Carl Gustav Jung
menggabungkan pandangan teleology dan kasualitas. Dia memandang bahwa tingkah
laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu rasi
(kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut
Jung, masa lampau individu sebagai akualitas maupun masa depan individu sebagai
potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu.
Pandangan
Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam
arti bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan
sang pribadi di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan
masa lampau sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung
menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah
yang membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya pada
pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal
menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering
kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir
kembali.
Jung
menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi
kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat,
kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic,
halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan
perkembangan kepribadian manusia.
1. Kausalitas dan Teleologi
Motivasi berasal dari
masa lalu dan tujuan teleologis. Kausalitas berisi keyakinan bahwa peristiwa
masa kini memiliki asal usul pengalaman sebelumnya. Freud sangat meyakini dan
berpegang pada kausalitas, namun Jung tidak sependapat pada Freud, karena Jung
berpendapat bahwa teleologis juga mengambil tempat dalam mempengaruhi motivasi.
Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini dimotivasikan oleh tujuan
dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang.
Jung mempunyai
pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari pengalaman masa lalu.
Namun Jung juga menambahkan bahwa mimpi dapat membantu orang dalam menentukan
masa depan seseorang.
2. Progresi dan Regresi
Progresi adalah
bagaimana cara seseorang beradaptasi kepada dunia yang melibatkan aliran maju
energi psikis. Sedangkan Regresi adalah cara seseorang beradaptasi yang
menggunakan aliran maju energi psikis. Regresi menggunakan psike yang tidak
disadari. Jika dipergunakan sendiri-sendiri maka tidak mampu menyelesaikan
masalah, namun jika keduanya digunakan bersama-sama dan dioptimalkan, maka akan
mengaktifkan proses perkembangan pribadi yang sehat. Dalam hidup Jung
pada masa paruh baya, regresi mendominasi hidupnya ketika progresi hampir
berhenti. Ia lebih menghabiskan energi yang dimiliki untuk mengenali psikenya
yang tidak disadari. Jung meyakini bahwa langkah regresif dibutuhkan untuk
menciptakan sebuah kepribadian yang seimbang dan tumbuh menuju perealisasian
diri.
Daftar
Referensi
Jess
Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.)
yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar
Chaplin,
J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, penrj.). Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Hall, C.
S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon
Willey&Son.
Pervin, L. A.&O.P. John. (2000).
Personality: Theory and Research. 8th ed. New York : John Willey&Son.
No comments:
Post a Comment