Perkembangan kepribadian menurut pandangan Carl Gustav Jung lebih
lengkap dibandingkan dengan Freud. Jung beranggapan bahwa semua peristiwa
disebabkan oleh sesuatu yang terjadi di masa lalu (mekanistik) dan kejadian
sekarang ditentukan oleh tujuan (purpose).
Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena
terpenjara oleh masa lalu. Manusia tidak bebas menentukan tujuan atau membuat
rencana karena masa lalu tidak dapat diubah. Sebaliknya, prinsip purposif
memubat orang mempunyai perasan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang
berjuang dan bekerja.
Dari keduanya dapat diambil sisi positifnya, kegagalan di masa lalu
bukan dijadikan beban tapi dijadikan pengalaman yang kemudian digunakan sebagai
stimuli untuk belajar lebih baik dari kegagalan tersebut. Terlepas dari
kegagalan seseorang harus memiliki angan, impian dan harapan, hal inilah yang
kemudian mengarahkan pada tujuan yang akan diraih di masa mendatang. Tahap-tahap perkembangan menurut Jung terdiri atas 4 tahap. Hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Masa Kanak-kanak
Subtahapan masa
kanak-kanak:
a. Fase Anarkis (0 sampai 6 tahun), mempunyai ciri-ciri kesadaran yang khaos
dan sporadif. Pengalaman fase anarkis kadang masuk kedalam kesadaran sebagai
gambaran primitif dan tidak dapat diungkapkan verbal secara akurat.
b. Fase Monarkis (6 sampai 8 tahun), memiliki ciri-ciri perkembangan ego
dan oleh permulaan pemikiran logis dan verbal. Anak mulai melihat dirinya
secara objektif dan menyebut diri mereka sebagai orang ketiga. Meskipun ego
dipahami sebagai sebuah objek namun anak belum menyadari dirinya sebagai aktor
yang memahami.
c. Fase Dualistik (8 sampai 12 tahun), cirinya yaitu ego yang mulai muncul
terbagi menjadi subjektif dan objektif. Anak mulai menyebut dirinya dengan kata
ganti orang pertama, dan menyadari bahwa ia berbeda dengan orang lain.
2. Masa Muda
Masa muda mempunyai
periode yaitu mulai dari pubertas sampai paruh baya. Jung berpendapat bahwa
masa muda merupakan sebuah periode dimana seseorang seharusnya meningkatkan
aktivitas, mengalami kematangan seksual, dan dapat menempatkan diri di
lingkungannya. Kesulitan pada fase ini adalah dalam mengurangi kecenderungan
alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit kanak-kanak agar terhindar dari
masalah yang terus mengganggu seumur hidup. Terkadang seseorang mengalami suatu
keadaan dimana ia merasa bahwa ia ingin kembali ke masa lalu saat masalah tidak
datang menghampirinya, ini disebut prinsip konservatif.
3. Paruh Baya
Carl Gustav Jung
mengatakan bahwa masa paruh baya adalah seseorang yang berumur sekitar 35
sampai 40 tahun. Jika orang paruh baya mempertahankan moral dan nilai sosial
hidup mereka yang sebelumnya maka ia akan sulit dalam mempertahankan daya tarik
fisik dan ketangkasan mereka. Orang yang menjalani masa muda mereka tanpa nilai
kanak-kanak ataupun nilai masa muda akan siap menghadapi dan mengembangkan
kehidupan pada masa paruh baya. Mereka sanggup menyerahkan tujuan ekstraversi
masa muda dan bergerak kearah perluasan kesadaran secara introversi.
4. Usia Senja
Pada tahap ini manusia
mengalami penyusutan kesadaran, mereka cenderung merasa takut akan kematian.
Pada tahap ini menggunakan interpretasi mimpi, mimpi orang-orang tua biasanya
dipenuhi simbol kelahiran kembali, seperti perjalanan panjang atau perubahan dalam
lokasi. Simbol yang muncul pada mimpi tersebut digunakan oleh Jung untuk
menentukan sikap bawah sadar terhadap kematian.
5. Realisasi Diri
Realisasi diri
(individuasi) atau kelahiran kembali secara psikologis adalah proses untuk
menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Realisasi diri
menginterpretasikan kutub-kutub yang berlawanan pada individu yang homogen yang
dipelajari pada psikologi analitik. Orang yang telah melalui proses menjadi
diri sendiri, sudah mencapai realisasi diri, mengurangi persona, mengetahui
anima dan animusnya, serta mampu menyeimbangkan introversi dan ekstraversi.
Menguasai alam bawah
sadar adalah proses yang sangat sulit terutama dalam menghadapi shadow untuk
menerima sifat-sifat pada dirinya. Proses ini tidak akan bisa sempurna apabila
seseorang masih mengedepankan ego yang dominan terhadap kepribadiannya.
Orang yang berhasil sampai pada tahap realisasi diri tidak didominasi oleh
proses bawah sadar atau ego alam sadarnya, namun ia sudah bisa menyeimbangkan
semua aspek kepribadian dalam dirinya.
Manusia yang berhasil
memasuki tahap ini sanggup mengembangkan dunia eksternal maupun internal.
Mereka dapat menyambut gambaran-gambaran bawah sadar mereka tersebut ketika muncul
dalam mimpi dan refleksi introspektif mereka.
Carl Gustav
Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf
perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga
selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi.
a. Tujuan perkembangan : aktualisasi diri
Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah
aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras
antara seluruh aspek kepribadian.
b. Jalan perkembangan
Progresi dan regresi Dalam prose perkembangan
kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi).
Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar
baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar.
Apabila progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libido terha-langi untuk
digunakan secara progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang
telah dilewati atau masuk ke alam tak sadar.
c. Proses individuasi
Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi
secara kuat maka setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan
perkembangan yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung
dinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.
Tahap Perkembangan Kepribadian Jung Tahap perkembangan kepribadian Jung
terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age
dan old age. Pada tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan
social dan ekonomi. Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan
kepribadian ketiga yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting
dari puncak dari individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap
materi menjadi kepedulian spiritual.
Daftar
Referensi
Jess
Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.)
yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar
Chaplin,
J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, penrj.). Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Hall, C.
S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon
Willey&Son.
Pervin,
L. A.&O.P. John. (2000). Personality: Theory and Research. 8th ed. New York
: John Willey&Son.
No comments:
Post a Comment