuh langkah pengambilan keputusan karir menurut Krumboltz dalam Suherman (2013: 55) yang disingkat DECIDES, yakni :
1.      Define the problem (mendefinisikan masalah)
Tujuannya adalah memperjelas masalah konseli dengan konselor juga untuk mencapai kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.
2.      Estabilish an action plan (membuat rencana kegiatan)
Konseli membuat resolusi karir dan belajar menentukan pembuatan proses yang akan dilakukan
3.      Clarify Values (mengklarifikasi nilai)
Konselor mendiskusikan nilai konselinya dengan belajar dari pengalaman yang lalu, membandingkan nilai tes dengan pengalaman yang nyata dalam pekerjaannya.
4.      Indetify alternative (mengidentifikasi pilihan)
Konselor memerlukan penilaian diri, penelitian turunan tentang kepentingan dan kedudukan, selebaran dan pengalaman.
5.      Discover probable outcome (menemukan dampak-dampak masalah)
Konselor tidak memberikan pengaruh yang berlebihan kepada konseli yang akan dicapai.
6.      Eliminate alternatives systematically (mengeliminasi beberapa alternatif secara sistematis)
Konselor mengelomokkan berbagai alternatif yang mempunyai kesamaan karakter, dan kemudian menghapuskan alternatif terakhir jika individu tidak bisa memutuskan diantara dua pilihan
7.      Start action (mulai bertindak)
Ketika pilihan sudah dibuat kemudian individu mulai menentukan langkah konkret untuk mencapai tujuan pekerjaan.
Teori ini tidak begitu memperhatikan penggunaan testing dalam konseling karir, akan tetapi menjadi bagian penting dari beberapa teori perkembangan karir lainnya. Keyakinan konseli adalah bagian integral dari proses pembuatan keputusan karir.

F.     Teori Kepribadian
Teori kepribadian dalam memandang pekerjaan adalah sebagai ekspresi kepribadian. Menurut Gibson (2011:460) banyak perilaku pencarian karir merupakan sebuah pertumbuhan dari upaya-upaya untuk menyesuaikan karakteristik individu dengan bidang kerja tertentu.
John Holland merupakan tokoh yang mempresentasikan teori kepribadian dalam bidang bimbingan pekerjaan yakni tentang tipe kepribadian dan model lingkungan. Holland dalam Suherman (2013:46) menyatakan bahwa ketika seseorang menemukan karir yang cocok dengan kepribadiannya, maka ia akan menikmati dan bertahan lama dalam pekerjannya. Sebaliknya ketika individu tidak menemukan karir yang cocok dengan kepribadiannya, maka ia tidak akan menikmati dan bertahan lama dalam pekerjaanya.
Konsep yang mendasari pemikiran Holland dalam Gibson (2011:461) adalah :
1.      Pilihan kerja merupakan ekspresi kepribadian
2.      Inventori minat merupakan inventori kepribadian
3.      Stereotip pekerjaan bisa digunakan, makna psikologis dan sosiologis sangat penting
4.      Anggota suatu pekerjaan memiliki kepribadian yang mirip dan sejarah perkembangan pribadi yang mirip
5.      Individu cenderung merespon banyak situasi dan problem dengan cara yang sama, maka dari itu mereka cenderung menciptakan lingkungan antar pribadi yang khas
6.      Kepuasan kerja, stabilitas dan prestasi bergantung pada kongruensi antara kepribadian dan lingkungan dimana individu bekerja

Holland membagi kepribadian dalam 6 kategori seperti yang ada dalam tabel berikut:

Tipe realistik :
·         Menyukai pekerjaan yang realistik seperti mengutak-atik mesin mobil, pesawat terbang, penyurvei, petani, ahli listrik.
·         Memiliki kemampuan mekanik namun kadang-kadang kurang memiliki kekurangan keterampilan sosial.
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Asosial
Menyesuaikan diri
Terus terang
Apa adanya
Keras kepala
Tidak fleksibel
Materialistik
Alamiah
Normal
Gigih
Praktis
Cukup diri
Hemat
Tidak punya ide
Sulit mau terlibat
Tipe investigatif:
·         Menyukai pekerjaan seperti biolog, ahli kiimia, fisikawan, antropolog, geolog, dan teknologi medis
·         Memiliki kemampuan matematis dan ilmiah, namu sering kurang punya kemampuan kepemimpinan
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Analaisis
Berhati-hati
Kompleks
Klinis
Penuh ingin tahu
Independen
Intelektual
Instrospektif
Pesimis
Tepat
Rasional
Antisipatif
Mengundurkan diri
Tidak berprasangka
Tidak populer
Tipe artistik :
·         Menyukai pekerjaan seperti komposer, musisi, sutradara, penulis, dekorator, artis, interior
·         Memiliki kemampuan artistik seperti menulis, bermusik, atau bentk seni lainnya
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Rumit
Tidak teratur
Emosional
Ekspresif
Idealistik
Imajinatif
Tidak praktis
Impulsif
Independen
Introspektif
Intuitif
Tidak mudah sepakat
Terbuka
Orisinil
Sensitif
Tipe sosial :
·         Menyukai pekerjaan seperti guru, pekerja rohani, konselor, pekerja sosial, psikiater/psikolog klinis, terapis, dokter, perawat.
·         Memiliki keahlian dan talenta sosial yang tinggi, namun sering punya kurang kemampuan mekanik dan ilmiah
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Berpengaruh
Kooperatif
Empatik
Ramah
Murah hati
Siap menolong
Idealistik
Baik hati
Sabar
Persuasif
Bertanggung jawab
Mudah bergaul
Bijak
Penuh pengertian
Hangat

Tipe pengusaha :
·         Menyukai pekerjaan seperti sales, manajer, eksekutif bisnis, produser tivi, promotor olahraga, pialang saham, pekerja iklan
·         Memiliki kemampuan memimpin dan fasih bicara namun sering kurang punya kemampuan ilmiah
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Ambisius
Berjiwa petualang
Mudah sepakat
Tidak pernah merasa cukup
Mendominasi
Penuh semangat
Riang
Mencari
Ekshibisionistik
Ekstrover
Suka merayu
Optimis
Percaya diri
Mudah bergaul
Enak diajak bicara
Tipe konvensional :
·         Menyukai pekerjaan yang konvensional seperti penjaga toko, stenografer, pustakawan, analisis finansial, bankir, pengestimasi biaya, ahli pajak.
·         Memiliki kemampuan matematis namun sering kurang punya kemampuan artistik
·         Memiliki karakteristik sebagai berikut :
Cermat
Menyesuaikan diri
Penuh kesadaran
Defensif
Efisien
Tidak fleksibel
Pandai menahan diri
Metodis
Patuh
Teratur
Gigih
Praktis
Sopan
Hemat
Tidak imajinatif

                        Pada dasarnya asumsi teori Holland dapat diringkas sebagai berikut:
1.      Individu dapat dikategorikan sebagai salah satu dari 6 tipe di atas
2.      Terdapat 6 jenis lingkungan pula seperti yang sudah disebutkan diatas
3.      Manusia mencari lingkungan pekerjaan yang akan memungkinkan mereka untuk melatih keterampilan dan bakat, mengekspresikan sikap dan nilai mereka, mengatasi problem dan peran yang disetujui, dan menghindari hal-hal yang tidak disetujui
4.      Perilaku seseorang bisa dijelaskan lewat interaksi kepribadian dan lingkungannya.

Teori kepribadian lainnya dikembangkan oleh Anne Roe yang didasarkan pada teorinya Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia. risetnya Roe mempercayai bahwa struktur krbutuhan individu sangat dipengaruhi oleh pengalaman awal kanak-kanak individu. Pada gilirannya akan mempengaruhi kategori pekerjaan yang akan dipilih individu. Pengembangan delapan kelompok pekerjaan menurut Roe adalah:
1.      Layanan
2.      Kontak bisnis
3.      Oraginisasi
4.      Teknologi


5.          Aktivitas luar ruangan
6.          Sains
7.          Budaya
8.          Seni dan hiiburan

2 comments:

  1. kak boleh nanya, referensi pengambilan keputusan karir darimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak sekali bisa langsung WA saja jika membutuhkan referensi atau ebooknya

      Delete